Sekilas Kota Batusangkar, Pusat Kebudayaan Minangkabau

Apabila anda masih berprefix 0751, bersiap-siaplah. Prefix kota ini 0752 yang artinya anda akan segera kehilangan komunikasi apabila telepon yang anda gunakan wajib melakukan pendaftaran prefix terlebih dahulu. Untuk pengguna gsm, anda aman! Kota Batusangkar adalah sebuah kota yang terletak di Kabupaten Tanah Datar, dekat Padang Panjang. Entah mengapa disebut datar. Walaupun bernama Tanah Datar, namun jalanan di tempat ini sama sekali nggak datar. Hampir semua daerahnya berbukit dan dikelilingi bukit. Oke lah, di kotanya memang datar, tapi di jalan menuju kota, naikan maupun turunannya cukup tajam bahkan menanjak atau berbukit berlebihan seperti di Desa Balimbiang yang jalannya lumayan naik turun sampai saya mengeluarkan isi perut saya. Bentang permukaan wilayah ini memang kebanyakan berupa sawah.
Nggak banyak informasi yang bisa dikorek dari kota ini. Yang utama, tentu saja wajah kota ini yang cukup panas (kebetulan siang) dan banyak sekali rumah gadang yang bertebaran di wilayah ini. Dari sedikit penelitian, diketahui bahwa Batusangkar dahulunya adalah pusat lokasi kerajaan Minangkabau yang dirajai oleh Raja Adityawarman. Di tempat ini, banyak sekali prasasti batu yang masih tersisa yang mengisyaratkan catatan pertama tentang kerajaan ini di Sumatera Barat. Pada jaman penjajahan Belanda, kota ini dikenal dengan nama Fort Van der Capellen yang memang merupakan basis pertahanan Belanda pada masa Perang Padri. Ada sebuah monumen pemuda yang memegang senapan dan bambu runcing beserta seorang wanita yang membawa hasil bumi di bagian tengah kota mengisyaratkan masa lalu kota ini. Pada 1949, nama kota ini kembali menjadi Batusangkar.
Nggak banyak yang bias dilakukan di kota ini selain mengisi bahan bakar dan membeli keperluan anda (makanan dan lain-lain). Untuk menginap, saya rasa anda juga lebih memilih Kota Bukittinggi yang bisa ditempuh dari Batusangkar maksimal 2 jam perjalanan. Batusangkar memang tidak memiliki objek wisata alam yang menjadi highlight kecuali deretan pegunungan dan perbukitan yang mengelilingi kota. Sehubungan dengan posisinya yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Minangkabau pada jaman dahulu, tidak heran bahwa di kota ini ditemukan banyak sekali objek wisata yang berbau sejarah dan budaya. Kalau anda mencari rumah adat Minangkabau yang bergonjong-gonjong dan berusia ratusan tahun, di sinilah tempatnya. Dua Istana paling terkenal dari kota ini adalah Istana Baso Pagaruyuang, yang kerap menjadi ikon rumah adat Sumatera Barat dan Istana SIlinduang Bulan yang berukuran lebih kecil namun tampil cantik dengan nuansa warna merah dan hitam yang menonjol. Dua istana ini terletak tidak terlalu jauh dari pusat kota. Di desa yang mengelilingi kota, banyak juga terdapat sejumlah rumah adat berusia ratusan tahun seperti yang ada di Desa Balimbiang.

1 komentar:

  1. Nice post bro..

    Terima kasih sudah sudi mampir di desa (Di Sumbar disebut Desa=Nagari) Balimbiang kampuang halaman kami. Di Balimbiang tentunya saudara kami berkesempatan melihat salah satu rumah adat yang telah berusia sekitar 400 tahun yang bernama Rumah Adat Kampai Nan Panjang.

    Keunikan dari rumah adat ini adalah tidak mamakai paku dalam keseluruhan proses pembangunannya. Hal ini menjadi daya tarik bagi mahasiswa arsitektur dari berbagai PT di Indonesia dan bahkan juga dari luar negeri. Sering peneliti dari luar negeri tinggal sampai berbulan-bulan di Nagari Balimbiang ini untuk mneliti tentang arsitektur dan kebudayaan Minangkabau.

    Teruslah berkarya saudaraku..
    Salam dari Balimbiang,
    Ario Gustav.

    ReplyDelete