Wee Biawak Di Malamnya Surabaya

Iseng ingin mencoba berjalan malam hari di Kota Surabaya, saya berjalan kaki dari Tunjungan Plaza ke Hotel Olympic. Cukup menyenangkan sebenarnya mengingat trotoar yang ada berukuran besar dan situasi masih ramai. Nah, dalam perjalanan pulang ini, saya menjumpai hal yang tidak biasa.
Di bundaran besar tugu bambu runcing yang mengeluarkan air, saya melalui jalur kiri menuju Hotel Olympic. Di tepian jalan dekat suatu bentuk bangunan tertentu yang menyerupai sisi bangunan kuno candi, ada seorang pedagang makanan beserta sepeda jualnya plus satu orang yang makan disana. Nama produk makanan ini sudah cukup menyita perhatian saya karena namanya yang unik. Pertama, saya berpikir bahwa saya salah baca karena di dekat tukang makanan tersebut, lampunya sedikit redup. Namun, ketika saya mendekat karena penasaran, saya membaca “Wee Biawak”. Apa itu?
Saya pun mendekat lagi dan iseng-iseng bertanya kepada Cak penjual makanan tersebut. Disana, ia terlihat sedang menguliti biawak (tampak hanya tinggal isi bagian dalam biawaknya saja) dan dipotong-potong di talenan. Ketika mendengar biawak, saya langsung membayangkan kadal pohon yang paling besar kira-kira seukuran telapak tangan. Namun, melihat biawak ini, saya mengaku kaget karena biawak yang dimaksud berukuran sepanjang lengan orang dewasa, bahkan lebih besar lagi, mirip dengan buaya kecil namun dalam perawakan kadal. Ajaib. Saya langsung penasaran, “Bapak nangkap atau beternak, Pak?”. Beliau menjawab bahwa ia menangkap biawak ini. Saya pun semakin heran karena tidak setiap hari saya bisa melihat biawak berukuran besar seperti itu. Melihat saja susah, bagaimana mau ditangkap yach? Dia bilang, ada tempat tertentu dimana dia biasa menangkap biawak. Dalam sehari dia bisa mendapatkan dua hingga tiga ekor biawak. Padahal saya berpikir, kalau susah menangkap, artinya dia belum tentu berjualan dan biawak ini pasti mahal harganya. Sekali lagi saya salah, seporsi Wee Biawak ini seharga Rp. 10.000 saja. Murah meriah ternyata. Wee yang dimaksud tampaknya sejenis Swie Kee. Daging biawak yang sudah dikuliti dan dibersihkan tersebut dipotong-potong untuk kemudian direbus dan diberi tambahan bumbu secukupnya saja. Cara memakan Wee ini adalah dengan nasi putih.
Saya sendiri tidak begitu tertarik dengan kuliner ekstrem. Maksudnya, selama masih ada makanan yang bisa dimakan dengan cara normal, kenapa harus memaksakan diri untuk memakan yang aneh-aneh? Hehehe…bukannya saya anti Wee Biawak loch. Untuk yang penasaran seperti apa Wee Biawak ini atau bahkan penasaran dengan rasanya, silahkan datang ke Surabaya di dekat Tugu Bambu Runcing pada malam hari. Coba deh iseng-iseng cari Cak penjual Wee Biawak ini. Niscaya dia ada disana menawarkan Wee-nya. Kalau enak, kasih tahu saya yach :)

2 komentar:

  1. Beberapa bulan lalu,di halaman rumah ortu saya tiba2 muncul biawak 2 ekor. Dan krn anak2 saya suka liat biawak kl berlibur kerumah kakek neneknya...maka ama kakek neneknya biawaknya dijaga,sayang2...eh gak tahu nya tiba2 biawak nya menghilang...ternyata oh ternyata diketemukan sdg dikuliti ama pedagang keliling,Katanya sih dsgingnya bs buat obat gatal...au ah gelap...(Http://advanture.wordpress.com)

    ReplyDelete
  2. emangnya enak yach? saya sih ga tertarik sama kuliner ekstrim, hihihi. maksudnya, selama masih ada ayam dan sapi lalu sawi dan kangkung, kenapa harus makan hewan yang aneh2 yach? lagian biawak itu kan serem, agak mirip komodo sebenernya yach?
    kemaren aku nonton tv, ada satu pulau di Indramayu, namanya Pulau Rakit atau Pulau Biawak. isinya yach biawak semua...hehehe...bisa jadi objek wisata baru tuh

    ReplyDelete