Kembali Ke Makale Dan Rantepao

Bus memasuki Kota Makale, ibukota Tana Toraja. Tapi jangan senang dahulu. Masih membutuhkan waktu sekitar setengah jam lagi untuk bisa mencapai Rantepao, ibukota Tana Toraja Utara. Makale hampir sama seperti yang saya ingat sebelumnya. Kota ini berpusat pada kolam besar dan kantor bupati serta gereja. Dari Enrekang, satu-satunya jalur menuju Rantepao hanyalah via Makale saja. Oleh dari karena itu, nggak heran bahwa hampir semua bus atau kendaraan yang memiliki perhentian akhir di rantepao, akan berhenti sebelumnya di Makale. Bus Discho Indah yang saya tumpangi berhenti di pool bus Discho Indah Makale guna bertukar supir. Aneh, hanya tinggal setengah jam perjalanan lagi, koq ganti supir yach? Apa si bapak sudah benar-benar capek sekali yach? Bus pun melaju lagi, lebih kencang dari sebelumnya ke arah utara. Saya tiba di Rantepao pada pukul 18.30 malam. Hujan deras mengguyur Tana Toraja dari perbatasan (Gandang Batu Silanan) sampai Kota Rantepao. Keadaan sudah cukup gelap saat itu dan bus melaju semakin cepat. Sisa penumpang hanya tinggal 4 orang saja ketika bus memasuki Rantepao. Sebagian besar penumpang bus turun di pinggiran Toraja atau antara Makale dan Rantepao. Sampai sini, bus berusaha mengantarkan satu persatu penumpang tepat ke depan tujuan akhirnya. Ketika saya ditanya akan tujuan akhir saya, saya menjawab Wisma Maria, belakang pasar Rantepao. Bus pun tidak segan untuk berbelok arah dan memasuki ruas jalan tempat Wisma Maria I berada. Saya pun bersyukur bahwa saya bukan penumpang paling terakhir yang harus diantar. Masih ada penumpang yang turun di Bolu sana. Hehehe.
Hujan masih turun dengan lumayan derasnya. Saya berlari memasuki Wisma Maria I di belakang Pasar Rantepao. Segera, saya menuju meja check in dan memesan kamar. Tampaknya sedang musim kunjungan wisata di Tana Toraja. Saya melihat cukup banyak wisatawan asing disini. Karena itulah tidak tersisa kamar murah di Wisma Maria I. Sayang sekali. Padahal kamar tersebut sangat cocok untuk budget backpacker saya. Kamar satu orang yang harganya Rp. 50.000 sudah habis terisi. Saya pernah menempati kamar ini waktu kunjungan awal saya ke Tana Toraja. Oleh karena itu, saya mengisi kamar untuk dua orang dengan harga Rp. 80.000 per malamnya. Apa boleh buat? Masak nggak tidur lantaran kamar murahnya habis? Untungnya, budget masih dalam anggaran nich.

0 komentar:

Post a Comment