Kue Tori Manalagi Dan Sirup Markisa Tana Toraja

Malam akhirnya tiba di Tana Toraja. Sudah tidak ada lagi objek wisata alam yang buka selepas malam. Maka, saya mengakhiri kunjungan saya di Ke'te' Kesu'. Saya memutuskan untuk kembali ke kota dan menghabiskan malam disana. Saat malam begini, adalah saat yang tepat untuk belanja oleh-oleh! Setelah mengisi perut (jujur saja, gado-gado di Tana Toraja tidak seenak di tempat aslinya), akhirnya saya berkeliling pasar untuk mendapatkan produk pangan khas Tana Toraja. Hasil pencarian tersebut membuahkan satu jenis makanan berwarna hitam, panjang, kering dan berwijen serta tidak tampak menarik untuk dikonsumsi. Penganan ini diletakkan dalam ember-ember besar di tepi jalan di pasar Rantepao. Makanan apakah itu?
Iseng-iseng saya bertanya pada para penjual tersebut. Mereka, alih-alih menjelaskan, malah meminta saya untuk mencicipi kue tersebut. Saya sempat kaget. Ada testernya, barangkali? Ternyata mereka membuka ember besar tersebut dan meminta saya untuk mengambil kue tersebut. Ember besar tersebut terisi setengahnya oleh benda hitam berbentuk panjang dan saling tumpang tindih tersebut. Saya yang kurang yakin bertanya sekali lagi dan mereka mengijinkan. Saya mencicipi kue tersebut. Dilihat dari bentuknya, saya membayangkan sesuatu yang keras dan terlalu manis. Namun, ketika saya menggigitnya, saya terkejut. Kue ini tidak keras, lembut dan manisnya pas. Ditambah dengan taburan wijen di kulit kue tersebut, tampaknya semakin menggurihkan cita rasa kue ini. Inilah Kue Tori, kue khas Toraja yang terkadang dikenal sebagai Kue Manalagi (Maklum, merek dagang paling terkenal Kue Tori ini adalah merek Manalagi). Kue ini aslinya berada di perbatasan Karassik-Rantepao, 1 kilometer di selatan Kota Rantepao. Namun dalam perkembangannya, kue ini merambah hingga ke tengah kota dan dijual dimana saja, mulai dari kaki lima hingga ruko. Kue ini mengingatkan saya akan kue cucur yang dipotong-potong dan dipadatkan hingga kering. Cita rasanya kuat di gula aren. Kue ini pas sekali dibawa sebagai oleh-oleh karena rasanya enak, cukup awet, dan tidak ditemukan di tempat lain selain Toraja. Sebungkus kue ini (sekitar 200-250 gram) dihargai Rp. 10.000 - Rp. 20.000. Harganya berbeda-beda tergantung lokasi penjual. Harga toko tentunya lebih mahal dibanding emperan pedagang kaki lima.
Oleh-oleh lain yang menarik dan bisa ditemukan di Toraja adalah Sirup Markisa. Ada juga sich Sirup Tamarilla atau Terong Belanda namun yang paling umum ditemukan adalah Sirup Markisa. Sirup-sirup ini hadir dalam berbagai kemasan dan harga. Harga sirup tidak pernah berbohong terhadap kualitasnya. Sirup yang harganya mahal umumnya adalah penyaringan pertama dari buah markisa. Sirup yang harganya murah umumnya adalah hasil penyaringan berkali-kali dari buah markisa. Akibat dari penyaringan berkali-kali, cita rasa markisa sudah sangat hilang dalam cairan tersebut. Gula pun terlalu banyak ditambahkan pada sirup yang berharga murah. Berbeda dengan sirup yang mahal dimana rasa markisa sangat kuat dan manisnya tidak berlebihan. Pada sirup yang mahal, kandungan serat asli buah markisa masih banyak terkandung di dalamnya. Sirup ini dijual mulai dari harga Rp. 7.000 per botol hingga Rp. 30.000. Dari harga ini, seharusnya anda sudah tahu yach, mana sirup yang penyaringan pertama, mana sirup yang sudah penyaringan berkali-kali.
Oleh-oleh lainnya yang banyak ditemukan di Rantepao namun bukan asli berasal dari Toraja adalah Enting dan Bagea. Enting banyak terdapat dari Enrekang. Dalam perjalanan anda dari Enrekang menuju Toraja, anda pasti menemukan makanan ini di ruas Enrekang - Makale. Sementara itu, Bagea adalah makanan khas Indonesia Timur dan cukup terkenal di Maluku dan Manado. Namun, umumnya bagea yang disajikan di tempat ini berasal dari Palopo dengan bahan baku kacang kenari. Walaupun kurang autentik, anda tetap saya sarankan untuk membawa kedua produk ini sebagai oleh-oleh. Rata-rata, snack lainnya ini berharga Rp. 15.000 - Rp. 25.000. Buat anda yang kuatir bagaimana cara membawa barang-barang ini, jangan kuatir! Mulai dari toko hingga emperan toko menyediakan kardus-kardus yang bisa anda pilih untuk mengepak oleh-oleh Toraja anda. Menyenangkan bukan?

3 komentar:

  1. saya penasaran gimana rasanya jus martebe alias terong belanda. bukannya terong belanda dan markisa juga merupakan buah khas medan ya?

    ReplyDelete
  2. Lomaaaaaaaar, mana foto kue torinyaaaaaaaa!!! *plakeplak*

    ReplyDelete
  3. @Mas Tri : rasanya masam-masam manis, nggak jauh beda dengan markisa koq :) hanya saja, lebih terasa manis dibanding markisa yang lebih kecut. Iya tuh, Martebe banyak ditemukan di Medan, terusss ke selatan hingga Padang. Sebagai buah dataran tinggi, wajar kayaknya kalau Toraja dan Mamasa punya juga :)

    @Oom Brad : bodohnya saya, kue torinya sudah habis dan sudah bertransformasi di perut saya. Jadi saya nggak ada fotonya :( huhuhuhu....

    ReplyDelete