Kalau anda dari Bandara Juanda dan naik Damri untuk mencapai pusat kota, Terminal Purabaya (atau yang lebih akrab dikenal dengan nama Bungurasih) ini adalah titik perhentian pertama. Bus Damri akan masuk terminal jadi anda nggak usah takut sama sekali akan ditinggal pergi atau terlewat. Patokan terminal Purabaya ini sendiri cukup jelas, setelah melewati City Of Tomorrow (CITO), nggak lama kemudian bus akan masuk ke sebuah terminal. Inilah Bungurasih atau Purabaya, terminal bus terbesar di Kota Surabaya (atau Sidoarjo). Terminal bus ini melayani berbagai rute ke berbagai kota di Jawa Timur bahkan hingga seantero Jawa seperti Solo, Yogya hingga Jakarta. Kalau mau bepergian ke berbagai kota di Jawa, anda bisa menuju terminal ini (dari Surabaya). Sayangnya, lokasinya memang sudah agak pinggir. Cukup jauh dari pusat kota. Lokasinya bahkan menurut saya sudah berada di Sidoarjo. Butuh sedikit effort memang untuk bisa mencapai terminal ini.
Sehabis turun, seperti layaknya terminal-terminal lain di Indonesia, anda akan diserbu oleh segerombolan calo angkutan yang saking semangatnya kadang-kadang bahkan sampai membantu anda membawakan barang bawaan anda. Maaf ya Pak, saya sudah punya tujuan sendiri. Tolong tas saya jangan ditarik-tarik begitu. Kebiasaan mereka ini adalah menempatkan anda di bus yang sama sekali kosong dan tidak jelas juntrungannya kapan akan berangkat. Alhasil, kalau anda ngejar waktu, anda akan keki sendiri. Tujuan mereka sih sebenernya cuma untuk memenuhi kuota penumpang angkot/bus mereka. Tapi, caranya salah dan maksa kalau menurut saya. Selain itu, mungkin jumlah angkutan yang berlebih dibanding dengan jumlah penumpang menjadi penyebab semua ini.
Anyway, setelah berhasil melepaskan diri dari serbuan para calo bus, mari kita mengisi perut terlebih dahulu sebelum bergerak lebih lanjut. Maklum, sampai di Sidoarjo, biasanya waktu sudah hampir siang. Kalau anda lanjut dengan naik bus berjam-jam lagi, mungkin anda sudah tidak mempunyai waktu untuk makan siang lagi. Kalau anda masih punya waktu untuk makan siang, coba dech makan di Nasi Soto yang banyak tersebar di Terminal Purabaya ini. Harganya gak terlalu mahal, seporsi hanya Rp. 5.000 saja. Isinya, nasi di mangkok yang disiram dengan kuah soto dan ditaburi dengan potongan-potongan daging dan sebuah telur yang dibelah-belah (bisa request koq kalau mau telur utuh). Warungnya cukup bersih dan gak hectic. Bisa makan disini sambil beristirahat sejenak. Selain itu, coba dech makan soto sambil ditemani oleh kerupuk beras atau semangginya. Harganya murah. Satu kerupuk hanya Rp. 500 saja. Mungkin gara-gara itu saya jadi kalap dan menghabiskan hingga 4 kerupuk. Hehehe…
Yang bikin agak mengganggu ialah kelakuan para sopir taksi di terminal ini. Sambil makan, mereka tak henti-hentinya menawarkan jasa taksi mereka ke saya. Mereka terus merepet saya sambil tak henti-hentinya menyebut jurusan yang bisa mereka tempuh. Memang sich, tujuan saya berikutnya adalah Malang, tapi masak iya ke sana naik taksi? Bisa gempor donk dompetnya. Kalau ingin iseng sich saya akan menyebut “Bandung” atau “Jakarta” biar dia sadar kalau dikerjain, tapi saya nggak tega. Alhasil, saya tersenyum dengan manis dan bilang terima kasih saja ke supir tersebut sambil mata saya berbicara “saya nggak butuh taksi, tolong pergi sana”.
Nggak usah repot-repot mencari rumah makan di terminal ini, sebab hampir semua rumah makannya menyajikan menu yang hampir sama persis : nasi soto. Seusai makan, saya segera bergegas menuju peron. Oh yah, di bagian depan terminal ini ada dua buah plang besar yang sangat saya ingat. Plang pertama : adalah plang yang bertuliskan (saya lupa persisnya) namun intinya Hati-hati terhadap barang bawaan anda karena banyak copet. Dan plang kedua adalah objek-objek wisata di seputaran Kota Surabaya. Saya ingin sekali berfoto ria dengan plang yang kedua. Namun, karena membaca plang yang pertama, keinginan tersebut saya kubur pelan-pelan. Mungkin kerawanan di setiap terminal yang ada di Indonesia adalah kurang lebih sama. Namun, karena ada tulisan besar itu, mau nggak mau saya sudah jiper duluan. Berjalanlah saya ke peron untuk menuju ke terminal pemberangkatan. Setelah membayar Rp. 200 per orang, saya masuk ke terminal. Kondisinya sama persis seperti terminal kedatangan sebelumnya. Calo berhamburan di sana-sini. Sebaiknya, sebelum sampai terminal pemberangkatan, anda mengecek atau mengetahui terlebih dahulu, di peron berapakah kota tujuan yang ingin anda capai. Daftarnya ada terpampang cukup besar di terminal atau di atas setiap peron. Kalau kurang jelas, silahkan bertanya kepada bapak-bapak yang tersebar di peron.
