Gado-Gado Dari Tana Toraja Di Restoran Mambo?

Kayaknya, ada hukum dasar yang berlaku tentang makanan khas daerah, dimanapun makanan itu berasal. Ini menurut saya loch. Hehehe. Buat saya, makanan khas daerah yang paling enak adalah makanan yang berasal dari tanah airnya itu sendiri. Begitu makanan tersebut dibawa keluar dari daerah asalnya, rasanya tidak akan pernah bisa sama lagi. Bahan-bahan pendukung dan keahlian pembuatnya sudah jelas akan berbeda. Belum lagi kualitas tanahnya, tanaman yang hidup di atasnya, hewan bahan baku yang makan tanaman tersebut, kualitas air, kualitas angin, kualitas matahari, iklim dan banyak faktor lainnya. Nah, saya punya pertanyaan nich. Pernah cobain masakan Minang yang asli di Batusangkar? Pernah nyobain Soto Banjar asli di Banjarmasin? Pernah nyobain Nasi Liwet asli di Solo? Tahu Telur Surabaya? Bingka Pontianak? Pempek Palembang Ulu 9/10? Sop Konro Makassar? Se’i Babi Timor? Dan Babi Guling Denpasar? Malam terakhir saya di Tana Toraja saya habiskan di satu restoran di Jalan Sam Ratulangi. Restoran ini adalah salah satu restoran yang cukup terkenal di kalangan wisatawan yang mengunjungi Tana Toraja. Namanya Restoran Mambo. Lokasinya tidak terlalu jauh dari Wisma Maria I, sederetan dengan Mart’s Cafe. Restoran ini masuk dalam daftar rekomendasi restoran yang wajib dicicipi selama di Tana Toraja. Hidangan andalan restoran ini tentu saja Masakan Toraja seperti Pa’piong dan Londong selain menu internasional, chinese food dan masakan asli Indonesia. Lagi-lagi, saya tidak mempersiapkan diri untuk memesan pa’piong terlebih dahulu. Kali ini pun, saya nggak sempat mencicipi makanan tersebut. Ketika menelusuri daftar menu, saya tertegun di menu “gado-gado”. Seru juga kali yach makan gado-gado di Tana Toraja, malam-malam begini. Tiba-tiba, saya sangat ingin sekali menikmati gado-gado. Ya sudah, tanpa berpikir panjang lagi,akhirnya saya memesan gado-gado. Pilihan ini juga saya buru-burukan lantaran Restoran Mambo tutup pada pukul 10. Saya baru mencapai restoran ini pada pukul 21.30 malam. Nggak ada waktu lagi untuk memilih-milih. Tak lama, gado-gado yang saya pesan keluar. Umumnya, gado-gado memang tidak terhidang bersamaan dengan nasi. Namun, biar kenyangnya benar-benar pol, akhirnya saya memesan nasi juga. Nah, seperti yang saya bilang di awal, terus terang kalau saya boleh berkata jujur, rasa gado-gadonya mengecewakan. Gado-Gado yang asli dari wilayah Jakarta tersebut tidak memuaskan saya. Saya pernah makan gado-gado kampung di tepi pasar di sudut Jakarta yang enak banget! Rasa gado-gado yang saya makan di Tana Toraja ini agak ajaib, tidak mirip seperti gado-gado. Memang sich, kandungan sayur-sayur pendukungnya mirip. Saya menemukan adanya tempe, tahu, telur, kacang panjang, kol, dan sayur-sayuran hijau. Semua sayur tersebut disiram dengan bumbu kacang yang berwarna kehitaman, tidak seperti bumbu kacang pada umumnya yang berwarna coklat muda terang. Setelah itu, gado-gado tersebut ditutup dengan kerupuk. Maaf saja, Restoran Mambo ini harusnya masuk dalam daftar rekomendasi. Tapi tampaknya, saya salah memilih menu. Hehehe. Harusnya, saya memesan menu makanan Toraja atau menu makanan internasional saja kali yach? Jujur saja, gado-gadonya mengecewakan saya. Menariknya, gado-gado termasuk salah satu menu yang harganya cukup murah dibanding menu makanan lain. Menu Toraja pada umumnya seperi Pa’piong dan Londong, masing-masing dihargai Rp. 40.000. Untung saja, saya memesan menu jus Mambo yang terdiri atas wortel, pepaya dan mangga yang rasanya enak banget! Kalau minuman ini, segelas sich rasanya kurang. Hehehe. Untuk anda yang nanti berencana makan malam atau siang di restoran Mambo ini, coba dech untuk tidak memesan menu makanan daerah non-Toraja. Coba anda pesan makanan internasionalnya yang terlihat jauh lebih menggiurkan dibanding menu yang saya pesan.

