Makan Nasi Campur Di Toko Kupu-Kupu Bantimurung

Siang itu, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung sepi. Tidak terlalu ramai. Padahal waktu kedatangan saya berdekatan dengan waktu liburan loch. Nah, setelah melewati jalan lurus selepas gerbang kupu-kupu dan patung kera yang enigmatik, anda akan sampai di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang karena kepanjangan untuk berikutnya akan disebut TNBB saja yach.
Berhubung saya kelamaan tertahan di angkot dan sampai di TNBB sudah cukup siang, maka saya memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu sebelum masuk dan menjelajahi TNBB ini. Pilihan makanan di TNBB ini cukup banyak walaupun tidak terlalu beragam. Deretan rumah makan berjejer di sisi jalan masuk TNBB. Sayangnya, tidak ada satupun rumah makan tersebut yang cukup ramai. Jadi, saya nggak bisa tahu rumah makan mana yang enak. Sayangnya, hampir semuanya menyediakan menu khas Taman nasional seperti yang umum ditemui di Indonesia. Menu nasi dan ayam goreng tidak lepas dari daftar menu yang mereka pajang. Anehnya, mereka tidak berusaha keras untuk menarik pelanggan masuk ke dalam rumah makannya. Mereka asik saja duduk di depan rumah makan dan mengobrol dengan tetangganya.
Berhubung TNBB terkenal karena kupu-kupunya, maka rumah makan pun tidak lagi berfungsi sebagai rumah makan tok saja. Rumah makan di TNBB sudah berfungsi sebagai setengah museum kupu-kupu. Ini berkaitan dengan banyaknya awetan kupu-kupu berwarna-warni dan beraneka ragam ukuran yang dipajang di dinding rumah makan yang ada disini. Hampir tidak ada rumah makan yang dindingnya polos, semuanya digantungi oleh awetan kupu-kupu kering dalam pigura kaca dan sisanya dipenuhi oleh gantungan kaos-kaos kupu-kupu khas Bantimurung. Memang, koleksi tersebut adalah barang dagangan, namun hampir setiap kupu-kupu memiliki nama ilmiah walaupun belum sampai kepada penjelasan detail akan kupu-kupu tersebut. Sudah cukup sich untuk saya. Melihat kupu-kupu yang begitu indah saja sudah membuat saya percaya, Bantimurung adalah surganya kupu-kupu. Mari kita isi perut sebelum melancong ke dalam TNBB.
Ibu yang melayani saya tampak seperti setengah percaya bahwa saya memesan makanan di rumah makannya. Mungkin karena sedikitnya pengunjung jadi beliau tidak menyangka ada pengunjung yang datang, terlebih tempat di ibu agak ke pojok. Untuk menu, saya memilih nasi campur. Buang bayangan anda kalau anda punya imaji apapun tentang nasi campur. Nasi campur Bantimurung berbeda pastinya dengan nasi campur yang anda kenal. Walaupun agak lama (kayaknya si ibu nggak siap buka kedainya hari ini dech), namun makanan tersebut jadi juga. Isinya adalah sepiring nasi, dengan gorengan bakwan jagung, ayam yang renyah, telur bulat utuh, kerupuk beras kecil dan sup dengan bakso dan soun. Buset bu, perut saya nggak selebar itu kali yach. Apa sanggup nih saya habiskan semuanya?
Walaupun kesan pertama kurang baik, terutama dari porsi yang terlalu besar dan tampilan yang kurang menarik, ternyata nasi campur Bantimurung enak! Daging ayamnya lunak bahkan saya mampu melicinkan tulang ayamnya. Gorengan si ibu pas dan empuk. Mungkin juga karena baru aja digoreng, tapi siapa peduli? Yang jelas nasi campurnya enak dan pas dengan selera saya. Sambil makan, si ibu beres-beres rumah makannya yang notabene sudah kosong itu karena tidak ada pengunjung lain selain saya. Saya sich makan dengan santai aja, masih siang koq. Begitu pikir saya.
Porsi yang besar tersebut ternyata habis juga dilahap oleh saya *burp*. Lumayan, tenaga sudah terisi sebelum saya melanjutkan dengan perjalanan ke dalam TNBB. Harga seporsi nasi campur agak mencengangkan untuk ukuran sebuah taman nasional. Saya sebelumnya berpikir harga ,makanan ini sekitar Rp. 5.000 hingga Rp. 8.000. JRENG! Ternyata ibu tersebut menyebut harga Rp. 15.000 untuk satu porsi. Yah, saya sich nggak keberatan juga karena makanan yang disajikan memang enak. Ya sudah, saya bayar saja. Sekalian hitung-hitung memakmurkan masyarakat lokal toh?
Ketika saya bertanya harga-harga pigura dan kaos yang dipajang, ibu tersebut menjawab kisaran harga Rp. 50.000 untuk satu kaosnya. Harga yang lumayan cukup mahal untuk saya mengingat saya berbackpacker ria. Saya bukan turis yang membawa mobil dan bisa meletakkan oleh-oleh di bagian bawah kendaraan. Saya sebelumnya berekspektasi sekitar Rp. 20.000 hingga Rp. 35.000. Ternyata, meleset. Beberapa kaos bahkan berharga lebih mahal daripada Rp. 50.000. Saya sendiri tidak menanyakan harga pigura berisi kupu-kupu tersebut karena takut kalau harganya sampai disebut dan saya nggak nyampe budgetnya. Sekarang saya menyesal karenanya. Harusnya saya tanya aja yach jadi atau nggak jadi…hehe…Tapi pikir-pikir lagi, ribet juga kali yach membawa-bawa pigura tersebut ke dalam bagasi pesawat? Bisa-bisa pecah malah jadi urusan…hhh…

4 komentar:

  1. Masa sih ada makanan 5rb dilokasi wisata lagi,gak myungkyin la yaw...umumnya makan di dilokasi wisata malah lbh mahal, ya to?ya ndak?hayooo...beneur toh? *ngotot* kekekekkkk

    ReplyDelete
  2. kan namanya juga di daerah Bu...hihihi. Jadi harusnya lebih murah donk? *ngeles* wekekeke... ngarep mode on nich mau makanan 5rebu :D

    ReplyDelete
  3. mau beli kupu menghubungi ke mana?? ada nomor telp atau pin BB??
    minta tolong invite pin : 28DA5AE9 an. Zuraida Sugian.
    bisa di kirim?

    ReplyDelete
  4. wah, maaf, saya tidak menjual kupu-kupu. Mungkin bisa menyambangi Bantimurung, secara langsung? :)

    ReplyDelete