Akhirnya, Terminal 3 dibuka juga. Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta yang mengusung tema eco-terminal ini akhirnya resmi dibuka pada 15 April 2009. Senangnya, saya termasuk salah seorang dari sekian ribu penumpang yang menggunakan terminal 3 ini pada masa-masa awal pembukaan. Oh yah, saya kebetulan akan berangkat ke Padang pada tanggal 16 April 2009. Cuma lewat satu hari masih tergolong bersih donk? Saya bahkan rela berguling-gulingan di karpet ruang tunggunya yang memang masih ‘terlihat’ bersih.
Terminal 3 adalah jenis istilah internasional untuk bandara-bandara baru yang terbangun setelah tahun 2000. Terminal 3, umumnya mengusung konsep hemat energi dan minimalis. Walaupun demikian, tidak semua bandara yang terbangun setelah tahun 2000 adalah bandara berkonsep hemat energi. Masih ada sejumlah bandara yang masih mengusung gaya lama dalam tahap pembangunannya. Konsep hemat energi ini menjadi sangat penting mengingat emisi karbon yang dihasilkan bandara-bandara lama cukup tinggi dalam mempercepat laju pemasanan global. Dalam mendukung dunia yang lebih hijau dan menurunkan emisi karbon, bandara dibangun dengan konsep minimalis, terbuka, dan me’minimal’kan aspek-aspek kemewahan yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan.Tengok saja terminal 3 bandara Soekarno Hatta, bandara ini adalah bekas sebuah hanggar lama yang disulap menjadi sebuah terminal baru yang diklaim sebagai bandara hemat energi. Lihat atapnya yang bolong-bolong namun terlindung kaca sehingga memungkinkan sinar matahari bisa masuk dengan leluasa untuk menerangi ruangan. Alhasil, keberadaan lampu penerang ruangan bisa dikurangi sehingga emisi karbon bisa ditekan. Sayangnya, ketika saya kesana pertama kali, konsep eco-terminal masih jauh dari awang-awang. AC-nya dinyalakan sedemikian hebohnya. Entah memang kurang penumpang atau bagaimana saya tidak tahu, namun yang jelas, suhu di dalam terminal anjlok drastis. Dingin sekali. Terlalu berlebihan untuk sebuah terminal. Namun, pada saat kunjungan saya yang kedua dan ketiga kalinya, suhu pendingin ruangan mulai terasa wajar. Entah apakah karena semakin bertambahnya tenant-tenant baru atau bergabungnya Mandala Air ke terminal ini. Oh ya, pada awal-awal masa pembukaan, hanya AirAsia yang menggunakan terminal ini. Mungkin bisa disejajarkan dengan LCCt di Kuala Lumpur, hanya dalam bentuk versi yang lebih mewahnya, hehehe… Belakangan, Mandala Air juga menggunakan terminal ini.
Coba saja anda tengok foto-foto sudut bandara ini. Kesan minimalis dan modern akan sangat terasa apabila dibandingkan dengan terminal lama yang masih berdekor ‘berat’ dan tua. Pertama-tama, memang banyak sekali sudut modern yang bisa ditangkap oileh kamera. Terlebih apabila ini adalah kali pertama kedatangan anda ke terminal ini. Namun, lama kelamaan, semuanya mungkin terasa biasa saja kali yach? Hehehe…pada kunjungan saya yang ketiga kalinya, saya sudah tidak seagresif pada saat kali pertama atau kedua dalam hal berfoto. Walaupun karpetnya sudah dapat dipastikan tidak sebersih pada saat pembukaan, namun banyak tenant baru yang buka dan semakin memperamai dan memudahkan kita sebelum boarding. Misalnya, J.Co yang sudah ada pada saat pembukaan sekarang ditemani dengan restoran-restoran baru seperti Bakso Ino hingga Starbucks Coffee. Buat yang kelupaan membeli peralatan tempur untuk travelling, jangan khawator, ada Circle K yang bertindak sebagai minimarket mini dengan hampir semua kebutuhan travelling bisa ditemukan disini.
untuk menuju dan keluar dari Terminal 3 ini cukup mudah. Bus Damri beroperasi hampir 24 jam untuk menjemput atau mengantar penumpang menuju atau keluar dari terminal ini. Pada hari pembukaan sekalipun, Bus Damri sudah langsung mengarahkan armadanya ke terminal ini untuk mengakomodir kebutuhan penumpang Air Asia yang langsung menggunakan terminal 3 pada saat pembukaan. Bus Damri sendiri beroperasi dengan armada penuh mulai pukul 4 pagi hingga 10 malam. Dari pukul 10 hingga 12 malam, armada yang beroperasi mulai berkurang. Banyak destinasi Damri yang digabung menjadi satu tujuan pada selang periode ini. Kalau anda kerepotan dengan Damri, alternatif lainnya adalah Taksi. Banyak Taksi yang mangkal di depan terminal 3 dan kebanyakan menggunakan argo resmi dari pihak bandara. Untuk anda yang menggunakan jasa taksi ini, akan dikenakan surcharge tambahan sebesar Rp. 9.500 hingga Rp. 11.000 untuk tujuan yang bervariasi di banyak tempat di Jabodetabek. Satu lagi, walaupun terminal baru, namun keberadaan calo taksi ataupun mobil sewaan sudah cukup ‘terlihat’ di terminal ini. Apabila anda tidak ingin menggunakan jasa mereka sama sekali, jangan pasang tampang tertarik atau minat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment