Kota Kefamenanu

Kefa Menanu atau Kefa, bukanlah kota yang besar. Dalam buku-buku petunjuk wisata, peta Kefa sangat jarang dicantumkan yang mungkin memang disebabkan oleh tidak terlalu lebarnya kota ini. Dalam satu hari, dengan berjalan kaki pun saya bisa mengelilingi kota ini sampai habis. *beneran, dari ujung ke ujung bisa ditempuh dalam waktu sehari ajah* Walaupun kecil, kegiatan utama kota ini tidaklah stagnan. Kotanya ramai dan hidup juga loch. Cukup banyak toko, rumah makan, hotel yang beroperasi di jalan raya utamanya. Dua pompa bensin besar baru saja dibangun di Kefa ini (terlihat jelas dari fisik bangunannya yang masih bersih). Tanda konsumsi bensin disini tinggi juga kan? Toko yang terdapat di Kefa antara lain toko alat tulis, pangan dan kebutuhan sehari-hari, kendaraan bermotor, bengkel, (bengkel banyak loch disini) plastik, pakaian hingga salon dan jasa penjualan tiket. Sejumlah hotel juga telah lama beroperasi di kota ini. Hotelnya sendiri mulai dari yang sangat tradisional hingga modern yang baru saja terbangun, ada di kota ini.
Secara kasar, Kota Kefa Menanu ini terlihat bagaikan punggung bukit yang dibelah/dipotong untuk diletakkan sebuah jalan raya yang panjang dan di sekelilingnya dijadikan kota. Masih tampak di beberapa sudut bangunan dinas pemerintahan, dimana bagian belakangnya merupakan potongan bukit atau bukit yang dipenuhi dengan tanaman-tanaman lebat. Kota yang cukup asri namun suhu udara tidak terbantu banyak dengan kondisi alamnya yang demikian. (Kefamenanu panas, nggak dingin seperti yang saya bayangkan).
Kefa Menanu, terkenal dengan pengaruh Katoliknya yang amat kuat. Oleh karena itu, tidak heran apabila anda akan melihat sejumlah gereja yang bagus dan unik di beberapa lokasi di kota ini. Sejumlah objek wisata juga dapat menjadi pilihan anda ketika anda berkunjung ke Kefa. Pusat kota ini berada di sekitar jembatan masuk Kefa Selatan hingga pos polisi di ujung Jalan El Tari. Walaupun kecil, Kefa pun memiliki rumah tahanan, rumah potong hewan dan kantor bupati yang megah. Satu jembatan kerangka yang cukup baik juga berdiri menghubungkan pertigaan Kefa Selatan dan Maubeli. Jembatan ini menjadi poros utama Jalan Trans Timor sekaligus sebagai jalan raya utama kota. Di sisi jembatan, terdapat sisa-sisa tanggul yang terbuat dari batu-batuan yang kokoh yang tampaknya merupakan sisa dari jembatan terdahulu. Setelah tidak terpakai, fondasi penahan jembatan lama dibiarkan begitu saja dan justru menjadi unik (bisa buat foto-foto!) karena fisik fondasi yang terdiri atas bebatuan tersebut. Bahkan, jalan lama yang melintasi jembatan tersebut masih ada dan tertutup semak dan pepohonan.
Seperti halnya wilayah Timor Tengah, daerah ini tidak terlayani oleh provider selain Simpati dan As. Sinyal XL saya mati sama sekali ketika berada di kota ini. Belum punya kartu dari Telkomsel? Jangan kuatir, ada beberapa toko yang menjual perdana dan voucher di kota ini. Anda tidak akan terputus dari jaringan komunikasi. Walaupun saya melihat beberapa poster Indosat, namun saya tidak berani coba-coba sebab inilah kartu yang disarankan oleh rekan saya apabila ingin tetap ‘hidup’ di pedalaman Timor. Hihi...berkesan seram yach? Selain itu, Kota Kefa juga memiliki masalah dengan kelistrikan. Beberapa bagian kotanya belum memiliki penerangan yang baik. Kota ini juga sering terkena pemadaman bergilir. Pernah pada suatu malam saya melewati Jalan Sonbay dan Jalan El Lake yang ternyata tidak memiliki lampu penerang jalan sama sekali. Saya bagaikan berjalan di tengah-tengah hutan yang gelap. Hanya sesekali lampu sorot dari motor atau mobil yang melintas yang sedikit bisa meringankan rasa takut saya. Saya benar-benar berjalan di dalam kegelapan total. Gelap gulita. Kanan kiri saya pepohonan lebat, kebun dan sesekali baru berjumpa rumah penduduk yang sama-sama gelap gulita juga. Penduduk kota ini tampaknya sudah sangat terbiasa dengan pemadaman yang dalam seminggu bisa terjadi beberapa kali.