12 komentar:

  1. setuju, kita memang sebaiknya mengonsumsi pangan lokal di daerah tersebut.

    *jadi kangen se'i babi di depot bambu kuning deket kantor ombudsman kupang*

    ReplyDelete
  2. hehehehe....hanya himbauan saja sich Oom. :D nggak mesti jadi kewajiban juga koq. Siapa tahu, kalau kangen dengan makanan dari daerah tertentu, eh di daerah non-endemiknya ada yang menjual. Khan lumayan bisa mengobati kerinduan, walaupun rasanya nggak persis seperti yang kita bayangkan. hehehehe....

    hmmm....beta jadi rindu dong Kupang :D hehehe

    ReplyDelete
  3. kalau saya malah beda mas, saya lebih suka gudeg surabaya daripada gudeg jogja ataupun gudeg solo. gudeg surabaya tidak terlalu manis dan terdapat sambal yang pedas sekali, termasuk cocok untuk lidah saya yang sumatera banget.. sedangkan gudeg jogja atau solo jujur saja saya nggak suka karena terlalu manis..

    ReplyDelete
  4. Eh iya tuh, beberapa teman saya yang dari SUmatera, nggak suka sama makanan manis-manis di seputaran Jawa Tengah. ya tempe bacem lah, ya gudeg lah, semuanya serba manis. Kalau ada menu kayak gitu, semuanya pasti dicampur sambal...hahahaha...

    ReplyDelete
  5. wah..saya mampir.. enak ya jalan2nya.. ^^ moga-moga ke depan di Toraja nyobain gado-gadonya enak dah..wkkwkwk

    ReplyDelete
  6. hahahaha....boleh juga sih, siapa tahu, lidah saya aja yg agak2 aneh...hihihi...ga taunya, gado-gadonya enak banged lagi...hehehe

    ReplyDelete
  7. Salam kenal.......

    Terima kasih atas masukannya buat gado2...sungguh masukan yg berharga buat kami untuk memperbaiki cita rasa gado2 yg ada..
    tapi jangan kapok ya utk mencoba gado2 lagi ataupun menu lain yg bukan khas daerah Toraja.
    Semoga kami dapat memberikan pelayanan yg terbaik termasuk dalam cita rasanya.
    Sampai ketemu lagi di Tana Toraja...:)

    ReplyDelete
  8. Halo Camelia!

    Camelia dari Restoran Mambo? Terima kasih loh sudah mampir ke blog saya ini. hehehe. saya rasa, perbaikan kualitas makanan non-Toraja memang perlu. Namun akan jauh lebih baik lagi kalau varian makanan yang diperkenalkan tidak hanya Londong dan Pa'piong saja, namun diversifikasiknya diperlebar. Buat makanan Toraja yang unik-unik dan pastinya, akan membuat orang semakin kangen sama tempat ini. Duh, tiba-tiba saya jadi kangen Tana Toraja...hehehehe....sampai ketemu lagi yaaa ^^

    ReplyDelete
  9. Halo lagi....

    Kurre sumanga' juga buat ulasannya utk Restoran Mambo...:) bisa membuat restoran ini lebih dikenal..haaahaa..
    Thanksss utk masukan2nya..next semoga kami bisa berkreasi lagi dengan menu khas Toraja.

    Kami tunggu kedatangan berikutnya di resto kami.
    Salam hangat selalu..:)

    ReplyDelete
  10. Kurre sumanga' juga hehehe. wah, restoran ini sih sudah sangat terkenal, di setiap Buku Lonely Planet selalu ada restoran ini koq. duh, saya jadi kangen sama jusnya hehehe

    iyaaa..nantikan saya kembali ke Tana Toraja yaaa ^^
    makasih sudah berkunjung kembali :D
    salam hangat kembali :D

    ReplyDelete
  11. KLo pempek palembang ada ga di resto mambo ini di toraja Gan...

    ReplyDelete
  12. KLo pempek palembang ada ga di resto mambo ini di toraja Gan...

    ReplyDelete