Ini adalah rute pertama yang saya tempuh di pagi hari yang masih cukup dingin tersebut. Karena dingin, akhirnya saya memilih rute Rantepao-Sangalla dengan tujuan akhir Makula yang kata bapak di Wisma Maria, memiliki sumber mata air panas. Tampaknya mandi air panas di pagi hari yang dingin lumayan menyenangkan. Walau demikian, saya tidak dapat mengukur seberapa jauh jarak perjalanan. Oleh karena itu, saya baru berangkat pukul setengah sembilan pagi setelah saya selesai sarapan dan mandi pagi. Mudah-mudahan masih sampai di Makula saat hari masih dingin sehingga air panasnya tidak tersia-siakan. Pemandian air panas...saya datang!
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, ruas ini adalah ruas utama dari Makale ke Rantepao. Oleh karena itu tidak heran, ruas jalan ini cukup ramai, cukup lebar, dan banyak dilintasi kendaraan (walaupun angkot melintas dalam jumlah yang sedikit). Di kanan dan kiri ruas jalan ini terkadang terdapat satu atau dua buah bus rute jauh (Rantepao – Makassar) yang diparkir dan sedang dicuci oleh para awak bus tersebut. Sungai Sa’dan mengalir melalui rute ini. Sepanjang perjalanan, mata anda akan terhibur oleh perbukitan di kejauhan, bukit-bukit yang dekat dan hamparan sawah yang menguning. Perhatikan dengan jelas di setiap sudut jalan ini! Ada sejumlah papan petunjuk yang mengarahkan anda ke tempat-tempat wisata populer seperti Ke’te Ke’su, Londa dan Lemo. Kalau penasaran silahkan berbelok menuju objek wisata tersebut. Jalanan yang harus anda tempuh memang cukup panjang. Jangan sampai anda bosan lalu berbalik arah di ruas ini yach. Dalam perjalanan ini, harusnya anda hanya akan menemukan dua percabangan jalan yang ukurannya cukup besar. Dari arah Rantepao, anda akan bertemu percabangan ruas Ke’su di area Karassik. Arah kanan menuju Makale dan Makula, sementara arah kiri menuju Buntu Pune dan Ke’te Ke’su. Percabangan terakhir tidak terlalu jauh dari Kota Makale. Pada percabangan ini, arah kanan menuju Makale dan arah kiri menuju Sangalla dan Makula. Saya mengambil yang arah kiri karena tertarik dengan iklan Makula yang menawarkan air panas. Sekali lagi, jangan bosan-bosannya berkendara selama di Toraja. Ruas jalan yang panjang, kosong, sepi dan hampir serupa, sedikit banyak bisa menimbulkan perasaan tidak yakin akan ruas yang ditempuh. Terlebih ruas Sangalla yang ukurannya lebih kecil dari ruas utama dan lebih sepi. Mencapai Makula butuh waktu dan kesabaran. Saran saya, nikmatilah perjalanan indah sepanjang perjalanan dan berjalanlah terus!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
thanks postingnya. saya juga memang pengen banget kunjungan ke toraja. baca postingmu jadi ada gambaran deh. hehehe.
ReplyDeletesaya udah beberapa kali mampir ke blog ini; jadi akhirnya saya pasang link kamu di blog saya. ditunggu kunjungan baliknya ya :)
salam,
brad (ambon kaart)
Halo Brad, salah kenal! :D
ReplyDeleteSemoga postingan2 ini bisa membantu yach :D hehe... Ayo, datang ke Toraja, pasti terkesima dengan keindahan semuanya :)
Thanks sudah datang dan pasang link balik.
Salam,
Lomar Dasika