Sungguh menggelikan melihat ritual tahunan orang-orang yang tidak berangkat mudik dan memilih untuk tetap berada di Jakarta. Sepanjang tahun, mereka harus menelan dengan susah payah pil pahit yang namanya kemacetan. Ketika Jakarta ‘agak’ sedikit lowong di kala Lebaran, mereka malah mencari sumber kemacetan lainnya, yakni tempat-tempat wisata di dalam kota dan di seputaran Jabodetabek. Alhasil, Anyer, Bandung, Bogor, Purwakarta, Puncak, penuh sesak dijejali oleh orang-orang yang berwisata. Tak ayal pula, jalan akses menuju tempat wisata akan padat dan cenderung macet. Sudah mengalaminya setahun penuh, masih rindu pula untuk mengalaminya di saat Lebaran. Orang Jakarta…
Padahal, ada satu buah jalan yang untuk saya, bagaikan sebuah oase di kala Puncak, Bogor dan Bandung penuh sesak oleh orang-orang Jakarta yang berwisata. Jalan itu bernama Jalan Trans-Yogie atau yang lebih dikenal dengan Jalan Alternatif Jonggol. Jalan ini menghubungkan Jakarta di pintu Cibubur dengan Cianjur dan bahkan Bandung melalui jalur alternatif. Bertahun-tahun saya mengalami dan melalui jalan ini. Jalan alternatif ini tetap seperti yang saya kenal, sama seperti dahulu, sepi, sedikit fasilitas dan aspal yang bagus.
Entah mengapa, hingga sekarang saya selalu merasa heran. Ada akses jalan yang bagus dari Jakarta menuju Puncak atau Bandung ketika ruas jalan lainnya tidak dapat diharapkan tetapi mengapa masih menggunakan akses jalan yang lama untuk menuju tempat wisata? Disana-sini saya mendengar macet di kilometer sekian Tol Cipularang atau diam tak bergerak di Pasar Cisarua. Jalan Alternatif Jonggol ini bebas dari semua hal tersebut.
Kalau anda dari Jakarta, coba dech pertimbangkan jalan ini ketika anda ingin berlibur ke Puncak atau Bandung. Dari Tol Jagorawi atau Jalan Raya Bogor, pilihlah exit Cibubur sehingga berujung di Bumi Perkemahan Cibubur. Dari sini, silahkan ambil jalan yang menuju Cileungsi. Inilah Jalan Trans-Yogie atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama Jalan Alternatif Joggol. Jalan raya dengan lebar 6 kendaraan (selepas Cileungsi, lebar menyusut menjadi 2 kendaraan hingga Ciranjang) ini menghubungkan Cibubur, Cileungsi, Jonggol, Cariu, Cikalong Kulon, Cianjur dan Ciranjang serta Padalarang. Secara umum, jalanan ini beraspal bagus walau ada sebagian kecil yang bertambal sulam dan sebagian lainnya sedang diperbaiki. Namun, 90% kondisi jalan bisa dikatakan laik pakai. Memang, dibandingkan dengan jalan yang sudah ada seperti ruas Tol Jagorawi-Ciawi-Cipanas atau Tol Cipularang-Bandung, jalan ini kalah dari segi fasilitas. Jumlah rumah makan, toilet, Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) hingga tempat perhentian wisata tidak sebanyak dua jalan akses utama lainnya. Jalan alternatif Jonggol ini tidak memiliki SPBU dengan fasilitas yang komplit seperti yang ada di Tol Cikampek atau Jagorawi. Tidak ada SPBU yang ber-café atau memiliki minimarket disini. Rumah makan yang tersedia sepanjang Jalan Alternatif Jonggol ini pun tidak menentu. Sebagian besar rumah makan yang ada hanyalah rumah makan sederhana dan tanpa adanya fasilitas rambu-rambu petunjuk keberadaan rumah makan tersebut. Kondisi yang sangat kontras terjadi di Jalan Raya Puncak dimana rumah makan berderet di kiri dan kanan jalan dengan jumlah pengunjung yang ramai. Mau makan apa saja ada. Kalau di jalur alternatif ini, rumah makan yang ada kebanyakan sangat sederhana dengan lauk sederhana pula. Kebanyakan rumah makan disini bertemakan masakan Sunda. Saya bahkan tidak yakin rumah makan tersebut beroperasi mengingat sepinya wisatawan yang melintas.
