Dua jam lebih penantian bagaikan abadi. Saya sudah sekuat tenaga menahan agar saya tidak muntah di dalam bus. Saya berjuang keras dengan mengambil nafas sebanyak-banyaknya dan mengoleskan minyak kayu putih cukup banyak juga. Sambil terus menahan, saya tiba-tiba melihat sebuah toko kartu perdana dan voucher, tempat saya berhenti pada hari selasa untuk membeli kartu perdana. “Niki-Niki” kata ibu di sebelah saya, sedikit banyak meluapkan kegembiraan pada diri saya. Selain karena sudah tiba di Niki-Niki, saya gembira sudah melewati ruas jalan Kefa Menanu – Niki-Niki yang sangat kejam.
Kemudian, saya menunggu bus berhenti di Rumah Makan Singgalang agar saya bisa turun. Namun, bus tetap melaju dan tidak berhenti di rumah makan tersebut. Saya yang sedikit kaget lalu langsung mengambil kesimpulan : Selain Bus Kupang – Atambua dan Atambua – Kupang, bus tidak akan berhenti di Niki-Niki karena jarak yang masih terlalu pendek dengan daerah asal. Panik. Saya segera membereskan barang-barang saya, mengambil dompet dan mengatakan pada kenek di depan saya bahwa saya berhenti di Niki-Niki. Tak lupa, saya mengucapkan salam dan pamitan kepada ibu dan bapak yang sudah baik hati mau mengobrol dengan saya. Ibu tersebut bahkan sempat mengucapkan berkat agar saya selamat sampai tujuan dan sukses dalam pekerjaan saya dan menemukan apa yang saya cari di Niki-Niki ini. Wah, Ibu, sayang sekali kita tidak berkenalan lebih jauh. Terima kasih sekali untuk salam dan berkatnya.
Bus berhenti tepat di lapangan besar Desa Niki-Niki. Saya ditagih biaya perjalanan dari Kefa Menanu sampai Niki-Niki sebesar Rp. 15.000. Saya harus berjuang dengan keras menerjang karung-karung besar yang dibawa penumpang lainnya agar sampai di pintu keluar. Begitu turun, panas sengatan matahari langsung menyambut saya. Saya tiba di Niki-Niki tepat pada tengah hari, hari rabu, hari terpenting di Niki-Niki sepanjang minggu selain minggu tentunya.
Niki-Niki adalah sebuah desa yang terletak di Amanuban Tengah (merupakan ibu desa dari Amanuban Tengah). Wilayah ini masih merupakan desa karena keterbatasan fasilitas yang menunjang untuk disebut sebagai kota. Dengan jumlah penduduk sebanyak 4000-an jiwa, Niki-Niki memang tidak terlalu ramai (keramaian baru muncul pada hari tertentu saja, itu pun karena datangnya sejumlah penduduk dari banyak daerah di sekitar Amanuban, Amanatun, Oenino, dan Kie). Wilayah desa ini adalah sebuah jalan panjang yang juga menjadi bagian dari Jalan Trans Timor. Hingga saat ini, Niki-Niki hanya memiliki rumah makan namun tanpa hotel atau penginapan umum lainnya. Maka dari pada itu, usahakan agar tidak terjebak malam di desa ini. Angkutan umum maupun bus akan berkurang drastis selepas pukul 7 malam. Jarak kota terdekat yang memiliki hotel adalah So’E (30 KM-setengah jam) dan Kefa Menanu (56KM-dua jam).
Niki-Niki disebut-sebut sebagai desa di Lintas Timor dengan masih aslinya kebudayaan asli dipergunakan. Masih banyak warga desa ini yang mengenakan tenunan ikat lengkap dengan hiasan dan tas unik yang semuanya terbuat dari ikat. Walaupun sebagian dari warga sudah ada yang terkena pengaruh modernitas, namun pemandangan warga yang mengenakan ikat lengkap bukanlah suatu pemandangan aneh. Alasan utama orang/turis mengunjungi Niki-Niki adalah untuk melihat sebuah Sonaf yang masih ada di wilayah ini. Sonaf Niki-Niki yang dimiliki oleh keluarga Raja Nope. Selain masih memiliki Sonaf Niki-Niki yang bisa dicapai dengan berjalan kaki, Niki-Niki juga memiliki hal unik lain. Beruntung, saya yang bisa sampai di desa ini pada hari rabu. Rabu adalah hari pasar. Pasar akan dibuka di area di sebelah lapangan besar Niki-Niki. Keindahan Niki-Niki yang terletak di tengah-tengah dataran tinggi Timor serta dikelilingi bukit akan tampak lebih nyata apabila anda menyempatkan diri mengunjungi pasar Niki-Niki.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
rupanya sineas kita gak pernah punya dana untuk bikin pilem di daerah-daerah indah seperti ini ya mas? jadinya aku ngira new zeland aja yang keren gini.. hidup Indonesia BUng!
ReplyDeletehihihihi...mungkin lebih ke 'gak tau' kali yach daripada gak punya dana. Daripada bikin jauh2 Ke NZ atau Paris, kayaknya masih lebih murah kalau eksplorasi Tanah Timor dech :D
ReplyDeleteyup, kamu harus kesini. Niki-Niki bener-bener indah. Nggak bisa melihat pemandangan bukit savanah tandus seperti ini di seluruh Indonesia kalau nggak di Timor ajah. Niki-Niki memanggil :)
Satu lagi, Hidup Indonesia! ^^v
padang savanah adalah hal yang ingin gw kunjungi saat ni..secara langka bgt tuh.
ReplyDeleteyuk, mari ke Nusa Tenggara...di Kalimantan ngga ada yach kayaknya? adanya rawa gambut dan hutan ajah :)
ReplyDeletekayak nya ada.cuman di daerah tertentu aja.yg kontur tanah nya berbukit2.kayak di sekitar Hulu Sungai.kalo tanah di sekitar banjarmasin emang bener berawa dan berair.
ReplyDeletebos tanggal 18-20 Juli ini ada festival sungai di bajarmasin.
hiks....July ini ga bisa...
ReplyDeletethanks berat buat undangannya. Tapi saya sudah plot ke Jawa Timur :)
suasana festival lebih ramai dibanding hari biasa yach?
o gitu ya...
ReplyDeletegw dulu sering bgt ke jatim.termasuk jalan2 di gresik (liat pelabuhan kapan tradisional juga), malang (kota nya sejuk), mojokerto (sempet maen ke wisata alam {Pacet), surabaya (cuman transit aja), dll.
kalo ke jatim sekalian aja ke Batu atau Pulau Sempu.kan oke tuh...
soal festival sungai, tentu lebih rame.coz itu even tahunan, dan byk jenis acara unik.TV-TV nasional pasti ngeliput kok, lo liat aja di TV.
gw udah janjian ketemuan ama beberapa orang kenalan dr jakarta dll.mereka mau ke banjarmasin nanti.
hehehe....jadi sekaligus pertemuan para blogger yach...asiknya :D
ReplyDeleteke Jatim kayaknya ke Batu aja dech. Sempu kejauhan :D
anyway, elo ada ngeliput festival sungai ini kan? saya tunggu foto fotonya yach :D
oke ntar gw liput soal festival nya di blog.kalo gak, gw taruh foto2 nya di FB dan flickr.
ReplyDelete