Tak lama berselang dari Tinimbayo dan penjual bahan bakar, Batutumonga tampak. Pemandangan luar biasa lereng Gunung Sesean segera tampak membentang di tepi jalan. Anehnya, tidak ada plang atau sesuatu apapun yang tampak di titik pemandangan ini yang menyatakan bahwa saya telah tiba di Batutumonga. Memang, sejumlah pertanda tampak muncul disini seperti misalnya lambang Gereja Toraja klasis Batutumonga atau penginapan yang banyak tersebar. Tapi bukan ini yang saya harapkan. Yah, saya nggak mengharapkan sambutan gegap gempita, tari-tarian daerah, parade marching band, kembang api, mercon, confetti, kehadiran pejabat, dan kalung rangkaian bunga serta karpet merah sich. Hahaha. Saya memikirkan sesuatu tentang gapura wisata, prasasti besar, atau apapun yang dashyat yang menyatakan tempat ini adalah Batutumonga. Setidaknya, saya mau melihat tulisan “BATUTUMONGA” terpampang di tempat ini. Sayangnya tidak. Saya sampai melewati titik pemandangan tersebut dan melanjutkan perjalanan saya ke arah barat (Menuju Loko) hingga pemandangan cantik tersebut tidak terlihat lagi. Karena ragu, saya bertanya kepada sekumpulan bapak-bapak yang kemudian balik menyatakan bahwa saya sudah melewati Batutumonga. Waduh! Akhirnya, saya terpaksa putar balik dan kembali ke titik pemandangan tanpa nama tersebut. Selamat Datang di Batutumonga!
Kalau anda berjalan terus menanjak guna mencapai Batutumonga dan bertemu satu tempat dimana terdapat sejumlah homestay plus pemandangan luar biasa, ini adalah Batutumonga. Tempat ini adalah titik pandang terindah di Batutumonga. Berkat tempat ini, Batutumonga dipredikatkan sebagai salah satu tempat terindah di Toraja dengan pemandangan Rantepao dan Toraja dari ketinggian. Dari tempat ini, anda bisa melihat banyak sekali batu-batu makam, rumah Toraja dan sawah membentang luas sekali. Lokasi ini berada persis di depan Tinimbayo Coffee Shop. Selain ketiadaan plang nama, tempat ini juga tidak memiliki gazebo ataupun kursi gratis untuk menikmati pemandangan indah ini. Pemandangan indah ini terhampar gratis tis tis begitu saja di tepi jalan. Untungnya, jalan yang sempit tersebut tidak ramai sehingga anda bisa saja berhenti di pinggir jalan untuk menikmati pemandangan indah ini. Kalau mau agak nyaman, masuklah ke Mentirotiku Coffee Shop untuk menikmati pemandangan Batutumonga dari posisi yang agak sedikit lebih tinggi. Sayangnya, kecantikan tempat ini mungkin baru maksimal saat pagi-pagi sekali. Konon, beberapa kesaksian mengungkapkan bahwa menginap di Batutumonga bagaikan tidur di atas awan. Pada pagi hari, anda akan terbangun dan menemukan gumpalan kabut dan awan memenuhi lereng di bawah kaki anda. Dramatis pastinya. Sayangnya, akses menuju Batutumonga cukup sulit dan pada malam hari, keramaian tidak seramai Rantepao atau Makale. Buat yang menginap di Batutumonga, bersiaplah tidur cepat. Batutumonga memang layak untuk anda yang benar-benar ingin kembali bersatu dengan alam dimana hanya suara jangkrik yang terdengar pada malam hari.
Sayang, tiada banyak yang bisa diperbuat di Batutumonga ini selain melihat kecantikan alam saja. Hawanya sich memang luar biasa segar. Kayaknya, kalau saya tinggal disini bakalan berumur panjang dech. Hehehe. Namun ya itu, wilayah lereng Sesean ini termasuk salah satu tempat yang sepi di Toraja ini. Hampir tidak ada aktifitas berarti di seputaran wilayah ini selain para warga lokal yang mencari pakan ternak mereka. Jumlah mereka pun bisa dihitung dengan jari. Cocok banget dech bermalas-malasan disini sambil menikmati pemandangan di ketinggian. Awas, jangan lama-lama di tepi jalan juga. Walaupun sejuk, namun sengatan matahari pada tengah hari cukup bisa membakar kulit anda. Sebaiknya anda masuk penginapan atau coffee shop pada saat tengah hari untuk menghindari bakaran sengatan matahari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment