Saatnya Untuk Tana Toraja Utara Dan Rambu Solo!

Saya memulai hari ke 5 perjalanan di Sulawesi Selatan dengan menyewa sepeda motor. Tana Toraja memang pas banget dikelilingi dengan sepeda atau sepeda motor dech. Wisma Maria I menyenangkan, selain menyediakan kamar murah, penginapan ini juga menyediakan persewaan sepeda motor ataupun sepeda kayuh loch. Sepeda motor dihargai Rp. 60.000 - Rp. 90.000 dan sepeda kayuh Rp. 30.000 untuk satu hari. Penginapan ini juga menyediakan air minum gratis. Nggak lupa disebut, sarapan cukup lengkap seperti dua potong roti, selai strawberry dan mentega, kopi atau teh dan secarik telur mata sapi tersaji di ruang makan. Menyenangkan bukan? Wajar donk kalau Wisma Maria I ini menjadi kamar favorit saya di Rantepao?
Saya terbangun pagi itu dengan kedinginan. Kulit saya terpapar oleh hawa dingin Tana Toraja. Saya melihat keluar jendela, kabut putih berarak menyelimuti bukit-bukit yang ada di sekitar Rantepao. Walaupun belum terlalu terang, namun geliat aktifitas pagi sudah berlangsung. Saya, yang tidak mau membuang waktu segera bergegas mandi dan merasakan air yang sedingin es. Whoooa! Segar dan dingin tapi langsung membuat saya terjaga sepenuhnya. Inilah sensasi Tana Toraja yang menyenangkan! Segera saya menyiapkan perjalanan untuk melakukan perjalanan hari ini : lintas Tana Toraja Utara. Kenapa Utara? Sebab, pada Agustus 2009, saya sudah mengelilingi Tana Toraja bagian selatan (Makale, Sangalla, Makula, Kambira, Sangallangi, Lemo, Kesu’, Londa dan Tilanga'). Biar nggak bosen, kali ini saya memilih menelusuri jalur utara. Siap?
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari beberapa pemandu yang menawarkan jasanya ke saya, ada sebuah pesta kematian, Rambu Solo yang akan berlangsung pada hari ini di Tondung. Pesta kematian ini akan berlangsung cukup besar dan ramai dan mampu menjadi magnet bagi para turis asing maupun lokal di sekitar Tana Toraja. Bapak pemandu menyarankan saya agar datang dan melihat adat kebudayaan Toraja. Umumnya, Orang Toraja akan senang sekali menerima kedatangan pelayat, walaupun tidak kenal, tapi yang berada dari jauh. Dalam kebudayaan dan kepercayaan mereka, dikunjungi tamu dari jauh akan membawa berkah lebih besar kepada kehidupan mereka. Jadi, Rambu Solo maupun Rambu Tuka sangat umum didatangi oleh berbagai kalangan warga masyarakat, termasuk turis. Hanya saja, ada beberapa aturan untuk datang ke pesta Rambu Solo.
Selain mengenakan pakaian hitam tanda berkabung (lebih bagus bila disertai kain tradisional Toraja), anda wajib membawa hantaran untuk keluarga yang ditinggalkan. Hantaran tersebut bisa berupa apa saja namun yang paling umum adalah gula atau rokok. Banyaknya sich agak membingungkan karena tidak semua tempat bisa memberikan informasi yang sama. Namun rata-rata, hantaran berjumlah 5 kilo gula atau 1 pak rokok. 1 pak rokok isinya sekitar 10 bungkus. Satu bungkus rokok sekitar Rp. 7.000 – Rp. 10.000. Sementara itu, satu kilo gula seharga Rp. 10.000. Artinya, 5 kilo gula harganya Rp. 50.000 dan satu pak rokok harganya sekitar Rp. 70.000 - Rp. 100.000. Untuk perbandingan, 5 kilo gula harus menggunakan plastik yang agak kuat dan besar. Ditambah dengan kondisi jalan yang tidak terlalu baik dan becek, ada saja ancaman kantung gula pecah dan isinya akan berhamburan di jalan. Sementara itu, satu pak rokok rasanya tidak akan mencapai berat 1 kilo. Walaupun rokok lebih mahal, tapi pertimbangkanlah masalah beban yang harus anda bawa.
Ada beberapa versi tentang hantaran yang menyebutkan bahwa, hantaran disesuaikan dengan kemampuan dan kerelaan pelayat. Apabila tidak mampu membawa 5 kilo gula, 3 kilo pun diperbolehkan. Apabila tidak mampu membawa 1 pak rokok, setengah pak pun diperbolehkan. Yang penting bukan hantarannya namun kedatangannya. Gula dan rokok ini nantinya harus diserahkan ke keluarga yang ditinggalkan, biasanya anak sang almarhum/ah. Upacara Rambu Solo sendiri biasanya akan berlangsung sekitar pukul 9-10 pagi dan menyusut kemeriahannya pada pukul 2 siang. Walaupun masih digelar hingga malam, namun usahakan anda berkunjung ke dalam pesta pada interval jam 9 hingga 2 siang. Sekali lagi, siapkah anda merasakan Tana Toraja yang sesungguhnya? Mari, ikut saya!

8 komentar:

  1. wah sudah lama saya gak berkunjung kemari. akhirnya memasuki episode Toraja Utara ya?! Gak sabar menunggu kelanjutannya :D

    ReplyDelete
  2. iya...hehehhe...akhirnya Tana Toraja Utara juga. Hohoho :)

    ReplyDelete
  3. hmmm.. heran juga saya, bukannya kalo ada kematian itu sedang berkabung, kenapa disebut pesta kematian? bukannya pesta identik dengan hura-hura? hehe..

    nunggu postingan pesta kematiannya deh, penasaran kayak apa :D

    ReplyDelete
  4. Hehehehe. Disebut pesta karena kemeriahan yang digelar tuh luar biasa kali yach? Mereka akan menyembelih sejumlah kerbau, mengundang banyak orang, membuat acara ini dan itu (termasuk pertarungan kerbau), acara lelang kerbau dan banyak lagi. Kadang-kadang, perhelatan ini bisa digelar berhari-hari lamanya. Wajar banget donk kalau disebut pesta? hehehe

    ReplyDelete
  5. hmmm.. jadi malah seperti pesta pernikahan ya? ramenya abis-abisan. hehe

    ReplyDelete
  6. Iya Mas. Adatnya Toraja memang seperti itu. Rambu Solo digelar jauh lebih meriah dibanding Rambu Tuka (pesta sukacitanya). Ruameeeee buangeeeeed! hehehe

    ReplyDelete
  7. itula nmnya adat.. hrs di adakan ..tuk mlestarikan bdaya kita.. tapada salama'nasang bang mintu to lino.. Amin.. tu tondok kdadianta ok Gbu All

    ReplyDelete
  8. Halooo Bapak Yat.Serang :)

    Senang bisa mampir. Terima kasih untuk wejangannya :) salam selalu.

    ReplyDelete