Mungkin predikat Kota Wisata Bukittinggi datang dari ngarai ini. Ngarai, dalam bahasa Indonesia adalah jurang. Banyak pula orang membandingkan ngarai ini dengan Grand Canyon yang ada di Arizona, Amerika Serikat. Walaupun sangat berbeda jauh dalam hal lebar, panjang dan kedalaman, nampaknya pemahaman bahwa Canyon adalah Ngarai cukup bisa membuat impresi yang baik di benak masyakarat. Sayangnya, sekali lagi, Grand Canyon dan Ngarai Sianouk sama sekali berbeda dan tidak dapat disamakan. Kontur alam dan bentang alamnya saja sudah berbeda.Ngarai Sianouk yang kita bicarakan ini terletak persis di dalam kota. Tidak perlu bersusah payah mencapai lokasi wisata ini. Letaknya benar-benar mudah dicapai. Banyak angkutan umum yang melewati tempat ini. Ngarai sendiri adalah sebuah jurang, hasil bentukan alam ketika terjadi lipatan lempeng bumi. Hasilnya ya seperti yang bisa kita lihat disini, tebing-tebing tinggi terdiri atas batu-batuan cadas. Diantara tebing-tebing tersebut terdapat jurang menganga beberapa puluh meter di bawahnya. Di bawah jurang tersebut terdapat sungai yang mengalir. Cerita saya tampaknya nggak cukup baik dalam menjelaskan jurang atau ngarai ini. Namun, ngarai ini adalah hal pertama yang membuka mata saya lebar-lebar bahwa Indonesia ini teramat indah. Begitu melihat ngarai ini pertama kali, saya menahan nafas, jantung berdegup kencang. Saya melihat sesuatu yang unik, dan belum pernah saya lihat sebelumnya. Terlebih, hujan agak deras membuat ngarai ini diselimuti kabut. Saya bertemu dengan Bukittinggi yang dingin. Mantap! Sejak saat itu, saya jadi suka melihat objek-objek wisata lain sebagai penanda kecantikan alam Indonesia. Dan disinilah saya, semenjak Desember 2006, kembali lagi ke Bukittinggi untuk melihat ngarai ini sekali lagi.
Ngarai Sianouk ini memang merupakan bagian dari deretan Bukit Barisan yang memunggungi Sumatera di sebelah barat. Sungai Batang Sianouk mengalir di bawahnya. Sudah pasti, objek wisata utama di Bukittinggi adalah Ngarai Sianouk ini selain Jam Gadang. Pokoknya, harus berkunjung ke ngarai ini baru anda bisa dikatakan berkunjung ke Bukittinggi.
Nah, menyaksikan pemandangan Ngarai terbagi menjadi dua tempat. DI atas dan di bawah. Di atas, anda bisa masuk Taman Panorama (tiket Rp. 8.000). Sementara, di bawah, anda bisa melenggang masuk begitu saja karena wilayah bawah tidak dibatasi oleh objek wisata tertentu. Hanya keangkuhan ngarai cadas tinggi, sungai mengalir dan beberapa buah rumah di pinggir ngarai. Sayangnya, menurut saya pula, memandang ngarai dari sisi atas jauh lebih menarik daripada sisi bawah. Entah mengapa, fisik ngarai tidak terlihat dari bawah. Kurang impresif! Seakan-akan kita hanya berfoto dengan latar belakang dinding bukit cadas. Sementara di atas, anda bisa dengan gamblang menunjukkan bahwa anda berfoto di Ngarai Sianouk, jurang terkenal seIndonesia. Saya sich, lebih suka dan menyarankan agar anda berkunjung ke Taman Panorama di atas untuk menikmati kecantikan ngarai. Walaupun nggak bisa disentuh, namun hasil fotonya pasti jauh lebih menarik di atas daripada di bawah. Selain itu, di atas banyak baruak (monyet) yang tinggal di sisi balkon tempat memandang ngarai. Ada Kios-kios cendera mata pula, bisa belanja-belanja nich. Kesan yang didapat agak kurang kalau bertandang ke kaki ngarai. Wilayah kaki ngarai sendiri juga sebagian besar tertutup air dan lumpur. Alhasil, agak susah menyusuri dasar ngarai ini. Air sungainya berwarna agak keruh kecoklatan. Mungkin bekas banjir kali yach? Objek lainnya yang cukup oke dijadikan lokasi berfoto mungkin sebuah gerbang penanda Kenagarian Sianouk VI Suku. Jalan yang akan ditempuh selepas gerbang adalah menyusuri sisi ngarai. Mungkin lokasi ini malah lebih menarik daripada berfoto di dasar ngarai dengan air sungai keruh kecoklatan.
Artikel lain mengenai memandang Ngarai Sianouk dari atas bisa anda temukan pada Tag Sumatera Barat lainnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment