Selamat Datang Di Semarang!

Ini dia, Ibukotanya Jawa Tengah. Setelah menganaktirikan kota ini selama beberapa saat (Saya sudah ke Solo dan Yogyakarta dulu sebelumnya, hehehe...) akhirnya, saya mengunjunginya juga. Saya tiba di Semarang pada pagi hari pukul setengah lima pagi di Stasiun Tawang. Sebagai salah satu kota besar di Indonesia (kalau nggak salah, Semarang berada pada urutan ke 7, setelah Tangerang, sebelum Depok), Semarang memiliki 3 stasiun utama, yakni Semarang Tawang, Semarang Poncol dan Semarang Gudang. Semarang Tawang adalah stasiun yang umum dijadikan tempat naik atau turunnya penumpang kelas eksekutif, sementara Poncol dijadikan tempat naik atau turunnya penumpang kelas ekonomi. Nah, saya kurang tahu nich, Semarang Gudang dijadikan tempat apa. Hehehe...
Semarang, secara geografis berdiri di tepi pantai utara Pulau Jawa. Walaupun ditetapkan sebagai ibukota Jawa Tengah, namun identitas Jawa yang paling kuat justru berada di Surakarta atau Solo. Semarang, sebagai kota pesisiran justru tidak banyak memiliki ciri khas tersebut. Semarang justru lebih dikenal akan kegiatan perniagaannya. Kota Semarang sendiri berkontur unik, sebagian wilayahnya berada di bawah permukaan laut, terutama wilayah Semarang Utara. Sudah tentu, banjir rob atau pasang air laut menjadi pemandangan sehari-hari yang biasa ditemukan di kota ini. Terlebih pada saat curah hujan tinggi, Semarang tidak pernah luput dari banjir. Bagi yang tinggal di kawasan utara tampaknya harus terbiasa akan kondisi ini. Kebalikannya, Semarang itu unik lantaran memiliki kawasan pegunungan di sebelah selatan kota, tepatnya wilayah Banyumanik dan Gunung Pati. Tidak jauh berjalan dari pusat kota, anda akan menjumpai jalan menanjak dan meliuk-liuk khas pegunungan mulai dari kawasan Semarang Selatan. Di beberapa tempat bahkan tersedia hotel, resort dan restoran yang menawarkan pemandangan Kota Semarang dari ketinggian dengan nilai jual berupa udara yang (agak) sejuk.
Secara kultur, orang Semarang adalah orang-orang Jawa. Namun, walaupun tidak terlalu jelas, ada sedikit perbedaan antara bahasa yang digunakan orang Semarang dengan orang Surakarta yang terkenal akan kehalusannya. Bahasa Jawa yang digunakan di Semarang baru tampak perbedaan jelasnya dengan penduduk yang tinggal di kawasan barat Jawa Tengah, misalnya Purwokerto dan Brebes. Makanan khas dari kota ini adalah Lumpia (terkadang ditulis Lunpia) dan Wingko. Lumpia adalah sekumpulan rebung, udang dan ayam yang dibalut dengan kulit yang terbuat dari tepung untuk kemudian digoreng atau direbus, sesuai dengan cita rasa anda. Sementara itu, Wingko adalah penganan khas yang banyak dijumpai di utara Pantai Jawa. Bahan utama kue ini adalah kelapa. Kedua jenis makanan ini dapat dengan mudah ditemui di seantero Semarang hingga Ungaran.
Soal pariwisata, walaupun daya tariknya masih kalah dibanding objek wisata alam yang ada di sekelilingnya (dan objek wisata budaya di bagian selatan), namun Kota Semarang memiliki beberapa objek menarik yang layak dikunjungi. Yang paling terkenal dari Semarang tentu saja kawasan kota tuanya. Di kawasan kota tua yang terletak di wilayah utara ini, anda bisa melihat sejumlah bangunan antik bergaya art deco maupun neo-gotik yang tersebar di penjuru kota. Sebagian besar bangunan tersebut terawat dan masih digunakan hingga saat ini walaupun sebagian lainnya agak terlantar. Beberapa bangunan yang menjadi landmark kota ini adalah Gereja Blendug Immanuel, Lawang Sewu, Tugu Pemuda dan wilayah non bangunan : Simpang Lima. Berhubung sebagian besar kawasan kota tua berada di wilayah Semarang Utara, waspadalah akan limpahan air laut di wilayah ini. Wilayah ini mudah sekali digenangi air luat, terlebih saat bulan purnama atau hujan deras. Lawang Sewu dan Tugu Muda yang terletak lebih ke tengah agak terlindung dari bahaya rob ini.
Selain bangunan-bangunan tua, Semarang juga memiliki Puri Maerokoco atau yang lebih dikenal dengan nama Taman Mini Jawa Tengah. Atraksi utama di Puri Maerokoco ini adalah deretan anjungan rumah tradisional dari seluruh kabupaten dan kota yang ada di Jawa Tengah. Untuk yang tergila-gila akan rumah tradisional khas Jawa Tengah, bisa menyempatkan diri untuk main-main ke tempat ini. Rumah-rumah adat dari Brebes sampai Rembang, dari Wonogiri sampai Cilacap, dari Tegal sampai Purwokerto, dan dari Sukoharjo sampai Jepara bisa disaksikan di tempat ini. Terkadang, rumah adat tersebut membuka pameran dan menawarkan aneka produk kerajinan tangan maupun olahan pangan dari daerahnya masing-masing.
Terakhir, Semarang terkenal juga akan kawasan pecinannya atau wilayah Chinese peranakan. Komunitas Chinese di kota ini cukup besar dan uniknya, mereka lebih fasih berbahasa Jawa daripada Mandarin. Beberapa landmark pecinan yang cukup terkenal di tempat ini adalah Gedung Batu Sam Poo Kong dan Pagoda Avalokitesvara Watugong. Lokasi kedua tempat ini agak berjauhan namun masih terletak di jalan utama sehingga mudah untuk dicapai.
Semarang, memang tidak memiliki kawasan khusus wisatawan. Jangan bayangkan Jogja yang terkenal akan Prawirotaman dan Sosrowijayannya, atau Jalan Jaksa di Jakarta, atau Gang Poppies di Bali. Keberadaan hotel maupun macam tempat penginapan cukup tersebar di penjuru kota. Tidak ada wilayah konsentrasi khusus untuk lokasi penginapan kecuali Simpang Lima bisa dikategorikan ke dalamnya. Simpang Lima, sesuai dengan namanya adalah persimpangan yang paling terkenal sekota ini (mungkin juga se-Indonesia karena Simpang Lima identik dengan Semarang). Di persimpangan ini, berdiri hotel-hotel besar dan mewah seperti misalnya Hotel Ciputra. Hotel-hotel kelas menengah dan ke bawahnya tersebar di seputaran Simpang Lima. Untuk mengelilingi kota, anda bisa naik Trans-Semarang, angkot yang maksimal beroperasi hingga pukul 10 malam atau pilihan yang terakhir, becak. Walaupun tidak beroperasi 24 jam, ketersediaan becak cukup tinggi di Semarang, bahkan hingga malam sekalipun. Saya sendiri memilih untuk naik becak setelah tidak menemukan satu batang hidung pun angkot yang beroperasi selewat pukul 10 malam.
Sudah cukup kayaknya yach cerita saya akan Kota Semarang? Tunggu apa lagi? Kemasi barang-barang anda dan pergi ke Semarang!

3 komentar:

  1. Wah simpang Lima emg terkenal krn Ada lawang sewunya, waktu dulu aku ke sana, lawang sewunya ditutup pagar seng, jd gak bs masuk. Konon kabarnya Kita bs tersesat didlmnya, seru yah, tersesat di keramaian Kota hehe ( numpang beken Mari berkunjung ke http://advanture. Wordpress.com)

    ReplyDelete
  2. hihihi...sama donk Bu. waktu kesana, Lawang Sewune juga ditutup pagar seng. Mau direstorasi katanya. Waduh, aku nggak mau dech tersesat di dalamnya. Brrrr....kalau ada temen sih mendingan...hiyyy

    ReplyDelete
  3. Sebetulnya ada daerah (masih milik Semarang) yang mendekati Kabupaten Kendal yang sangat menarik. Daerah itu merupakan wilayah Dinas kehutanan atau apa, gitu. Nah, di sepanjang jalan, kita bisa menemukan mess pegawai yang SEMUA BANGUNANNYA BERASITEKTUR JENGKI. Saya rasa tidak ada bangunan jengki semasif ini yang bisa kita temui di manapun. Memang hampir di tiap kota di Indonesia kita bisa menjumpai rumah dengan arsitektur jengki. Namun biasanya hanya sedikit, terpencar-pencar pula. Langgam jengki adalah topik yang sangat menarik, karena merupakan langgam perlawanan yang secara khusus diminta oleh Presiden Sukarno pada para arsitek Indonesia yang waktu itu baru saja lahir. Bentuk fasadnya yang tidak simetris merupakan perlawanan frontal terhadap arsitektur kolonial yang serba lengkung. Sayang langgam ini tidak berkembang :(.

    ReplyDelete