Sesak dengan barang bawaan yang banyak (beberapa barang tersebut bahkan saya tinggal di Kupang!), akhirnya saya memutuskan untuk mencari hotel terlebih dahulu. Ditambah lagi, saat itu waktu menunjukkan pukul 12 siang. Tidak ada yang lebih baik dilakukan selain berdiam di hotel menghindari udara panas. Daripada gosong plus pingsan di jalan? hahaha...Ada beberapa rekomendasi hotel yang dapat saya sarankan. Silahkan pilih dari beberapa daftar ini (dan ketersediaan mereka akan kamar dengan menghubungi telepon mereka dahulu).
Hotel Cendana, di Jalan Sonbay, adalah hotel yang paling saya rekomendasikan karena cukup bersih dan staffnya ramah dan dapat membantu.
Hotel Ariesta atau Hotel Aries, Jalan Basuki Rachmat, cukup bersih dan memiliki restoran yang lumayan.
Hotel Livero, Jalan El Tari, hotel terbaru dan termewah di Kefa. Hotel ini masuk kategori bintang dengan harga kamar terendah mulai dari Rp. 200.000 hingga RP. 550.000. Tampaknya Hotel Livero ini adalah hotel dan bangunan yang paling tinggi di Kefa. Berlantai 3, dengan gaya minimalis elegan, wajar apabila hotel ini mematok biaya setaraf hotel berbintang. Sebelum Hotel Livero ini terbangun, praktis, Kefa hanya memiliki sejumlah penginapan dan hotel tradisional. Sekarang, setelah hotel Livero ini terbangun, para pelancong dan sales/marketing (golongan yang paling umum mengunjungi Kota Kefa) tentu punya pilihan lagi.
Losmen Kasih, di Jalan El Tari, dekat dengan gereja yang baru dibangun. Cukup sepi (karena tidak tampak adanya kehidupan tamu atau staff di hotel tersebut) namun memiliki keuntungan berada di jalan raya.
Dan beberapa penginapan lainnya yang tidak saya masukkan daftar karena cukup sulit dihubungi untuk memastikan adanya kamar atau tidak. Saya malah curiga kalau-kalau hotel atau penginapannya sudah tidak beroperasi lantaran teleponnya sukar dihubungi atau nggak diangkat-angkat.
Dari sejumlah nama tersebut, saya mendapat rekomendasi terbanyak adalah Hotel Cendana yang terletak di Jalan Sonbay. Uniknya, Hotel Cendana dan Jalan Sonbay ini tidak memiliki sistem penomoran jalan sehingga secara kasar, apabila disebutkan "Hotel Cendana, Jalan Sonbay", orang harusnya sudah tahu dimana lokasi ini berada. Ini yang saya alami dengan pak ojek yang mengantarkan saya ke hotel ini. Begitu saya beritahu, “Hotel Cendana”, ia langsung tahu dan menyerahkan helm ke saya. Brummm...langsunglah ia mengantarkan saya.
Jalan Sonbay, adalah perpanjangan dari Jalan El Lake yang merupakan percabangan dari Jalan El Tari di depan pos polisi. Ternyata, dari lokasi saya turun, Hotel Cendana sudah tidak terlalu jauh dan dapat dicapai dalam waktu sekitar 15-20 menit berjalan kaki. Sayangnya, siang itu panas dan saya membawa barang bawaan yang banyak sehingga hanya satu keinginan dan cita-cita saya, sampai di hotel, check in dan beristirahat. Fiuh...
Jalan Sonbay adalah jalan yang sepi, sungguh tidak terbayang ada hotel disini. Namun, seusai melewati pompa bensin besar, rumah-rumah penduduk dan ladang jagung serta sekolahan, Hotel Cendana pun tampak. Bangunan hotel ini sekilas mengingatkan kita akan sekolah-sekolah jaman dahulu. Ada dua buah papan terpisah yang bertuliskan “Selamat Datang” dan “Di Hotel Cendana”.
