Melintasi Timor Barat Dari Kupang Sampai Kefamenanu

Jalan Trans Timor adalah jalan negara yang menghubungkan kota-kota utama di Pulau Timor dari Kupang hingga Dili (bahkan hingga Tutuala, titik tertimur Pulau Timor). Kondisi jalan yang relatif baik(baca : cukup mulus), membuat jalan raya ini menjadi primadona bagi semua pelintas. Bus-bus maupun kendaraan yang berlalu lalang dari kota-kota utama di Timor, umumnya akan melewati jalan ini. Apabila anda, pelancong yang pertama kali menjejakkan kaki di pulau ini, sangat disarankan untuk tetap berada di jalur utama sampai anda benar-benar kenal medan di Pulau Timor. Kenapa? Jalan di luar jalur utama adalah tidak dapat diprediksi. Bisa jadi, jalanan berbatu-batu yang anda temui kalau anda sampai nekad.
Melalui Kupang, So’E, Kefa Menanu, dan Atambua, jalan Trans Timor memiliki sejuta gudang pengalaman bagi anda yang melewatinya. Bus umum antar kota di Timor seperti misalnya Kupang – Atambua melewati seluruh bagian jalan raya ini. Namun, medan Pulau Timor yang tidak begitu rata mengakibatkan waktu tempuh yang cukup lama (8 jam untuk jarak 283 KM Kupang – Atambua). Kondisi jalan raya ini sudah dapat dikatakan lumayan dibanding masa awal pra kemerdekaan ketika jalan raya ini belum ada sehingga dari Kupang menuju Atambua harus ditempuh bukan dalam hitungan jam melainkan hari! (ini cerita dari seorang Bapak yang saya ajak mengobrol di sebuah bus) Bagian terlama yang harus ditempuh oleh kendaraan berada di tengah-tengah pulau ini atau di Dataran Tinggi Timor. Dalam perjalanan, anda akan menempuh daerah pegunungan dan perbukitan. Alhasil, jalan yang anda tempuh tidaklah rata namun bermanuver dan banyak tukikan serta belokan. (Siap-siap minyak angin dan kantong plastik!) Kelokan dan belokan ini akan berkurang pada ruas Camplong – Kupang dan Kefa Menanu – Atambua.
Menelusuri jalan raya ini, pengalaman anda akan semakin kaya karena bisa melihat berbagai fitur alam serta adat istiadat penduduknya dari waktu ke waktu. Mulai dari pantai, bukit, sungai, gunung, pasar, rawa, ladang dan danau bisa anda lihat dalam hitungan jam. Apabila anda menyewa mobil pribadi, sangat disarankan untuk berhenti di spot-spot tak terduga yang justru unik seperti misalnya rawa yang berubah menjadi danau di saat musim hujan. (Gileeee.....rawa-nya berubah jadi danau teratai...mantep banged...sayang, bus umum gak berhenti di tengah-tengah hutan!) Atraksi lainnya adalah rumah adat tradisional Timor yang berbeda fisiknya di bagian selatan dan utara. Sekali lagi, apabila anda melintasi Jalan Trans Timor ini dengan kendaraan sewaan, anda bisa berhenti sewaktu-waktu untuk melihat rumah adat penduduknya dari dekat. (Ya, dan sekali lagi, saya tidak berhenti di sembarang tempat...jadi gak bisa mendekati pemukiman tersebut...hiks..)
Jarak Kupang – So’E sejauh 110 KM dan ditempuh dalam 2.5 – 3 jam. Jarak Kupang – Niki-Niki sejauh 141 KM dan dapat ditempuh dalam waktu 3 – 3.5 jam. Jarak Kupang – Kefa Menanu sejauh 197 KM dan dapat ditempuh dalam waktu 5 – 5.5 jam. Sementara itu, Jarak Kupang – Atambua yang berjarak 283 KM dapat ditempuh sekitar 7.5 – 8 jam. Apabila anda melintas dari Kupang menuju Atambua, anda akan berhenti di Desa Niki-Niki, tepatnya di restoran masakan Padang Singgalang (pasti berhenti disini, bukan yang laen! hehe..) untuk beristirahat dan makan siang selama sekitar 30 menit baru kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Apabila anda naik bus dari Kefa Menanu ke Kupang atau So’E ke Atambua, anda tidak akan berhenti di rumah makan tersebut (makanya, isi perut dulu atau siap-siap bawa snack buat di jalan).
Bus yang dimaksud dalam perjalanan ini adalah sebuah mini bus dengan kapasitas penumpang maksimal sekitar 20 orang. Bus yang digunakan adalah bus tanpa penyejuk udara. Lagu-lagu pop Timor atau lagu nostalgia biasanya mengiringi perjalanan anda(Yuni Shara, Endang S. Taurina, dan teman-temannya). Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan lagu-lagu pop masa kini juga mengalun di speaker di mini bus tersebut (Spice Girl dan Destiny's Child juga ada loch...). Untungnya, saya belum menemukan satu kendaraan pun yang gila-gilaan memutar musik house atau heavy metal selama perjalanan. Pasti, saya akan menegur sang supir atau langsung turun di tengah jalan untuk ganti dengan mini bus lain.(Jangan-jangan, sebelum saya sempat menegur, saya sudah jackpot a.k.a muntah duluan...hihihi).
Jalan Trans-Timor sering dikatakan sebagai jalanan yang kejam, terutama terhadap pendatang baru. Apa pasal? Pada ruas Camplong – Kefa Menanu, ruas jalan ini sering memakan korban terutama para pendatang baru. Gleg. Tenang, bukan korban nyawa yang dimaksud, namun makanan yang dicerna di dalam perut. Apabila anda baru pertama kali naik kendaraan ini dan melintasi Jalan Raya Trans Timor, anda pasti akan kaget dan mabuk di perjalanan. Saya sendiri, mabuk di Niki-Niki dan mabuk satu kali lagi di Kefa Menanu. Sungguh, sensasi yang dirasakan perut sangat hebat sehingga saya bergejolak dan yaa…memuntahkan isi perut saya. Untungnya, dalam perjalanan pulang, saya tampaknya telah beradaptasi dengan jalur ini sehingga saya tidak mabuk sama sekali (hanya mual-mual sedikit sich...). Yang saya kagum, adalah penumpang lain yang tampaknya kebal sama sekali dari pengaruh mabuk. Mereka tetap asik tertidur di kursi masing-masing (padahal, sukar sekali untuk melakukan ritual tidur karena belokan, tukikan dan tikungan akan membuat badan anda terpental-pental--padahal, tidur bisa jadi obat mujarab untuk mabok loch). Bagi anda yang mudah sekali mabuk, sangat disarankan untuk duduk di dekat jendela namun tetap gunakan baju hangat anda karena angin yang masuk dari jendela dapat menyebabkan anda menjadi masuk angin dan yaa…mabuk juga. Pokoknya tuch jaket tebal gak pernah lepas dari badan dech.