Walaupun terletak di tengah-tengah dataran tinggi Timor, Kefa Menanu tidaklah berhawa dingin. Anda tidak perlu syal atau jaket di sini. Dengan ketinggian kurang lebih 400 meter di atas permukaan laut, walaupun dikelilingi oleh bukit-bukit yang hijau, anda tidak akan merasa kedinginan, bahkan pada malam hari (waktu kunjungan saya adalah bulan Januari). Duh, ngeberat-beratin aja dech bawa-bawa syal. Kelebihan dari Kota Kefa adalah kebersahajaan penduduknya. Dalam perjalanan saya ke Kefa, saya beberapa kali berinteraksi dengan penduduknya. Mungkin karena tidak terlalu besar, namun justru keramahan orang Kefa justru paling tiada duanya. Pernah saya ditanya “mau kemana, ko?” oleh seorang gadis ketika ia melihat saya sedang memegang selembar kertas seperti peta. Padahal, gadis tersebut sedang terburu-buru dijemput oleh temannya. Namun gadis tersebut dapat menjelaskan dengan baik lokasi tujuan saya. Ketika ia buntu dalam penjelasan, ia pun bertanya pada rekan-rekannya untuk membantu menambahkan informasi apapun yang sekiranya saya butuhkan. Mantep! Di dalam kendaraan yang akan kembali membawa saya ke Kupang pun, saya berbincang-bincang dengan seorang Ibu asal campuran Manado dan Ambon yang telah lama menetap di Kefa namun kerap ke So’E untuk mengunjungi anaknya. Ia menjelaskan bahwa tinggal di Tanah Kefa adalah suatu kebaikan untuk dirinya. Ia merasa sangat bersahaja dan bahagia tinggal di Tanah Kefa ini, terutama karena keramahan warganya. Saya pun mengobrol dengan ibu tersebut dan bertukar informasi terntang rencana perjalanan saya. Ia bahkan memberi saya bonus informasi tenun terbaik yang ada di Tanah TTU. Ketika saya turun di Niki-Niki, ia pun mengucapkan salam dan mengucapkan berkat untuk saya dan pekerjaan saya. Ibu yang baik hati. Jadi sayang sama si Ibu. hehe... Sungguh menyenangkan bukan? Walaupun tidak sempat mengenal namanya, namun hal-hal ini yang langsung membuat saya meleleh dan jatuh cinta terhadap Kefa.
Penduduk di beberapa lokasi senang sekali dengan pendatang, walaupun tampaknya jarang sekali turis mengunjungi Kefa Menanu. Hal ini saya sadari ketika mereka menanyakan apa profesi saya dan kebanyakan mereka tidak percaya ketika saya bilang “berpesiar, ne!”. Walaupun demikian, beberapa kali mereka berpose untuk minta difoto oleh saya yang memegang kamera. Saya malah senang, karena ini bisa menjadi jalan masuk untuk berbincang-bincang leluasa dengan penduduk lokal. Pak supir ojek dan abang penjual ikan, semuanya tidak luput ingin difoto. Petugas keamanan kota alias polisinya pun serupa dalam hal kebaikannya. Ketika saya menanyakan suatu alamat, mereka dengan senang hati menjelaskan dengan detail termasuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Ada yang sampai menggambarkan peta jalan yang harus dilalui. Ada pula yang menawarkan untuk mengantarkan saya. Sayangnya, kebaikan hati polisi tersebut untuk mengantarkan, saya tolak karena saya ingin berjalan kaki di Kota Kefa. Adakah alasan lain untuk tidak jatuh cinta dengan kota ini?
Hal yang agak kurang menyenangkan saya alami juga walaupun saya hanya berada dua hari di kota ini. Ketika melintas di trotoar yang masih merupakan bagian dari jalanan, saya pernah disalak dan dikejar anjing, hingga dua kali! Entah mungkin ajing-anjing tersebut tertarik dengan saya, bau saya, atau mereka bisa mengendus pendatang? Yang jelas, saya tidak masuk ke dalam area privat seperti pekarangan rumah, namun anjing tersebut menyalak dan mengejar saya. Heran dech! sampai-sampai ada beberapa penduduk lokal yang tertawa melihat saya kaget dan panik seperti itu. haha...Yang dapat saya lakukan adalah menggunakan payung yang saya pegang untuk menakut-nakuti anjing tersebut. Ketika anjing tersebut tidak mau beranjak, saya pura-pura berbalik untuk mengambil batu dan pura-pura menimpuknya (saya tidak berani sampai menimpuk anjing tersebut, takut pemiliknya marah. Kalau sampai mati disambit kan berabe...hehe). Untungnya beberapa kali dilakukan, anjing tersebut sudah tidak seribut tadi. Saya lanjut kelilin Kefa lagi.

25 komentar:

  1. dari foto nya sih, kota nya emang kecil dan terlihat sepi ya...
    tp kayaknya budaya warga setempat seru juga untuk dijelajahi.atau makanannya yg mungkin unik dan maknyus..

    bro, aku saranin lo buka blog
    http://alambudaya.blogspot.com

    keren bgt tuh blog. di blog ku udah aku link tuh alamat blog nya.

    ReplyDelete
  2. iyah....keren banged....dia fotografer sekaligus penulis yah? mantep fotonya euy!

    thanks referralnya :D

    ReplyDelete
  3. Thanks, atas tulisan mas tentang kota Kefameananu. Saya berterima kasih karena, orang Jakarta yang datang dan meng-ekspose keadaan disini. Hitung-hitung promosi.Sesuatu yang jarang dilakukan oleh orang Kefa....... Semoga suatu saat mas kesini lagi.......

    ReplyDelete
  4. amin..... :) senang dech disambut begini.

    Yup, menurut saya Kefa perlu sekali dipromosikan. Pemandangannya unik dan tiada duanya. Wisatawan harus coba coba berkunjung ke Tanah Timor nech :)Terima Kasih Kembali sudah berkunjung :)

    ReplyDelete
  5. thank mas sdh mau berkunjung n jalan2 keliling kota saya, jangn kapok ya mas........ ditunggu lagi kedatangannya biar diajak ketempat yang lebih asik

    ReplyDelete
  6. Pasti!!!

    beta su rindu dong Kefa :D
    pasti, lain kali beta akan datang kembali tuk berkeliling Kefamenanu
    terima kasih sudah menyempatkan datang yach :)

    ReplyDelete
  7. beta 0rang kefa terharu skali kamu mo tulis tentang kefa,,,,:))
    beta jadi rindu deng kefa...

    ReplyDelete
  8. ayo...pulang dan jalan2 lihat2 Kefa...hehehe
    Terima kasih sudah datang dan menitipkan komentar. Mudah2an laen kali ada waktu tuk kembali ke Kefamenanu :)

    ReplyDelete
  9. orang kefa aja jarang tuh Mas nulis2 tentang kelebihan d kota kefa tuh,...thanks buat Ma yg udah ngasi something buat kefa,...walaupun cuman crta sprti ini tapi justru cerita ini yg membuat putra putri kefa bisa sadar dan tdk malu dengan apa yg mereka miliki di kota itu,...kelebihan2 yg ada pastinya,...Great day!!!

    ReplyDelete
  10. great day juga dan salam kenal buat Jo :D
    terima kasih sebelumnya sudah mampir dan memberikan komentar yach :)

    Yup, Kefamenanu indah loch. sudah setahun lebih, bagaimana kabarnya? mudah2an makin maju dan berkembang yach. So rindu be dong Sonaf-Sonaf dan Lopo yang ada disana :) Semoga bisa memberikan inspirasi untuk putra dan putri Kefa :D

    ReplyDelete
  11. hai, saya juga orang kefa..do blog saya juga ada sebuah postingan tentang Gua Bitauni di jalan menuju Atambua dari Kefa, sudah pernah mampir ke sana??it's a unique..
    http://regina-wirakusuma.blogspot.com

    ReplyDelete
  12. http://regina-wirakusuma.blogspot.com/2009/10/get-higher-and-get-better-one.html

    ReplyDelete
  13. Halo Halo!!!