Yang jelas, begitu mencapai peron, saya langsung dikerubungi oleh segerombolan calo bus (lagi). Namun kali ini saya sudah cukup sigap dengan menyebutkan “Malang” dan begitu diantar (dengan sedikit dikawal –takut kabur kali yah-) menuju bus, saya langsung naik dengan memastikan bahwa bus ini tidak ber AC. Untungnya, bus sudah penuh dan siap untuk berjalan, tinggal menunggu satu dua orang penumpang lagi saja. Harga tiket dari Purabaya (Surabaya) menuju Arjosari (Malang) adalah Rp. 15.000.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
gw pernah bbrapa kali transit di terminal bungurasih ini..terminal nya sibuk bgt....sopir2 nya pd aktif manggil2 calon penumpang...
ReplyDeletehehehe...terlalu aktif Nas....mereka sampe narik2in gue biar ikut ke bus/angkot mereka....
ReplyDeletelo pasti sering deh kesini...hehehe...
hememmmmm....keknya edisi kali ini ttg terminal en bandara ya? kok dari bandara lgsg ke terminal, gak mampir dulu emgnya di sby??? hemmm...mana nih liputan sby nya? (advanture.wordpress.com)
ReplyDeletehememmmmm....keknya edisi kali ini ttg terminal en bandara ya? kok dari bandara lgsg ke terminal, gak mampir dulu emgnya di sby??? hemmm...mana nih liputan sby nya? (advanture.wordpress.com)
ReplyDeletehehehe.....kan tujuan awal Malang dan Batu dulu...Surabaya baru sisa2nya....hehehe
ReplyDeletejadi, sabar yah Bu....ngeliput Malang dan Batu yang adem dulu...hehe
kayaknya opini anda sudah negatif ketika di bungurasih... padahal saya mungkin jauh lebih sering ke bungurasih dari anda tapi saya fine2 aja enggak kolokan... anda bilang banyak copet emangnya anda pernah kehilangan ato jangan2 katanya...kalo dulu iya tapi tidak sekarang... ditarik2 kayaknya saya enggak pernah gitu... enggak tau mungkin tampang anda culun kali ya... hehehe... sory...
ReplyDeleteHalo Saudara Anonim yang lupa untuk mencantumkan nama :) terima kasih sekali untuk masukannya yach :D
ReplyDeleteIya nich, persepsi negatif saya muncul dari plang berukuran besar yang muncul ketika saya tiba di Bungurasih. Yah...saya pikir, ada baiknya hati-hati dan waspada daripada terlena dan menyesal tiada juga. Waktu liburan saya masih panjang. Daripada saya uring-uringan 4 hari berikutnya lantaran barang saya ada yang kecopetan (amit-amit banget....) mendingan saya hati-hati dan pasang tampang jutek dech yah. Hehehe...saya rasa, bukan tanpa alasan Pemkot Sidoarjo atau Pemkot Surabaya memasang plang tersebut.
Iya nich, mungkin juga karena tampang saya yang culun, makanya saya ditawari aneka macam jurusan, mulai dari Bandar Lampung sampai Labuan Bajo, pake taksi pula! hehehe....
makasih banget yah untuk masukannya :)
Salam Kenal untuk Saudara Anonim! :D
buka arsip2 lama.. hehe..
ReplyDeletesaya sih jarang ya mas ke terminal bungurasih karena memang saya sangat jarang naik bus.. bisa dibilang naik bus paling saya hindari. hehe..
kalau dihitung mungkin hanya sekitar 5 kali saya turun di terminal bungurasih, tapi sejauh ini tidak ada masalah. calo-calo, ojek, atau taksi berburu menawarkan jasa tapi saya cuekin aja dan nggak ada yang narik-narik tuh.. biasanya yang lebih mereka serbu itu kalo yang datang dengan barang bawaan yang banyak, sedangkan kalau saya cuma bawa backpack jarang ada yang mendekat. paling cuma nawarin taksi, setelah saya tolak ya sudah selesai..
lebih cinta dengan motornya ya Mas, makanya menghindari naik Bus? hehehe...
ReplyDeletewah, saya nggak tahu yah kenapa calo-calo itu semangat sekali narik narik dan nawarin saya. jangan-jangan ada tertulis "tawar say" di jidat saya...hihihi....entah deh mengapa, mereka demen sekali menawar...hihihi
tapi beberapa kali ke Bungurasih memang kebiasa juga sih. Apalagi kalau kebetulan udah tau jalurnya, saklek aja, ga usah liat kanan kiri, langsung menuju ke busnya. hehehe
nggak juga sih mas.. kalo saya lebih cinta naik kereta dibanding bus.. :D
ReplyDeletenaik motor sih biasanya kalo pengen berangkat tengah malem.. kalo berangkat pagi atau siang lebih milih naik kereta..
menurut saya sih terminal besar yang paling nyaman yang pernah saya singgahi cuma terminal giwangan di jogja..