Nggak langsung tiba di Toraja, saya masih harus terbangun sekali lagi karena bus berhenti sekali lagi. Di tengah dinginnya malam dan AC yang menusuk, saya menggeliat terbangun di tengah kegelapan pekat. Satu-satunya cahaya yang ada hanyalah bangunan rumah khas Sulawesi Selatan yang agak ramai dan diterangi lampu ala kadarnya.
Pada postingan sebelumnya, saya telah menjelaskan bahwa saya menjumpai satu, dua dan beberapa kios makanan ringan dan oleh-oleh yang masih diterangi cahaya lampu berwarna putih namun tidak tampak ditunggui. Nah, kali ini, saya berhenti di salah satunya. Berhubung masih pukul 3 pagi, saya tidak tahu dimana saya berada. Keadaan sekeliling gelap sekali. Kebanyakan, penumpang turun untuk melihat-lihat oleh-oleh, berbelanja sedikit dan yang terpenting, urusan kamar mandi hehehe....dingin banget sich! Jaket sedang yang saya kenakan belum mampu mengusir hawa dingin pegunungan pada dini hari. Dinginnya mantap! Usut punya usut, walaupun tidak terlihat apapun, saya sedang berada di Kabupaten Enrekang, masih dalam wilayah Taman Nasional Bamba Puang dengan Gunung Nona atau Buntu Kabbobong sebagai daya tarik utamanya. Walau tidak terlihat, namun saya yakin, kios ini membelakangi pemandangan Buntu Kabbobong. Tebakan saya cukup beralasan, bagian belakang kios terbuka lebar seakan-akan ingin memberikan para tamunya pemandangan ke arah gunung. Berhubung Buntu Kabbobong masih di dalam wilayah taman nasional, maka tidak tampak adanya cahaya sama sekali yang juga mengartikan hampir tidak ada aktifitas manusia sama sekali di gunung tersebut. Hanya gelap saja. Saya harus sudah cukup puas karenanya. Padahal sebelumnya saya berharap masih tersisa sedikit pemandangan cantik dari pendar terang cahaya bulan.
Kios ini menjual aneka macam snack dan minuman yang umum ditemui. Bagi penggila rokok, kios ini pun menyediakan rokok bagi yang tidak bisa merokok sepanjang perjalanan. Maklum, bus ber AC sih. Mau diganyang orang sebus kalau nekad merokok? Hehehe...selain minuman dan snack ringan yang umum ditemui, saya menjumpai banyak sekali oleh-oleh khas Enrekang dan Toraja dijual disini. Mayoritas sich aneka macam snack Enrekang yang kering-kering (melihatnya saja sudah bikin tenggorokan saya kering minta diisi air) seperti telur gabus manis, aneka kacang-kacangan ting ting dalam olahan yang unik, kemudian ada buah seperti salak dan ada pula sejenis wajit yang dibungkus daun bacang. Buat anda penyuka kepraktisan, sejumlah bungkusan merah telah digantung di atas sejumlah tiang titian dan siap untuk dijual sebagai oleh-oleh. Isinya tampaknya buah-buahan ataupun aneka snack yang kering tersebut. Saya sendiri nggak terlalu tertarik untuk membelinya karena mood makan saya udah hilang sama sekali bersamaan dengan perut saya yang bergejolak hebat. Saya hanya membeli sebungkus minuman tolak angin agar perut saya kembali hangat dan tidak mual. Istirahat sejenak ini ditutup sekitar 30 menit kemudian. Setelah anda tertidur dengan lelap kali ini, Toraja siap menyambut anda.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment