Desa Batu Putih adalah desa yang terletak di mulut Timor Tengah Selatan, di Jalan Trans Timor. Ketika melewati desa ini, bus berhenti dan tiba-tiba dari sekeliling bus muncul anak-anak (mayoritas anak-anak dan anak baru gede) yang meramaikan suasana dan menawarkan makanan ringan dan minuman untuk bekal perjalanan. Mereka menawarkan kacang-kacangan dan keripik serta minuman di desa ini. Dari desa ini, tampak sebuah plang percabangan jalan menuju Desa Bena, sesuatu yang sudah tidak terlihat ketika melintasi hutan Timor Tengah tadi.
Desa Batu Putih ini selain sebagai penanda pintu masuk Timor Tengah Selatan, juga sebagai wilayah di ujung jembatan terpanjang di Timor. Jembatan terpanjang di timor, yang terletak di antara dua kabupaten, Kupang dan Timor Tengah Selatan terletak di antara Desa Batu Putih dan desa Fatuleu. Jembatan ini melintasi Sungai Mina yang merupakan sungai terbesar di Pulau Timor (ukurannya lebar). Walaupun hujan turun setidaknya satu kali pada setiap hari kunjungan saya di Timor, saya sedikit heran melihat sungai yang luar biasa besarnya tersebut kering sebagian. Tidak bernasib sama buruknya dengan sungai-sungai yang sedari tadi dilalui, Sungai Mina masih memiliki beberapa titik aliran air sehingga sungai ini masih tepat dikatakan sungai. Entah legal atau tidak, tapi di sungai-sungai yang kering tersebut, dan di Sungai Mina ini, saya menyaksikan truk-truk kecil dengan alat penggali beroperasi di bagian sungai yang kering dan hanya terdiri atas pasir. Tampaknya, penambangan pasir cukup marak disini.
Kondisi sungai yang kering memang dikatakan sebagai ciri khas Timor. Air datang hanya dalam jangka waktu sesaat saja dan kemudian kemarau panjang melintasi pulau ini. Pulau ini memang terkenal karena keringnya lahan. Namun, saat ini pembalakan liar semakin menjadi-jadi di pulau ini di wilayah pedalaman. Akibatnya, sudah tentu, pada saat hujan deras berlangsung, sebagian besar wilayah Timor Tengah Selatan akan berubah menjadi danau karena banjir. Namun, seusai banjir, air berlalu begitu saja tanpa terserap sehingga kering menjadi semakin parah.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore dan saya masih berada di pedalaman Dataran Tinggi Timor. Bus pun bergerak perlahan menembus hutan lagi, menuju Kupang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
terimaksih ceritanya, perjalanan batu putih kupang ini ternyata cukup jauh ya.
ReplyDeletehehehe...cukup jauh dan bikin rindu pengen kesana lagi...:D
ReplyDeletePriyatna berasal dari sana ?