Menakjubkan. Dari Tiku hingga kota Pariaman, melintasi pinggir laut selama satu jam, jalanan yang kami tempuh hampir gelap tanpa cahaya sama sekali. Cahaya yang ada hanyalah cahaya dari mobil kami. Saya sempat iseng-iseng meminta Uda yang mengendarai mobil untuk mematikan lampu kendaraan. Hasilnya, kegelapan total menyelimuti. Seram. Ya, kami memang sedang melintas di antara Tiku-Pariaman. Di sisi kanan kami adalah pantai dengan pohon-pohon kelapa yang tumbuh tinggi. Di sisi kanan, hutan dan perbukitan. Kalau siang, dijamin, pemandangan bikin nggak enak tidur. Rasanya mendingan terjaga aja buat melihat pantai-pantai cantik sepanjang wilayah yang dilalui. Belum lagi perbukitan di seberangnya. Tapi, kalau malam. Brr... untung aja kami rame-rame. Jalanannya bener-bener gelap dan rasanya hanya ada kami serombongan yang melintas di jalanan tersebut. Saya merasa jarang bertemu kendaraan dengan arus balik. Untungnya, selama ruas tersebut, sekali dua kali masih saya jumpai desa maupun rumah-rumah penduduk bergerombol. Rumah penduduk yang memiliki nyala lampu kuning 15 watt sudah cukup menenangkan perasaan ini. Untungnya juga, Uda Doni sudah sangat berpengalaman melintasi jalur ini. Ia tidak melintas jalan pintas yang ada karena beliau bilang jalanannya lebih gelap, tidak ada lampu, melintasi hutan dan berkelok-kelok. Waduh, ngga dech. Biar lambat asal selamat saja. Hehehe...
Label:
Sumatera Barat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment