Dari Enrekang Ke Barru


Setengah jam adalah waktu yang diberikan kepada para penumpang untuk mengisi perut di Rumah Makan Panorama, Enrekang. Tidak semua penumpang mengisi perut di tempat ini rupanya. Beberapa memilih duduk bersantai saja, atau bahkan tidak keluar bus sama sekali. Sudah kenyang semua kali yach? Perjalanan dimulai lagi dalam setengah jam. Bus kembali merayap menuruni lereng gunung, kembali ke arah kota. Saya kembali tertidur beberapa kali di beberapa ruas. Saya kembali terbangun di Maroangin, Maiwa. Daerah Maiwa ini adalah wilayah transisi dari wilayah pegunungan Enrekang ke wilayah dataran rendah. Tidak banyak yang bisa dilihat di Maroangin selain hamparan sawah dan ladang yang sangat luas. Lepas dari Maroangin, bus akan memasuki wilayah dataran rendah yang tentu saja panas di Sidenreng. Bus akan berhenti cukup lama di Pare-Pare. Disini, bus akan beristirahat dan menunggu penumpang. Maklum, di Terminal Pare-Pare ada depo bus Litha juga sich. Walaupun tidak banyak penumpang naik namun bus tetap menunggu. Penumpang bisa buang air kecil ataupun makan makanan ringan yang dijajakan oleh banyak anak-anak di tempat ini. Sekitar setengah jam, barulah bus kembali berjalan. Mulailah rombongan bus kami bertemu dengan perbaikan jalan. Perbaikan jalan sangat terasa di area ini. Selepas Pare-Pare, kami memasuki wilayah Barru. Kondisi jalan yang sedang dalam tahap perbaikan dan pelebaran jalan membuat laju bus sedikit tersendat. Terkadang, bus harus berjalan di satu lajur saja bersama dengan kendaraan lain berlawanan arah lantaran lajur lain sedang diperbaiki. Laju kendaraan menjadi cukup lambat di tempat ini. Sayang sekali, padahal jalur Pare-Pare ke Makassar cukup lurus dan tidak berkelok-kelok. Kalau tidak ada hambatan, harusnya jarak tempuh kedua kota tersebut bisa dipangkas menjadi 3 jam saja. Namun, lantaran banyak hambatan dan perhentian, jarak yang hanya 155 km tersebut harus ditempuh selama 4 jam.

0 komentar:

Post a Comment