Di sinilah, di perbatasan Mamasa dengan Polewali, kami berhenti setelah menempuh sekitar 4 jam perjalanan. Disini, kami menikmati makan (menjelang) siang di sebuah rumah makan yang terletak tidak jauh dari gerbang perbatasan Mamasa. Sayang, lagi-lagi, tidak ada makanan khas Mamasa disini. Alih-alih makanan unik, makanan yang tersaji adalah sop konro khas Makassar. Ya sudah dech, selain harganya tidak terlalu mahal, sop mudah dicerna dan gampang dimakan. Ada sich rumah makan lain di sekitar perbatasan, namun saya tidak berani mencoba masuk ke dalam warung RW yang terletak di seberang jalan lantaran tidak ada sama sekali penumpang yang masuk ke dalamnya. Anda tahu RW kan? Di Sulawesi, RW dikenal sebagai daging anjing. RW ini akrab ditemui di wilayah yang penduduknya mayoritas beragama kristen seperti Mamasa, Toraja, Poso, maupun Manado. Walaupun unik, saya tidak berani mengambil resiko. Saya belum tahu makanannya diolah seperti apa dan saya masih dalam perjalanan. Nggak lucu kan kalau saya mabuk sepanjang perjalanan lantaran makanannya nggak cocok. Hehehe.
Hampir semua penumpang menikmati makan siang di rumah makan yang menjual sop konro. Rumah makan ini tampak sudah sangat biasa menerima kunjungan penumpang bus yang transit di tempat ini. Kini, bus sudah terisi penuh. Rata-rata, penumpang yang naik dari Tandukkalua dan Sumarorong tidak menikmati makan siang. Mungkin mereka sudah mengisi perut terlebih dahulu di rumah, barangkali yach? Sop konronya sama seperti yang anda bayangkan. Satu mangkuk sup dengan isian potongan daging dan tulang iga sapi. Rasanya enak, menurut saya. Seperti biasa, nasi tersedia dalam bakul plastik dimana kita bisa mengambil sesuka hati. Nggak hanya menjual sop konro, rumah makan ini juga menjual roti Maros, kuliner dari Maros yang khas. Dengan harga Rp. 5.000 per bungkus, anda sudah bisa mendapatkan sebungkus roti enak ini. Untuk Sop Konro, harga satu porsi sup ditambah nasi satu bakul seharga Rp. 15.000. Sudah pas banget untuk mengganjal perut sepanjang perjalanan sampai sore nanti menjelang. Siap beranjak lagi?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment