Kembali Ke Semarang

Nggak mau mengulang kesalahan yang sama, akhirnya saya memilih untuk berjalan kaki dan mencari jembatan penyebrangan yang benar, daripada menyebrang di Jalan Perintis Kemerdekaan yang ramai banget itu. Saya menyusuri pinggir kanan jalan dan mendapati banyak sekali penjual Ubi Cilembu di tepi jalan. Satu deret penuh ruas jalan tersebut dipadati oleh para penjual Ubi Cilembu. Ternyata, produk ini cukup terkenal juga yach disini? Jauh-jauh dari Jakarta ke Jawa Tengah, eh, ketemunya Ubi Cilembu juga. Hehehe. Saya nggak berniat beli karena sudah cape dan ingin buru-buru pulang ke hotel untuk meletakkan barang bawaan saya yang segambreng. *JRENG*
Masih di area yang sama, akhirnya saya menyebrang jalan di jembatan penyebrangan yang benar dan melihat Semarang pinggiran dari atas. Walaupun tidak ada pemandangan spektakuler yang bisa memukau saya, namun saya bisa melihat padatnya Jalan Perintis Kemerdekaan pada sore itu (hari itu adalah Hari Jumat). Sambil menunggu bus yang akan membawa saya ke Kota, saya berjalan menelusuri jalan di depan kompleks marinir. Tunggu punya tunggu, hampir semua bus yang melintas terisi penuh, terlalu berjejalan bahkan! Rata-rata, bus yang berjejalan tersebut adalah bus non AC. Saya bahkan tidak melihat adanya bus AC melintas di tempat ini. Kalau dalam pikiran saya, bus AC harusnya nggak ramai kan yach? Tepat ketika saya masih memilih-milih bus, hujan turun dengan deras dan lebatnya. Berlarianlah saya menuju pohon rindang yang terdekat. Kayaknya sudah bukan saatnya untuk memilih-milih bus dech. Walaupun sedikit berjejalan, tapi nggak kenapa-napa dech, saya rela saja asal bus tersebut bisa membawa saya sampai ke Kota, secepatnya! Ketika menyebutkan tujuan akhir saya, saya mengatakan “Blendug” dengan harapan bahwa hotel tempat saya menginap dekat dengan Gereja Blendug. Abang kenek menolak saat saya berikan Rp. 3.000. Ia meminta Rp. 5.000.
Rasanya, perjalanan dari Watu Gong ke Semarang Kota, lebih jauh dibanding Ambarawa ke Watu Gong! Perjalanan ini terasa nggak habis-habis! Saat itu, malam telah larut jatuh menimpa Semarang dan saya masih di dalam bus. Bus muter-muter melewati berbagai daerah yang gelap hingga terang. Penumpang bus berangsur berkurang dari yang padat hingga saya bisa mendapat tempat duduk untuk tas saya sekalipun! Jalanan yang saya lalui meliuk-liuk melewati wilayah perbukitan hingga yang datar. Semarang lebar banget! Waktu melewati Tugu Pemuda dan Lawang Sewu, wih, saya sudah senang sekali. Saya pikir sudah dekat! Ternyata, bus masih muter-muter lagi entah kemana. Bus sempat pula melewati Tawang dan tidak melewati Simpang Lima. Waduh, mau dibawa kemana nich saya? Kenek yang sedari tadi membunyikan siul yang sangat kencang (aneh yach, kenek-kenek di Semarang mahir sekali membunyikan siul yang kencang dan bertalu-talu sepanjang perjalanan. Apakah itu salah satu bentuk komunikasi mereka?) sampai menanyakan saya, “Blendug itu dimana?”. Saat saya katakan tentang Gereja Blendug, si kenek mengatakan bahwa ia tidak akan mencapai wilayah itu. Jadi ia bertanya lagi kepada saya, dimana tempat saya berdomisili agar bisa diturunkan di area paling dekat. Saya katakan “Raden Patah” (nama hotel yang telah saya survey sebelumnya) dan saya akhirnya diturunkan di Jalan Raden Patah, Jalan (yang katanya) terdekat menuju Hotel Raden Patah. Saat mendarat, kaki saya langsung disambut oleh genangan air sedalam mata kaki. Byurrr!!! Ceprooott!!! Banjir Rob sedang menggenangi Semarang Utara. Selamat datang di Semarang!

4 komentar:

  1. bro, ada info hotel murah dan recommended di Semarang gak?

    ReplyDelete
  2. Gue sich belum pernah check in disini, tapi bokap dah pernah. Namanya Hotel Jelita, Jalan MT Haryono No. 32-36 Kel. Rejomulyo Smg 024-3543891. Ratenya cukup murah, Rp. 125.000 yang paling bawah, kamar mandi dalam, bersih, dapat sarapan pagi pula.

    Kalau tempat gue nginep di Hotel Raden Patah, Jalan Letjend Soeprapto, dekat dengan Gereja Blendug. Murah sich, tapi gue gak merekomen orang lain untuk menginap disini kecuali mereka memang mencari harga yang super murah (Rp. 40.000). Murahnya hotel ini dikarenakan bangunannya yang jadul.

    ReplyDelete
  3. emang ada apa dengan hotel raden patah bro? kotor atau gimana? kok sampe segitunya :D
    kali aja saya nanti bisa nyobain kalo pas ke semarang.. (biasanya nebeng di kost temen sih :p)

    ReplyDelete
  4. Hahaha...nggak juga sich. Dibilang kotor ya ngga juga. Bersih koq ranjangnya. amar mandinya, walau bukan menggunakan desain kamar mandi terbaru, cukup oke lah. sarapan pagi juga ada. tv ada di lobby. pegawainya lumayan oke dan ramah. It's a matter of taste sebenernya. Tunggu postingan saya hari ini yach :D

    ReplyDelete