Bakunjung Ke Rumah Makan Edi Tanjung, Tiku

Tiku, adalah sebuah kota (atau desa?) yang terletak di tepi laut, pinggir wilayah Agam. Dari Lubuk Basung, kurang lebih saya membutuhkan waktu setengah hingga satu jam untuk mencapai Tiku.
Ada apa di Tiku? Sebenarnya, saya ke berhasil melintasi Tiku bukan tanpa alasan. Saya dan teman-teman, yang sudah kemalaman pulang dari Muko-Muko tidak mempunyai banyak pilihan jalan lagi. Alternatif selain Tiku adalah melewati jalan kecil dan sedikit berkelok-kelok untuk tembus di Sungai Limau. Dari Sungai Limau, kami sudah separuh jalan untuk mencapai Padang. Sayangnya, Uda memutuskan lain. Ia tidak berani menjajal jalan kecil dan berkelok tersebut sebab selain sepi, jalan tersebut tidak ada penerangan sama sekali. Tentu, ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Alhasil, kami mengambil jalan memutar untuk mencapai Sungai Limau yakni dengan melewati Tiku. Tentu, waktu tempuh pun jadi lebih panjang. Selain waktu tempuh menjadi lebih panjang, jalan menuju Tiku pun tidak banyak diterangi oleh cahaya. Pada suatu ruas, bahkan saya terheran-heran melihat tidak adanya sama sekali penerangan jalan di wilayah tersebut. Kanan-kiri jalan berupa rerimbunan pepohonan. Nggak salah donk kalau saya mengira saya sedang bertualang di tengah hutan. Gelap total! Pernah saya iseng meminta Uda untuk mematikan lampu sorot mobil depan untuk menguji seberapa gelap keadaan di luar. Hasilnya, kami tidak dapat melihat jalanan sama sekali. Seram. Buru-burulah Uda menyalakan kembali lampu sorotnya. Keunggulan ruas jalan ini hanyalah, yakni jalanannya agak sedikit lebar dibanding jalan pintas tadi. Jalan yang akan kami lalui ini hampir lurus karena mengikuti bibir pantai sepanjang Agam hingga Pariaman yang memang hampir lurus. Pilihan jalan ini jauh lebih baik apabila anda melintas di tempat ini pada malam hari. Untungnya, kami bukan satu-satunya pelintas di jalan tersebut. Sekali dua kali, saya masih menjumpai mobil yang melintas berbalik arah dengan arah kami. Sekali dua kali, saya masih menjumpai rumah penduduk hingga segerombolan rumah (mungkin desa kali yach?) di pinggir jalan dengan pencahayaan remang-remang.
Satu lagi keunggulan Tiku adalah adanya tempat makan yang terkenal tempat kami akan mengisi perut kami untuk malam ini. Uda menawarkan kami untuk makan malam di tempat ini karena kebetulan mobil melintasi Tiku. Saya tidak bisa ingat arah jalan atau petunjuk yang cukup jelas karena hari sudah sangat malam dan terlalu gelap untuk melihat sekeliling. Saya yakin, di sebelah kanan kami, selepas pohon kelapa adalah pantai. Namun, saking gelapnya, saya tidak dapat memastikan apapun. Dari Lubuk Basung, anda akan menjumpai deretan hutan pohon kelapa terlebih dahulu. Kalau anda kebetulan sama dengan saya, berjalan pada malam hari, selalu perhatikan daerah di kanan jalan karena saya tidak bisa mengingat landmark yang cukup jelas. Namun, apabila anda berasal dari Pariaman dan ingin menuju Lubuk Basung, maka selepas Pasar Tiku dan Masjid Raya, tidak lama kemudian anda baru menjumpai Rumah Makan Edi Tanjung ini.
Seperti halnya dimanapun di Ranah Minang, makanan yang ditawarkan disini adalah makanan Sumetara Barat yang bergulai, bersantan dan banyak jeroannya. Rumah Makan Edi Tanjung adalah kali kesekian saya menikmati makanan khas wilayah ini. Terus terang, sedikit kebosanan muncul karena berulang kali saya menikmati menu yang sama, pagi, siang, dan malam. Saya berharap bisa menikmati jenis makanan yang lain. Namun, kembali saya berpikir, mumpung masih disini, sebaiknya saya memuaskan diri saya dengan masakan khas Ranah Minang. Betul yach?
Rumah Makan ini memiliki tagline : Rumah Makan Edi Tanjung pasar Tiku Specipik (dengan P) Gulai Lokan, Kepala Ikan, dan Ayam Bakar. Saya tidak bisa mengingat menu apa yang betul-betul spesial di Rumah Makan Edi Tanjung ini. Hampir semua menu yang anda kenal ada disini, ayam pop, rendang, jeroan, sate, ayam gulai, dan ayam lado mudo. Saya mengambil ayam lado mudonya karena masih terngiang-ngiang akan bumbu lado mudo. Untungnya, rasa bumbunya pas dan enak walaupun memang tidak masuk kategori sangat enak. Sekali lagi, saya mohon maaf karena tidak bisa mengingat detail menu apa yang sangat outstanding disini. Buat saya, semua menu enak hanya saja tidak ada yang outstanding. Yang paling saya ingat justru satu hal : tehnya sangat enak dan wangi. Jarang sekali saya mencicipi teh wangi dan seenak itu. Ada bau khas dari teh tersebut yang sangat menarik hidung saya namun saya tidak bisa katakan apa itu. Menurut saya, aroma vanilla sangat terasa di teh tersebut. Teh tersebut bermerek Prendjak.
Saya kemudian berkenalan dengan pemilik rumah makan tersebut yang ternyata malu-malu dan agak salah tingkah. Hehehe...Ya, saya bertemu langsung dengan Edi Tanjung itu sendiri yang mengelola rumah makan ini bersama dengan keluarganya. Seusai foto bersama, kami melanjutkan makan kami dan kemudian bergegas untuk membayar makan malam ini. Di tempat kasir, ada sejumlah produk yang dijual sebagai oleh-oleh dimana salah satunya adalah Teh Prendjak yang tadi saya katakan wangi tersebut. Teh tersebut ternyata berasal dari Riau. Selain teh, ada banyak produk makanan ringan yang dijual disini. Ketika membayar, saya terkaget melihat harga tagihannya. Bukan mahal, tapi justru karena murah. Untuk makan berlima, kurang lebih tagihannya berjumlah Rp.66.000 saja. Artinya, satu orang kira-kira menghabiskan Rp.13.000 saja. Padahal, bisa dikatakan saya cukup puas memakan menu yang ada di restoran tersebut. Berbeda sekali dengan restoran sebelumnya dimana untuk berlima bisa mencapai Rp.150.000-an. Kemudian saya berpikir, lokasi mungkin tutut menentukan harga jual suatu makanan di suatu tempat. Bukittinggi jelas kota wisata, jadi mereka memang menggaet wisatawan. Sementara itu, Tiku mungkin lebih dikenal oleh wisatawan lokal yang memang hanya kebetulan pulang dari Maninjau ke Pariaman via Lubuk Basung. Walau demikian, rumah makan ini cukup ramai juga walau tidak sampai penuh sekali. Mungkin kalau kebetulan saya berada disini pada siang hari, saya bisa menyaksikan pemandangan pantai kali yach di belakang rumah makan? Rumah Makan Edi Tanjung ini juga menyediakan katering untuk nasi kotak. Untuk informasi, hubungi Rumah Makan Edi Tanjung Pasar Tiku di (0751) 699047.

1 komentar:

  1. thank nice infonya sangat menarik, kunjungi http://bit.ly/2CEy6Fs

    ReplyDelete