Tujuan akhir kami hari ini adalah Lembah Harau, lembah dengan bentang mengagumkan yang membuat nafas terasa terhenti ketika memandangnya. Saya yang belum kesana saja bisa mengatakan begitu ketika melihat gambarnya. Bagaimana kalau sudah sampai sana? Namun, saya baru setengah perjalanan selepas Batusangkar untuk menuju ke Harau. Hari masih terlalu siang. Mau wisata apa lagi yach sambil menghabiskan waktu siang agar tepat sore baru tiba di Harau? Yang jelas, saya nggak mau berpanas-panas ria seperti yang sudah saya lakukan di Batusangkar. Kepala ini nggak butuh sengatan matahari ekstra. Bisa-bisa pesertanya bertumbangan nantinya! Hehehe...Untunglah, jawaban atas pertanyaan ini terjawab sudah. Tepat sebelum saya memasuki Kota Payakumbuh, sebuah objek wisata membentang di sebelah kiri kendaraan. Ngalau Indah alias Gua. Pas banget! Saya memang tidak butuh objek wisata alam sambil berpanas-panas ria. Gua tampaknya menjadi pilihan yang tepat sekaligus variatif di tengah-tengah kepungan pantai, bukit, gunung dan lembah.Ngalau Indah adalah sebuah gua yang terletak tepat di pintu masuk Kota Payakumbuh. Alhasil, karena lokasinya tepat di pintu masuk kota, akses ke tempat ini sangat mudah. Hampir semua kendaraan yang melintasi Kota Payakumbuh untuk mencapai Bukittinggi atau Batusangkar menuju Pekanbaru akan melewati tempat ini. Tempat masuknya juga mencolok dan sangat menarik perhatian. Nggak mungkin akan terlewatkan oleh mata dech. Ngalau atau yang dapat diartikan gua adalah sebuah bentangan alam dengan hiburan utamanya berupa stalaktit dan stalakmit dan biasanya membentuk wujud aneh-aneh di dalam gua sehingga bisa diasosiasikan dengan rupa tertentu. Ngalau di Sumatera Barat ada beberapa. Namun, ngalau ini tampaknya yang aksesnya cukup baik, hampir di dekat kota.
Bersama dengan ngalau, ada juga kolam renang di bagian bawah ngalau untuk yang hobi berenang dan bermain air. Kolam renangnya terlindungi oleh pohon dan bukit di bagian belakang kolam sehingga cukup teduh dan nggak berpotensi untuk membakar serta membuat hitam kulit. Ukuran kolam renangnya juga bisa dikatakan lumayan. Nah, tepat di sisi kolam renang ini adalah pintu masuk ngalau yang ditandai dengan pos penjagaan sekaligus penjualan tiket. Tiket masuknya adalah Rp. 3.000 per orang dan Rp. 2.000 untuk mobil. Jalan masuknya menanjak dan sedikit berliku sehingga dari jalanan di atas kita bisa melihat Kota Payakumbuh dari ketinggian walaupun terhalang oleh pepohonan. Tak lama setelah terhalang pepohonan, jalan masuk tadi mulai melebar dan tampaklah sebuah lapangan cukup lebar dengan toko-toko makanan di sebelah kanan. Ngalau yang dimaksud berada tepat di hadapan saya dan dapat dicapai dengan anak tangga landai yang dibangun mengelilingi areal parkir untuk sampai ke atas ngalau. Cuaca panas yang masih terik tidak menjadi masalah karena ngalau tersebut berupa tebing tinggi yang diliputi hijau-hijauan dan akar-akar tanaman yang menjuntai. Mungkin agak seram kalau kita mengunjunginya malam-malam dan memang tidak disarankan untuk masuk kesini malam hari. Tidak adanya penerangan tentu akan sangat berbahaya bagi keselamatan. Yang jelas, saya sich akan jauh-jauh dari sini kalau malam hari sebab siang hari saja sudah terlihat suasana gelapnya. Apalagi malam. Makasih dech.
Sebelum masuk ke ngalau, pastikan anda melihat peta yang sudah keropos dan berlubang-lubang di bagian kanan bawah ngalau. Di peta ini tercantum peta jalanan dalam dan jalan luar gua beserta batu-batu unik yang terbentum akibat tetesan air gua selama bertahun-tahun atau bahkan ratusan tahun kali yach? Batu-batu yang ada disini misalnya batu ibu menangis, batu tangkai payung, batu gong, batu gajah, dan batu tirai pengantin. Di peta, tampaknya jalanannya berliku-liku dan panjang untuk bisa sampai ke semua batu-batuan tersebut. Yah, kita coba saja lihat nanti apakah ternyata memang sepanjang yang ada di dalam peta ini? Sebelum masuk, buat yang lapar, ada baiknya beli snack kecil dahulu untuk dimakan selama perjalanan. Ingat, jangan membuang sampah di dalam ngalau yach.
Jalan masuk yang paling dekat adalah jalan di dekat parkiran kendaraan. Ada jalan masuk lain yang berada agak jauh dari pintu masuk utama ngalau dan langsung berhadapan dengan tebing di bagian atas. Jadi, ini gak disarankan. Ambillah jalan paling dekat dengan parkiran sebagai titik awal dan titik akhir pendakian anda. Sebenarnya ini bukan pendakian juga sich, namun kita hanya mendaki anak tangga saja.
Mendekati mulut ngalau yang paling dekat, suasana gelap dan dingin mulai terasa. Angin dingin yang bertiup dari dalam gua, bau masam dan lapuk serta dengung dan cicit ribuan suara kelelawar memenuhi bagian dalam gua. Ya, ngalau ini adalah tempat hidup (harusnya sekitar ribuan) kelelawar. Jangan takut, walaupun ramai berdecit, namun aktifitas mereka tampaknya tidak terganggu oleh pengunjung ngalau selama kita tidak mengganggu mereka juga. Selama kunjungan, bahkan saya tidak melihat sama sekali satu ekor pun kelelawar beterbangan keluar gua.
Pintu masuk gua adalah lokasi terakhir dimana kita bisa melakukan kegiatan berfoto tanpa memakai flash. Memang, batu-batu yang ada di mulut gua tergolong menarik untuk diabadikan. Nah, menjelang masuk, jangan harapkan cahaya matahari lagi untuk memandu anda. Kegelapan total akan menjumpai anda. Memang, ada sejumlah fotografer instan yang siap membantu anda untuk berfoto sekaligus sebagai pemandu untuk masuk ke dalam gua (tampaknya mereka sangat mahir dan tahu seluk beluk gua tersebut walaupun tanpa alat penerang senter). Kalau anda tidak membutuhkan jasa mereka, sebaiknya katakan terus terang agar tidak menyinggung perasaan atau jeleknya, anda dicharge untuk sesuatu yang tidak anda inginkan. Kalau anda ingin difoto, mungkin anda bisa ajukan penawaran sekaligus meminta jasa pengantaran ke dalam gua. Berhubung tidak ada senter, mungkin sebaiknya anda bersiap dengan senter sendiri sebelumnya. Oh yah, ngalau ini ternyata tidak terlalu panjang seperti yang diperkirakan. Hanya butuh sedikit berjalan dan kenekadan (plus keberanian) akan membuat anda keluar dari pintu masuk ngalau di ujung lainnya dan dari sana anda bisa menelusuri hampir seluruh bagian ngalau. Hanya saja, ya itu, beberapa bagian sangat gelap dan yang parahnya sangat licin. Wajar, mengingat di dalam gua sangat lembab, penuh tetesan dan kucuran air, tanah dan tentu saja pasti ada kotoran kelelawar dimana-mana. Gunakan alas kaki yang genggamannya pas agar anda terhindar dari tergelincir selama mengeksplorasi gua. Saya sendiri terjatuh di dalam gua dengan belepotan tanah karena alas kaki saya kurang mantap. Begitu terkena licin, langsung saja pantat saya sukses mencium lantai gua yang penuh tanah dan kotoran kelelawar dengan mesranya.
Berhubung saya tidak membawa senter dan saya langsung paranoid karena jatuhnya saya ini, akhirnya saya memutuskan keluar dan masuk dari pintu yang paling dekat dengan pintu utama. Di pintu yang bisa ditelusuri dari pinggiran tangga dan harus melewati juraian akar ini terdapat sebuah batu. Kalau di petanya, namanya sich batu ibu menangis walaupun tampaknya imajinasi saya kurang bagus untuk membayangkan bahwa batu tersebut adalah batu ibu menangis. Namun, jalanan disini lebih terang dan tidak terlalu licin. Mungkin karena sebagian dari bagian ngalau yang ini beratapkan langit sehingga cahaya matahri masih masuk menembus lantai gua. Di bagian ngalau ini, ada jembatan dan tangga untuk mencapai area yang lebih tinggi lagi. Perhatikan jalan, arah ke atas jauh lebih terjal dan licin. Berhati-hati sepanjang perjalanan karena selain licin ada banyak batu-batu yang berukuran cukup besar dan tajam. Tentu, tidak mengenakkan apabila kegiatan wisata ini berbuntut tidak enak bukan? Cukuplah pantat saya yang sukses mencium lantai gua menjadi pertanda hari itu saya mengunjungi ngalau.
Di bagian atas gua, wilayah yang bisa dieksplorasi lebih banyak lagi dan jalanan ini tersambung dengan pintu masuk yang letaknya lebih jauh dari lapangan parkiran. Sayang, saya tidak melanjutkan lebih jauh karena jalannya semakin terjal dan tinggi serta tampak tidak banyak orang yang melewati bagian ini. Di bagian yang tinggi ini bahkan terdapat sebuah bangku taman untuk duduk dan bersantai-santai. Sayangnya, rimbunnya pepohonan, gelapnya daerah tersebut mengakibatkan banyak sekali serangga dan nyamuk yang berkeliaran. Sangat tidak nyaman duduk di atas ngalau karena pasti akan menjadi korban gigitan nyamuk yang luar biasa ganas. Segera, saya dan rombongan turun kembali ke lapangan parkiran.
Sebenarnya, kunjungan ke Ngalau Indah cukup menyenangkan terutama karena objek wisata alam ini sedikit variatif dari yang sudah-sudah, sejuk bisa untuk mengademkan kepala, aksesnya mudah, dan hampir gratis karena tidak banyak pungutan liar yang diada-adakan untuk berkunjung ke ngalau ini. Ditambah lagi, ngalau ini cukup ramai dikunjungi (pada waktu kedatangan, ada dua buah bus wisata yang membawa rombongan anak sekolah dasar) sehingga kesan sepi dan menyeramkan pupus sudah. Memang, mengunjungi ngalau seperti ini akan jauh lebih baik dengan beramai-ramai untuk mengeliminir pikiran tidak-tidak di kedalaman gua. Kalau anda lapar, silahkan belanja makanan di toko dan kios yang banyak tersedia di tempat ini. Ingat, perjalanan menuju Harau masih sekitar satu jam lagi. Kita harus melewati Kota Payakumbuh dan Kota Sarilamak terlebih dahulu sebelum sampai ke Harau. Perhitungkan waktu dengan cermat. Jangan sampai terlambat atau terlalu malam sampai di Harau. Sayang sekali kalau anda tidak sempat menikmati pemandangan indahnya Lembah Harau karena hari sudah malam. Oh yach, ada biaya parkir sebelum anda meninggalkan Ngalau Indah ini, Rp. 2.000.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
gw kagum ama proses alam yg terjadi pd goa aja..
ReplyDeletetp gw gak suka berwisata ke goa..
kalo gak sengaja ketemu goa,,baru gw jepret2.gw gak musti harus jauh2 nyari goa,mending nyari pantai atau airterjun,,biar bisa nyebur..hehe
hehehe....di dalamnya gak begitu banyak yg bisa diliat Nas....yah...u know lah, gue juga ga suka goa karena ga banyak yg bisa difoto. abis, gelap2an sih...hasil fotonya pasti ga bagus dech....T_T
ReplyDeleteselain itu, ada perasaan gmn gt sama goa...apalagi kalau gue sendirian, mendingan ga usah masuk goa deh...hehehe...carinya yg terang benderang aja...hehehe
kalau kesukaan kita akan pantai atau air terjun, sama banged tuch Nas :D tapi tetep lebih oke gunung sich...gue suka yg adem adem...hehehe
Wahhh sama dong,saya jg lebih cinta pantai drpd goa,lbh suka terang drpd gelap...kalo gelap,apalg yg lembab2 n sepi, rasanya ada sesuatu deh yg niup2 tengkuk...hiiiyy lari... Selamatkan diri hehe. Tapi top juga tuh petualang ke goa,kl dikaltim ada goa tengkorak Namanya, letaknya di paser,jalan menuju kalsel. Isinya tengkorak mulu, jd cukup melihat dari kejauhan hehe.(Henny )
ReplyDeletehaloooooo Jeung Henny....sudah lama nih tak berjumpa...kemana aja? masih aktif ngeblog kah?
ReplyDeleteanyway, jangan cerita yg serem2 yah sebelum masuk ke dalam gelap2 begini...hehehe...kalau udah keluar sih gpp deh...abisan, Jeung Henny ini sama deh kayak temennya, pasti bisa menarik yang demikian...hiyyyyy...amit2...hahaha
waduh, apalagi kalau ada gua yang isinya tengkorak semua, syerem....jalannya harus pegangan sama temen, ga boleh sendirian...hehehe...
Goa sih asik kalo rame2...seru2an...kalo sendiri mah bikin males...hehehe