Walau demikian, ada hal yang tidak boleh diremehkan dari jalur alternatif ini. Kalau di Purbaleunyi, kita akan mendapat suguhan pemandangan bukit-bukit dan rel kereta api. Kalau di Puncak, kita akan mendapatkan suguhan pemandangan Gunung Gede dan Gunung Pangrango plus hawa sejuk sepanjang jalan (terkadang, ekstra bau kopling dari bus yang bergerak lambat di depan kita). Nah, Jalan Alternatif Jonggol ini memiliki bentangan alam yang cukup beragam, mulai dari persawahan dengan latar gunung di kejauhan di wilayah Cariu, sampai pemandangan gunung kapur di wilayah Cikalong Kulon. Sayang, hawa pegunungan yang saya diidam-idamkan tidak terlalu kentara di jalur ini. Suhu udara masih tergolong biasa saja cenderung panas walaupun pemandangan gunung yang disajikan tidak kalah menawan dibanding Puncak atau Purwakarta. Untungnya, walaupun panas, namun udaranya terasa segar tidak berpolusi.
Jalur yang tersedia memang hanya dua selepas Cibubur. Mulai dari Cileungsi terus hingga ke Ciranjang, hanya dua buah mobil yang dapat bersisian jalan untuk melintasi jalur ini. Walau demikian, nilai plus jalur ini adalah kondisi aspalnya yang bisa dikatakan cukup baik. Sayang, pe
nerangan jalur ini masih minim. Walaupun jalurnya hanya satu dan tidak terlalu bercabang-cabang, namun tanpa adanya penerangan yang cukup, pelintas bisa mengalami kesulitan saat melalui jalur ini. Oleh karena itu, usahakan melintas disini hanya sebelum matahari terbenam saja.
Untuk anda yang bosan dengan Puncak dan Bandung, Jalan alternatif Jonggol ini memiliki sejumlah tempat wisata yang unik dan agak berbeda dari yang sudah ada di kedua jalur utama tersebut. Hampir sebagian besar tempat wisata tersebut berlokasi di Cikalong Kulon. Dari arah Jakarta, anda akan bertemu dengan Kota Wisata, Taman Buah Mekarsari, Taman Pendidikan Penangkaran Rusa, Wisata Ziarah Dalem Cikundul, Waduk Cirata, Kota Cianjur, dan Waduk Saguling. Soal Hotel dan penginapan, jalur ini memiliki sedikit sekali penginapan yang bisa diandalkan. Memang, ada beberapa buah penginapan sederhana satu dua buah di Jonggol, Cariu dan di Cikalong Kulon. Penginapan umumnya terletak dekat dengan kawasan puncak gunung (dikelilingi kios-kios makanan) hingga berdiri sendiri tanpa adanya fasilitas pendukung lainnya di sekeliling. Kalau mau menginap, sebaiknya memang melaju ke kota terdekat seperti Cianjur, Puncak atau bandung dimana anda memiliki lebih banyak pilihan.
Kalau sudah bosan bermacet-macet ria di jalan raya utama Puncak dan Bandung , mengapa tidak sesekali mencoba yang agak berbeda dengan melintasi jalur ini? Perjalanan pulang atau pergi anda bisa dipangkas hingga beberapa jam. Tidak perlulah rasanya menjadi penggembira di lokasi-lokasi wisata yang penuh sesak. Anda nggak nyaman, dan bisa-bisa bukannya menjadi rileks malah menjadi semakin stres karena macet yang tak terperi di jalan tol dan jalan raya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Thank infonya broer
ReplyDeletekembali, salam kenal :)
ReplyDelete