Tujuan akhir saya sebagai penutup jalan-jalan di Toraja Utara adalah Ke'te' Kesu'. Saya memilih tempat ini karena Ke'te' Kesu' adalah pusat kunjungan wisatawan yang paling terkenal di seluruh Tana Toraja. Dengan akses jalan yang bagus, dekat Rantepao, desa wisata terawat dan komplit atraksinya, wajar banget Ke'te' Kesu' menjadi terkenal dan ramai dikunjungi turis. Saya menempuh perjalanan yang cukup jauh dari Balusu hingga ke Ke'te' Kesu'. Saya harus kembali menempuh semua jalur yang saya lewati tadi dan mengikuti aliran Sungai Sa’dan. Ke'te' Kesu' terletak di sisi lain Kota Rantepao. Saya harus melewati Rantepao dulu baru bertemu Ke'te' Kesu'. Walau pernah mengunjungi Ke'te' Kesu', tapi saya merasam kunjungan ke Tana Toraja nggak pernah lengkap kalau nggak menyambangi tempat ini. Yuk, kita kembali lagi sekaligus bernostalgia.
Sayang, sore itu Ke'te' Kesu' diguyur hujan. Saya tetap nekad memacu kendaran saya kesana. Sewa motornya masih ada sisa jam. Sayang banget kalau hujan menghambat perjalanan saya. Untungnya, jalanan menuju Ke'te' Kesu' cukup baik walaupun berukuran tidak terlalu besar. Walaupun hujan, sejumlah wisatawan tetap tampak di Ke'te' Kesu'. Ke'te' Kesu' adalah desa wisata yang terkenal akan deretan Tongkonan dan Alangnya yang berjejer cantik. Serupa dengan Desa Pallawa, Ke'te' Kesu' menawarkan lebih banyak atraksi dan variasi kerajinan tangan. Adalah sesuatu yang sangat wajib dilakukan bila anda berkunjung ke Tana Toraja dan berfoto dengan latar belakang yang cantik khas Toraja ini. Sejumlah Tongkonan yang masih digunakan hingga kini berpadu dengan deretan Alang yang difungsikan sebagai lumbung padi memang menjadi pemandangan khas Toraja yang banyak sekali menghiasi pemandangan di kartu pos maupun internet dan majalah. Mencari Ke'te' Kesu' tidaklah susah. Dari Rantepao, berjalanlah ke arah selatan menuju Makale. Kurang lebih satu kilometer dari pintu gerbang kota, anda akan bertemu dengan pertigaan Karassik yang memiliki patung kerbau belang di tengah-tengah jalan raya. Dari pertigaan ini, beloklah ke kiri dan terus sekitar 5 kilometer jauhnya, anda akan bertemu plang Ke'te' Kesu' di sebelah kanan jalan. Dari jalan masuk menuju Ke'te' Kesu', anda akan melihat deretan Tongkonan dan Alang yang menjadi khas pemandangan Toraja. Dilatari dengan sawah dan pegunungan, pemandangan ini sungguh cantik.
Tiket masuk untuk memasuki Ke'te' Kesu' sebesar Rp. 10.000. Loket masuk sudah tersedia di tempat ini. sebelum masuk, anda akan melihat deretan toko souvenir dan kerajinan khas Toraja berjejer di tempat ini. Semua toko tersebut memajang banyak kerajinan dengan harga yang bersaing dan murah. Selepas toko-toko souvenir, inilah Ke'te' Kesu', Toraja yang sesungguhnya.
Kalau sudah dari Pallawa, Ke'te' Kesu' ini tidak akan terlalu spesial untuk anda. Bentang Tongkonan antara kedua tempat ini hampir serupa. Foto yang dihasilkan pun cenderung akan mirip. Perbedaan yang cukup jelas adalah Ke'te' Kesu' lebih berkembang, terutama dari adanya museum yang ada di dalam kompleks dan sebuah workshop pembuatan ukiran Toraja di salah satu rumah. Ini menunjukkan, perkembangan Ke'te' Kesu' sudah berorientasi wisata. Sementara itu, Desa Pallawa masih ditinggali layaknya desa pada umumnya. Sembari melihat dan berfoto-foto, anda bisa melihat bagaimana ukiran Toraja dibuat dan kalau perlu belajar dari para pembuatnya. Setelah belajar, jangan lupa untuk membeli beberapa produk ukiran tersebut.
Setelah puas berfoto dengan latar belakang Tongkonan, sekarang saatnya anda melihat makam Toraja. Ada sebuah jalan masuk diantara Tongkonan dua dan tiga yang akan mengantarkan anda ke makam. Jangan takut, walaupun jalanannya kecil dan penuh oleh rerimbunan tanaman sehingga berkesan gelap dan suram, namun disini banyak terdapat toko souvenir sehingga anda tidak perlu merasa takut. Jalan masuk tersebut akan berujung pada sebuah tebing dan beberapa bangunan unik makam Toraja. Adalah makam para bangsawan Toraja yang dimakamkan di tempat ini. Salah satu bangunan dengan bentuk seperti drum raksasa menyimpan banyak sekali koleksi tulang belulang dari keluarga bangsawan dan seluruh silsilah keluarganya. Beberapa tau-tau (boneka representasi manusia) leluhurnya masih tampak dan dipajang di depan makam. Sementara itu, makam yang jauh lebih berkesan Toraja terdapat di atas tebing. Deretan erong (peti mati) atau kubur batu khas Toraja tampak digantung di langit-langit tebing. Beberapa erong yang hancur memperlihatkan isinya : tengkorak dan tulang belulang. Ada sebuah pintu sorong yang dibuat di antara erong di tengah-tengah tebing. Pintu tersebut melindungi puluhan tau-tau yang dipajang di tempat itu. Sudah merupakan ritual kebiasaan Orang Torajalah bahwa harta benda sang almarhum ketika masih hidup biasanya akan diikutsertakan pada mayat atau tau-taunya. Sudah jamak ditemukan bahwa tau-tau memiliki perhiasan emas berlian yang cukup mahal. Oleh karena itu, nggak heran tau-tau menjadi sasaran empuk para pencuri. Sudah sering dilaporkan kasus pencurian perhiasan atau benda berharga di tau-tau. Demi mengantisipasi hal tersebut agar tidak terjadi lagi, maka keturunan dari sang almarhum akhirnya membuatkan pintu yang bisa dikunci untuk melindungi tau-tau dari tangan-tangan jahil.
Walaupun sudah sore, Ke'te' Kesu' masih cukup ramai. Beberapa turis bahkan memanjat tebing hingga ke puncak, sesuatu yang tidak saya lakukan karena sudah agak gelap, hampir menjelang malam. Akhirnya, saya kembali ke depan, bersama dengan segerombolan turis yang hendak pulang juga. Walaupun secara umum tempat wisata di Toraja tutup setelah gelap, namun secara praktek, beberapa toko souvenir masih buka melewati jam 6 sore, bahkan cenderung masih ramai. Beberapa turis yang menyudahi kunjungan mereka di Ke'te' Kesu' umumnya masih asik berbelanja souvenir di toko-toko yang banyak bertebaran di pintu keluar. Saya sendiri termasuk orang yang memborong aneka souvenir cantik tersebut. Saya membeli kain, ukiran khas, dan benda-benda khas Toraja yang bagus-bagus dan harganya cukup murah. Memang, dibandingkan dengan harga di Pasar Rantepao, harga di tempat wisata jauh lebih murah. Beberapa benda seperti ukiran, bisa beda hingga setengah karena umumnya tiap toko di lokasi wisata memiliki workshop untuk mengerjakan ukiran tersebut sendiri. Kecuali anda terpaksa sekali, usahakan untuk membeli produk kerajinan tangan ini di tempat asal dimana mereka memproduksinya. Anda akan mendapatkan harga murah yang menarik.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Hohoho, sekarang baru jelas, ternyata tujuan utama wisatawan ke Toraja itu ke tempat ini ya. Dulu saya bingung setiap kali mendengar tentang Toraja; daerahnya kan luas, jadi ke mana para turis itu berkunjung ya? :D
ReplyDeleteBtw, gimana kalau di setiap akhir postingan kamu cantumkan rincian biaya perjalanan? Sekedar ide aja sih.
yang di foto keenam itu (yang di dalem kaca, pakai jas dan celana pendek), manusia atau patung sih? :D
ReplyDelete@Brad : Hehehehe...beberapa tempat menawarkan keindahan Toraja, tapi Ke'te' Kesu' yang tampaknya paling lengkap. Plus, tempat ini juga memiliki deretan Tongkonan dan Alang yang khas Toraja banged. :D
ReplyDeleteUsul yang baik! hehehe...dipertimbangkan yach untuk postingan berikut-berikutnya. *nyari-nyari catatan, mudah-mudahan harga harga dan bill masih ada...hehehe* Terima kasih Oom! :D
@Tri : Itu namanya Tau-Tau, patung yang dibuat dari kayu nangka dan menyerupai wajah manusia asli yang meninggal. Pembuat Tau-Tau ini hebat loch, mereka bisa meniru muka sang almarhum dengan sangat mendetail :D Kalau manusia aslinya, harusnya sudah membusuk dan jadi tulang di dalam bangunan kuburan di belakangnya itu yach :D hohohoho