Sebenarnya ini jembatan biasa saja. Jembatan Limpapeh ini melintas di atas Jalan Achmad Yani, salah satu jalan paling ramai dan paling banyak hotel di Bukittinggi. Jembatan ini menghubungkan Taman Bundo Kanduang di sebelah kanan dan kiri (Benteng Fort De Kock dan Kebun Binatang Kinantan). Uniknya, jembatan ini berada di dalam taman, oleh karena itu tidak dapat dilintasi oleh kendaraan. Hanya pejalan kakilah yang dapat melintasi jembatan ini. Jembatan ini dihiasi oleh arsitektur Minang di gerbang masuknya. Kepala gonjong dan corak moghul menghiasi gerbang masuk dan bagian tengah jembatan ini. Tak ketinggalan, penjual aksesori dan kacamata hitam menggelar dagangannya, menawarkan jualannya pada pembeli yang melintas.
Dari atas jembatan, pemandangan yang bisa disaksikan masuk kategori lumayan. Dari atas jembatan, kita bisa menyaksikan pemandangan Kota Bukittinggi (terutama Jalan Achmad Yani). Beberapa rumah dengan atap bagonjong, Jam Gadang bisa terlihat dari atas jembatan. Nggak ketinggalan, gunung yang melingkari Kota Bukittinggi juga terlihat dengan jelas. Gunung Merapi dan Gunung Singgalang berwarna biru yang hampir selalu tertutup dengan awan dan kabut pada bagian lerengnya. Kalau bisa sich, jangan sampai terjebak hujan di jembatan ini. Soalnya, jembatan ini nggak punya kanopi pada bagian atapnya. Alhasil, kalau hujan, kita bakalan basah kuyub, kecuali berteduh di bagian tengah jembatan yang beratap gonjong. Namun, coba pikirin lagi dech, kalau sampai hujannya lama, berbadai dan berpetir, saya rasa menunggu di bawah tengah jembatan adalah hal yang salah juga. Soalnya saya kebetulan mengalami kehujanan ketika di tengah jembatan ini. Hehehe...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment