Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Maranatha

Dari Gereja Santa Maria Mater Dolorosa, saya berencana melanjutkan perjalanan ke Gereja ketiga di So’E. Dari Jalan Tompelo, gereja tersebut berjarak sekitar 400 meter dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki saja. Dari Jalan Tompelo, terus jalan ke arah selatan (jalanan kembali menurun dan mendaki seperti bukit) dan ketika bertemu dengan perempatan besar dimana banyak terdapat toko dan bus lalu lalang, beloklah ke arah kanan, masuk ke Jalan Sudirman. Dari Jalan Sudirman, berjalanlah terus hingga bertemu taman kota berbentuk segitiga (sebenarnya lebih tepat disebut hutan kota karena rimbun dan tingginya pepohonan yang hidup di taman itu). Sambil berjalan menyusuri jalan utama Kota So’E di bagian ujung barat, saya menjumpai Toko Buku Sinar Putain Soe yang bergaya klasik dan membuat bernostalgia. Bentuk bangunan toko buku tersebut lebih mirip sebuah rumah lama dengan papan penunjuk merek yang sama klasiknya. Unik sekali. Sambil berjalan, saya disapa oleh pemuda dan pemudi Kota So’E dan mereka minta berfoto. Yach, saya sich senang-senang saja memfoto mereka. Yang pria tampak semangat namun wanitanya malu-malu. Seusai berfoto, seperti biasa, saya menceritakan maksud perjalanan saya baik asal maupun tujuan berikutnya. Seusai percakapan singkat tersebut, saya berpamitan dan mereka mengucap salam dengan tulus. Memang, warga Timor sangat baik hati.
Di sisi utara taman segitiga, ada berderet-deret rumah tua yang tidak terurus dan terbengkalai. Hampir seluruh dari rumah tua tersebut memiliki kondisi fisik yang bolong-bolong, rusak parah, lapuk, dan berjamur. Pemandangan ini membuat saya serasa kembali ke masa silam. Pemandangan yang tidak biasa saya saksikan, bisa dilihat di So’E ini. Kemudian di sisi ujung taman, ada sebuah sekolah SMU yang kemudian dilanjutkan dengan gereja. Gereja Masehi Injili di Timor Jemaat Maranatha So’E terletak di pertigaan Jalan Gajah Mada, Jalan Sudirman dan Jalan Bill Nope. Dibandingkan dengan kedua gereja terdahulu, gereja ini memang tidak memiliki karakteristik tersendiri. Bentuk dasar gereja ini hanyalah bangunan rumah besar dan memiliki satu buah menara dengan pucuk atap yang berukuran kecil dan salib di atasnya. Memang, bangunan ini berusia cukup tua yang dapat dilihat dari arsitektur yang digunakan. Gereja ini banyak menggunakan ventilasi berukuran kecil sehingga lebih mengesankan sebagai benteng daripada rumah tinggal. Anda bisa lihat menara gereja ini dengan cat yang sudah hampir mengelupas sebagian. Di menara tersebut hanya terdapat sejumlah lubang ventilasi berukuran kecil berbentuk vertikal. Benar, mirip menyerupai menara benteng pertahanan. Sayangnya, pada saat sore itu, sedang ada kebaktian berlangsung di gereja tersebut. Tampak umat yang berkerumun hingga pintu masuk sibuk menyanyi. Tidak mau mengganggu, saya sudahi kunjungan saya ke gereja ini.

4 komentar:

  1. Mungkin karena gereja tua, jadi lebih mirip menara benteng pertahanan di masa lalu.

    sebuah khasanah budaya dlm hal arsitektur bangunan lama.Indonesia emang kaya akan keunikan.:-)

    i love Indonesia.

    ReplyDelete
  2. iyah....seneng deh bisa liat bangunan2 tua yang unik disini :D
    bisa jadi, itu dulunya benteng :)

    ReplyDelete
  3. coba di negara tetangga (Timor Leste) pasti banyak gereja tua di sana. saya yakin anda tertarik. klo mau nti kukirim foto2 gereja tua.
    thanks for all.
    hub: pras_na2ng@yahoo.com

    ReplyDelete
  4. Selamat Malam Mr. Pras :)

    Saya berencana untuk ke Timor Leste suatu saat nenti :). Mau Nostalgia dengan Timor Timur. hehehe....terima kasih atas infonya yach :D
    Mungkin Oom Pras berdomisili di Dili?

    Oberigado :D

    ReplyDelete