Saat naik bus malam Litha dari Makassar menuju Tana Toraja, saya mendapati kejutan berupa kuliner unik dari daerah Maros. Sekitar setengah jam berjalan dari Makassar, bus menepikan kendaraannya di tepi jalan dan diam. Beberapa penumpang terlihat kasak-kusuk dan segera mengeluarkan dompet dan bergegas turun. Tidak ada yang memberitahu saya sama sekali dengan apa yang akan terjadi. Tampaknya orang-orang ini sudah terbiasa dan cukup tahu apa yang akan terjadi. Daniel dari Makale yang duduk di sebelah kiri saya mengatakan “Roti Maros”. Apakah itu?
Dia pun turun dan tak lama kemudian, datang kembali dan membawa bungkusan kotak diselimuti plastik warna putih. Dia membuka kotak tersebut dan menunjukkan kepada saya, apa yang disebut dengan Roti Maros itu. Ternyata, Roti Maros adalah roti kecil-kecil dengan variasi berbagai macam bahan isian. Hmm...saya jamin pikiran anda pasti langsung melayang ke Roti Unyil dari Bogor. Namun, Daniel berkata, roti ini sudah terkena pengaruh modernisasi yakni rotinya langsung dibuat dalam ukuran kecil-kecil dan digulung sehingga isiannya berada di dalam. Dahulu, roti ini justru dibuat besar, kemudian dipotong-potong menjadi kotak-kotak yang cukup untuk sekali hap atau 2-3 kali gigitan. Isian Roti Maros yang saya makan adalah selai strawberry dan nanas. Soal rasa, rasanya tidak jauh berbeda dengan roti unyil yang pernah saya makan. Keistimewaan roti ini terletak pada ukurannya yang kecil sehingga menjadikan roti ini unik. Soal harga, satu kotak roti ini luar biasa murah. Untuk sekotak harga Rp. 20.000, roti ini memenuhi cukup banyak isi dari kotak roti pada umumnya. Pas banget untuk dibeli sebagai bekal perjalanan atau oleh-oleh.
Para penjual Roti Maros ini mendirikan tenda-tenda berjualan di sepanjang jalan ruas Maros-Pangkajene. Banyak sekali penjual roti ini, anda cukup memilih salah satunya saja kalau bus anda berhenti di toko Roti Maros ini. Kalau anda naik mobil, lebih mudah lagi. Silahkan ikuti ruas Maros – Pangkajene dan berhenti di kedai-kedai ini. Saya sendiri nggak tahu apakah roti ini dijual pada siang hari karena waktu itu saya berkunjung pada malam hari.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment