Berkeliling Tana Toraja Dengan Sepeda Motor

Satu lagi kejutan datang dari Wisma Maria. Sebelumnya, saya tidak terlalu memikirkan hal ini. Saya menganggap kelilingan di Tana Toraja bisa mengandalkan angkot semata saja. Terbukti, ruas Makale – Rantepao terlayani oleh angkot yang beberapa kali saya lihat namun memang tidak terlalu sering frekuensinya. Untungnya, si bapak menawarkan jasa peminjaman motor dengan harga Rp. 60.000 saja termasuk bensin. Saya langsung berpikir, idenya boleh juga. Saya bisa menghemat waktu dan berhenti sesuka hati di perjalanan tanpa harus memusingkan naik apa lagi untuk menuju tempat berikutnya. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, dalam perjalanan dari Makale ke Rantepao, saya sudah melihat sejumlah objek wisata terkenal yang ditulis di dalam plang di tepi jalan. Artinya, mencapai objek tersebut harusnya cukup mudah. Karena saya berpikir mencari objek-objek tersebut cukup mudah, akhirnya saya memberanikan diri untuk menyewa motor. Lumayan, bisa hemat banyak waktu dan tenaga.
Sepeda motor yang dipinjamkan tergolong baru. Anda pun mendapatkan pinjaman helm disini. Usahakan, jangan mau kalau sampai diberi sepeda motor tua. Saya sendiri memang langsung mendapat sepeda motor baru. Untuk harga Rp. 60.000, pemakaian selama 24 jam atau sampai saya check out (pukul 8 pagi hingga 8 pagi lagi)adalah sesuatu yang murah. Oh yah, selalu patuhi rambu dan aturan. Walau ruas jalan Toraja agak sepi, namun bukan berarti kita boleh berlaku seenaknya di jalanan. Penggunaan helm tetap merupakan sesuatu yang wajib. Di sisi lain, saking sepinya jalanan terkadang membuat beberapa kendaraan memacu lajunya lebih cepat, mulai dari mobil biasa, kijang, hingga truk dan bis sekalipun. Saya mengalaminya sendiri ketika berada di ruas Sangalla – Makula. Jalanan di tempat ini cukup lebar, sepi namun berkelok kelok dan kerapkali ujung belokannya tidak terlihat. Saya tidak mampu mengerem mendadak ketika tiba-tiba di depan saya muncul truk dengan kecepatan yang lumayan. Sudah bisa diduga, ruas jalan yang sepi membuat hasrat mengebut muncul. Truk tersebut pun mengerem mendadak dengan sekuat tenaga. Sama seperti truk, saya yang kaget pun tidak mampu menahan laju sepeda motor. Walaupun direm, motor terus melaju. Akhirnya, senjata terakhir saya gunakan. Saya gunakan kaki untuk membantu mengerem sepeda motor. Untungnya, saya bisa berhenti tepat di depan truk yang sama-sama berhenti tersebut. Saya dan pengemudi truk tersebut sama-sama kaget dan tidak ada yang menderita luka serius. Walau demikian, kuku kaki saya berdarah karena secara mendadak, kaki dipergunakan untuk mengerem di jalanan aspal. Pengalaman yang menakutkan dan menegangkan namun di sisi lain membuat saya terjaga 100% dan waspada serta bertindak lebih hati-hati lagi di jalanan sunyi.

3 komentar:

  1. salut dengan ulasannya ... saya hampir membaca seluruh artikel anda seputaran kisah perjalanan yg anda lakukan di Toraja ... semuanya diulas dengan gamblang, apa adanya ... & membuat saya yg berada diperantauan sungguh trenyuh seolah-olah saya sedang berada di Toraja kampung halaman saya ...

    ReplyDelete
  2. halo :D

    semoga suka dengan artikel yang saya tuliskan. memang, Toraja selalu bikin kangen. hehehe. silahkan di add facebook saya dan kita bisa obrol2 dan share tentang Tana Toraja :)

    salam kenal, Sang Mane :D

    ReplyDelete