    Terima kasih sebelumnya sudah mengunjungi blog saya yach :D Thanks juga sudah menginfokan ada objek wisata di Kefa. Saya belum pernah denger loch nama gua nya itu. Makasih yaaa :D

    Saya pernah ke Kefa dan melewatkan malam disana. Sayangnya, saya nggak kemana-mana, hanya seputaran kota saja. Jose, staff Hotel Cendana di Jalan Sonbay mengatakan, ada gua dekat kota yang bisa dicapai dengan mudah, namanya Kua Popnam. Sayangnya, saya nggak bisa berlama-lama di Kefa. Sayang sekali. Padahal, saya masih harus ke banyak tempat *katanya, Desa Insana dan Biboki adalah Desa Tenun terbaik di seluruh Timor yach?*

    Su 2 tahun, beta rindu Tana Timor...hehehe

    ReplyDelete
  14. hai..iya di sana tenun nya paling ok.
    Kalau ada waktu seharunya mampir juga ke tempat-tempat wisata lainnya
    ada Tanjunga Bastian (Tempat rekreasi) engan pantai yang indah, jalan menuju tanjung bastian di tempuh kira2 dua jam, dan melewati tembok2 tebing yang indah(walaupun sepi), tapi saya selalu suka di kampung Kefa..hahaha

    ReplyDelete
  15. waaaahhh...belum sempet kesana >.<

    hehehehe...

    thanks yah buat infonya. dicatet deh kalau laen kali mampir ke Timor lagi ^^

    ReplyDelete
  16. jadi ingat kota kefa lagi

    ReplyDelete
  17. Iyaaa ^^ kangen sama Kefa, Sudah dua tahun sonde bersua :D

    ReplyDelete
  18. aku pernah tinggal di Kefa tahun 1999 - 2000, waktu itu masih umur 1 th, ikut ayahku tugas disana dan akupun belajar berjalan juga di kota itu........

    ReplyDelete
  19. kalau aku inget Kefa, pada tahun 1999 waktu itu masih TK, waktu ikut bunda ke pasar kebetulan pasar ramai sekali, bunda gendong adikku fais dan gandeng aku, tiba-tiba dari arah belakang ada orang bawa babi.... eeeeeeee moncong babinya nyosor pinggangku hingga lecet. karena bunda takut kena rabies atau infeksi aku dibawa ke RS Kefa, alhamdulillah kata dokter nggak apa2. Cerita itu pernah aku tulis dan ku kirim ke majalah anak2 Bobo, ternyata tulisanku dimuat, rasanya senang sekali tulisanku bisa dimuat.

    ReplyDelete
  20. huuuaaa, senengnya baca artikel ini, jadi pengen pulang kampung , saya juga anak kefa n kebetulan rumah saya berdekatan dengan hotel tempat penulis menginap . Tepatnya di jalan el lake , ada sebuah rumah makan padang ,,, thats my home ,,, jd kangen mo pulang ,,, big thanks yah buat penulisnya

    ReplyDelete
  21. Terima kasih buat Oom Faisal, Jeung Salma, dan Tuan ANonim yang sudah mampir dan meninggalkan jejaknya di blog saya. *jadi terharu* hehehe

    iyah, Kefa ngangenin. pengen kesana lagi. hehehehe.

    ReplyDelete
  22. Jadi kangen. Juga merasa bersala karena tidak ada postingan di blog saya tentang kefa tanah tumpah darah saya.

    Thanks brad uda posting banyak tentang kefa........

    Lain kali saya ajak kesana lagi. Hbis kulia kale:) hehehe

    ReplyDelete
  23. Wah hebat, anda pernah mengunjungi tanah tumpah darah saya di Kefamenanu.

    ReplyDelete
  24. kefamenanu,,tanah kelahiran saya,,trimaksih telah brkunjung ke kampung kami....^_^ :)

    ReplyDelete
  25. saya akan berkunjung lagi! pasti :) semoga kali berikutnya bisa jumpa semuanya :)

    ReplyDelete