Ada sekitar 28 buah kamar di Hotel Cendana, terbagi menjadi ekonomi, penyejuk udara dan air panas. Lobby Hotel Cendana mengingatkan kita pada ruang-ruang tamu keluarga di era 90-an. Sofa berjajar mengikuti kontur dinding dan kemudian di belakang meja resepsionis, terdapat satu buah karpet besar tergantung dengan gambar perjamuan kudus malam terakhir. Di lobby ini terdapat sebuah televisi dan dua buah kamar tipe keluarga. Lanjut lagi ke areal yang lebih dalam, terdapat sebuah taman dengan kamar-kamar mengelilingi taman tersebut. Selain kamar, ada pula kamar mandi staff, dapur dan ruang cuci. Kamar Ekonomi (kamar nomor 9 yang saya tempati) berharga Rp. 75.000 dengan fasilitas tempat tidur single dua buah (untuk dua orang), kamar mandi dalam termasuk toilet serta kudapan kecil sepanjang hari dan sarapan. Kamar di atas ekonomi, memiliki fasilitas penyejuk udara, harganya Rp. 100.000. Untuk tambahan fasilitas air panas, harganya menjadi Rp. 140.000. kamar keluarga juga seharga demikian. Areal depan Hotel Cendana sedang dalam renovasi dan pihak pengelola bermaksud menambah sejumlah kamar VIP di bagian depan.
Untuk hotel dengan 28 kamar, staff yang bekerja hanya dua orang! Cukup mengagetkan karena mereka tinggal di hotel namun bekerja hampir 24 jam. Saya kenal dengan kedua staff Hotel Cendana yang baik dan ramah tersebut. Walaupun terkadang, mereka masih memiliki waktu untuk bersenda gurau dan berbincang-bincang, namun kesiapan mereka untuk melayani hampir 24 jam patut diacungi jempol.
Berhubung kamar saya tidak memiliki televisi, maka yang saya lakukan adalah berbincang-bincang dengan staff hotel ini. Cukup menyenangkan, sambil menemani mereka memilih beras atau mencuci, saya bisa mendapat pengetahuan tentang Kota Kefa dan Timor, mendapatkan informasi tentang objek-objek wisata di sekeliling kota dan produk tenunan terbaik di Timor Tengah. Pada malam hari, ketika sebagian besar tamu-umumnya adalah sales dan marketing-sudah kembali ke kamar masing-masing, (saya sudah katakan sebelumnya, tamu yang berprofesi sebagai pelancong murni akan menguncang reaksi tanda tanya disini karena umumnya Kefa dijadikan kota tempat tujuan berbisnis) hotel menjadi ramai. Beberapa diantara mereka duduk di teras di depan kamar masing-masing, sambil mengobrol, merokok dan makan, mereka akan mengajak mengobrol. Suasana ini sangat hangat dan akrab serta tidak pernah saya dapatkan di hotel-hotel lain. Bahkan, seandainya saya tidak memaksakan diri untuk tidur, mungkin tamu dan staff akan menemani saya mengobrol hingga pagi. Pengetahuan saya akan Timor dan Kefa bertambah sangat pesat. Terlebih, beberapa diantara tamu lain ada yang merupakan pengusaha. Jadi, mendengar cerita mereka tentang kiat usahanya, juga merupakan cerita yang asik untuk disimak. Sembari mengobrol, saya ditawarkan kopi atau teh oleh staff hotel tersebut. Ingat, teh disini adalah teh manis. Masih ingat anjuran saya tentang konotasi teh di Tanah Timor bukan? Teh adalah teh manis. Kalau mau yang tanpa gula, sebut teh tawar. Sembari mengobrol, saya menyeruput teh manis dari hotel. Esok paginya, sarapan pun tersedia untuk mereka yang menyewa kamar. Beberapa buah kue kering, telur rebus utuh (ini yang agak mengejutkan karena saya tidak terbiasa sarapan telur rebus utus namun di Timor, ini adalah hal yang tampaknya sudah umum) dan segelas kopi atau teh manis sesuai dengan pilihan. Kalau anda datang ke Kefa, bolehlah menginap di Hotel Cendana dan rasakan keramahan para staffnya. Coba untuk memastikan ketersediaan kamar anda karena bisa saja ketika anda sampai, hotel sudah terisi penuh. Sayang sekali, bukan? Telepon Hotel Cendana di (0388) 31168
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
biasanya para backpacker akan memilih hotel dengan tarif murah.
ReplyDeletebetul gak??
aku ada postingan baru lho..ttg Dayak meratus.mampir ya..
hihihi...gak cuma sekedar murah koq L) tapi valuable...itu yg paling penting! hehehe
ReplyDeleteuntung mampir, jd bs simpan lg no telp cendana, sonde punya lg sejak hp ilang hehehe....
ReplyDelete2 staffx itu namax ose dan melky, mereka sangat baik, saking seringx nginap disini, bt bs masak sendiri didpr mereka hhehe...
ooo..saya waktu itu lupa lupa ingat. apakah saya ada bertemu Melky atau tidak. Ose masih ada sampai skrg kah? ooo....Hotel Cendana favoritnya Mama Ocha yach? hehehe
ReplyDelete