Tana Toraja (kerap kali disebut sebagai Tanah Toraja) adalah satu wilayah di utara Sulawesi Selatan (sebenarnya, wilayah ini sudah terkategorikan tengahnya Pulau Sulawesi). Di pulau Sulawesi, Tana Toraja ini menempati wilayah di sekitar pangkal kaki pulau. Tana Toraja ini menjadi begitu unik karena merupakan satu-satunya tempat di Indonesia (atau bahkan dunia) yang memiliki kebudayaan seperti ini. Tana Toraja dengan warganya yang disebut Orang Toraja memiliki adat istiadat unik berupa penguburan mayat yang tidak ditanam ke tanah namun diletakkan di dalam kubur batu di dalam batu cadas serta dirayakan dengan meriah.
Tana Toraja sendiri adalah sebidang wilayah di hampir pangkal kaki Sulawesi yang dikelilingi oleh gunung dan perbukitan. Ketinggian wilayahnya berkisarantara 1.500 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut. Sehubungan dengan kontur dan wilayahnya yang dipagari secara alami, akses menuju tempat ini cukup sulit. Akses reguler menuju tempat ini yang umum adalah dengan bus antar kota yang berangkat dari Makassar, Pare-Pare, atau Palopo. Kebalikan dari kontur alam yang bergunung dan berbukit, Tana Toraja memiliki semua hal yang diperlukan untuk membuat pertanian yang baik. Udara yang sejuk dan ketersediaan air menjadikan produksi tanaman pangan berlimpah ruah disini, termasuk padi dan aneka macam palawija. Hasil unggulan dari Tana Toraja adalah Kopi dan Marqisa. Kopi dan marqisa Toraja terkenal bahkan hingga ke mancanegara loch. Bisa jadi, salah satu kopi yang anda minum di gerai kopi lokal maupun internasional di mall-mall adalah Kopi Toraja yang terkenal ini.
Selain hasil bumi, Tana Toraja justru terkenal akan adat istiadatnya yang melambungkan namanya. Hasil bumi merupakan produk ikutan karena pariwisata di tempat ini telah terdongkrak lebih dulu. Orang Toraja memiliki kebiasaan unik sehubungan dengan pesta kematian maupun pesta syukuran. Pada saat-saat seperti ini, perayaan haruslah dilakukan dengan besar-besaran termasuk diantaranya menyembelih beberapa ekor sapi/kerbau. Pariwisata telah menjadi magnet utama di Toraja. Walau sempat mengalami saat-saat pasang surut, terutama saat terkena ekses peledakan bom di Bali, pariwisata Toraja kembali bergeliat membenahi dan terus mempromosikan kekayaan adatnya di mata dunia. Terdapat dua pesta yang umum diadakan oleh masyarakat Toraja yakni Rambu Tuka (syukuran atau pernikahan) dan Rambu Colo (pesta kematian). Kebiasaan Orang Toraja adalah untuk menyelenggarakan segala sesuatunya dengan meriah dan besar. Oleh karena itu, tidak heran, pesta kematian baru digelar satu, dua tahun atau lebih lama lagi, tergantung pada kesiapan dana si empunya pesta. Selain adat pestanya, Toraja juga terkenal akan rumah adatnya yang unik berbentuk perahu bernama Tongkonan dan kuburan dinding batu yang dipenuhi dengan patung tiruan sang manusia yang meninggal sewaktu mereka masih hidup. Patung yang bernama Tau-Tau tersebut dibuat dari kayu pohon nangka dan didirikan di atas tebing cadas dan menghadap ke arah desa konon katanya untuk melindungi anak cucu dan keturunan mereka. Tau-Tau ini ada yang bersifat surealis dengan bentuk balok kayu bertangan dan berkaki serta bagian mukanya dicat plus posisi tangan yang tertekuk lurus ke depan. Tau-Tau juga ada yang sangat nyata, berukuran besar sebesar manusia itu sendiri, dibuat persis mengikuti lekuk tubuh hingga gurat wajah orang yang meninggal. Pakaian orang yang meninggal pun tak lupa dipakaikan serta ke Tau-Tau ini, bahkan hingga ke aksesorinya mulai dari topi hingga emas berlian.
Dahulu, wilayah Tana Toraja ini secara ekslusif tertutupi perbukitan dan pegunungan alami yang ada di sekitarnya. Hingga kini pun, kalau anda berasal dari Enrekang, anda harus memasuki gerbang batu besar dimana di atasnya terdapat Tongkonan sebagai tanda anda memasuki pintu gerbang wilayah Toraja. Dari Toraja ke Palopo pun, bentang alam alami menutupi dan sekaligus menjaga kawasan ini. Jalan berkelok-kelok melewati tebing menghiasi ruas Rantepao – Palopo. Berita tanah longsor menjadi hal yang umum di ruas ini. Kini, seiring dengan maraknya otonomi daerah, Toraja pun tidak mau ketinggalan. Kabupaten Tana Toraja yang dahulu hanya satu, mekar menjadi dua : Toraja dan Toraja Utara. Masing-masing kabupaten beribukotakan Makale dan Rantepao. Rantepao, pusat kota turis di Toraja akhirnya menjelma menjadi ibukota Toraja Utara setelah mekar dari Toraja di selatan sana. Objek wisata yang umum dikunjungi di Tana Toraja bukanlah kedua kota ini. Kedua kota ini hanyalah pusat titik awal para turis berada. Sejumlah objek wisata yang didominasi desa wisata, kuburan gantung, kuburan dinding batu cadas, kuburan pohon, sarkofagus yang bernama Erong, hingga air terjun, kolam dan mata air panas berada tersebar di penjuru wilayah ini. Objek wisata di seputar Tana Toraja (istilah ini umum untuk memanggil kedua wilayah Toraja) sangat banyak dari yang sangat terkenal hingga cukup kecil dan baru dikembangkan. Aksesnya pun bervariasi, ada yang di tepi jalan besar, agak masuk ke dalam, harus melalui jalan rusak, hingga yang hanya bisa diakses dengan jalan kaki saja. Rasanya, seminggu di tempat ini pun tidak akan puas melihat keseluruhan objek wisatanya. Belum lagi, kesempatan untuk melihat hari pasaran dan upacara adat yang sangat unik. Rasanya, waktu terasa cepat berjalan di Tana Toraja.
Bagi anda yang akan berkunjung ke Tana Toraja, harap perhatikan bahwa iklim di Tana Toraja cenderung dingin. Pakaian hangat dan syal adalah wajib kalau anda berkunjung ke tempat ini. Jangan heran kalau anda melihat kabut tebal yang menutupi pandangan anda, terutama ketika anda berada di wilayah pinggiran Toraja yang lebih tinggi dibanding perkotaan. Pada siang hari, anda tidak membutuhkan pakaian hangat karena udaranya cukup bersahabat, standard tropis lah. Untuk anda yang Muslim, harap memahami bahwa Toraja adalah wilayah Nasrani. Walaupun Orang Toraja masih menganut kepercayaan lokal Aluk Tulodo dengan Puang Matua sebagai TuhanNya, namun Nasrani adalah agama yang mendominasi kawasan ini. Nah, untuk anda yang Muslim, sebaiknya waspada akan menu makanan di tempat ini karena Orang Toraja mengkonsumsi babi (anda bisa melihat deretan babi dengan beraneka ragam ukuran besarnya berjejer di pada hari pasaran di Toraja). Kalau mau cari aman, carilah makanan Pangkajene yang banyak berdiri di tempat ini (bahkan di penjuru Sulawesi Selatan) misalnya sop konro, cotto, sop saudara dan ayam goreng. Kalau nggak yakin, sebaiknya selalu bertanya sebelum anda mengkonsumsi segala sesuatunya.
Nah, dengan ini, tampaknya anda sudah siap untuk masuk ke Tana Toraja. Anda akan bertemu dengan keramahan Toraja begitu anda menjejak wilayah ini. Kembangkanlah senyum dan bertanya agar tidak tersesat, siap-siap meleleh akan keramahan Tana Toraja.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
amazing indonesien
ReplyDeleteit is :)
ReplyDeletethanks for visiting my site and Indonesia :D