Salah satu yang membuat saya penasaran sekali akan Yogyakarta selepas tahun 2008 adalah Trans Yogya. Kali pertama saya ke Yogyakarta pada 2007, Trans Yogya ini belum ada. Kalau saya nggak salah ingat, sekitar 2008, Trans Yogya ini baru diresmikan. Trans Yogya adalah sarana angkutan massal berbasiskan bus dengan trayek yang sudah ditentukan dan pemberhentiannya tidak bisa dilakukan di sembarang tempat, harus di halte yang telah ditentukan. Demikian pula ketika kita ingin menaiki Trans Yogya ini, harus pada tempat yang telah disediakan. Rapih dan teratur yach jadinya. Nah, Yogyakarta bukanlah kota yang pertama kali menerapkan sistem sejenis Trans Yogya di Indonesia. Jakarta adalah kota pertama yang menerapkan sistem ini. Dalam perkembangannya, beberapa kota di Indonesia seperti Semarang dan Pekanbaru juga turut menerapkan sistem ini. Sistem ini secara generik dikenal dengan nama Bus Way. Pembangunan Bus Way itu sendiri juga melihat karakteristik dari setiap kota tersebut. Sistem Bus Way suatu kota belum tentu cocok diterapkan untuk kota yang lain. Untuk Yogyakarta, saya bisa mengatakan Trans Yogya, berhasil.
Ada sejumlah perbedaan signifikan antara Trans Yogya dan Trans Jakarta yang sangat saya rasakan. Perbedaan pertama tentunya dari bus yang digunakan. Jalanan di Yogyakarta kebanyakan tidak terlalu lebar. Alhasil, penggunaan bus harus seefisien mungkin memakan badan jalan. Maka dari itu, dipilihnya bus berukuran sedang sebagai Bus Way-nya Yogyakarta. Halte yang tersedia pun sederhana dan jauh dari kesan rumit. Jalur antrian masuk untuk setiap halte tidak terlalu panjang. Tidak ada jalur bertingkat dan berputar-putar dari jembatan penyebrangan ke halte. Dari trotoar, hanya muncul tangga untuk masuk ke dalam halte. Sesederhana itu saja. Mungkin juga ini disebabkan oleh penduduk Yogyakarta yang tidak terlalu banyak sehingga kerumunan di dalam halte hampir tidak pernah ada. Hal unik lain yang juga sangat saya perhatikan adalah adanya pramuniaga wanita maupun laki-laki yang mengikuti setiap bus yang berkeliling. Alih-alih suara elektronik dan papan LED yang menjelaskan posisi pemberhentian halte setiap bus, pramuniaga yang berpakaian batik ini selalu menyuarakan halte yang dikunjungi dan jalur perpindahan bus. Buat saya, ini jauh lebih manusiawi dibanding Trans-Jakarta yang terkadang membuat bingung. Di Yogyakarta, para pramuniaganya tersebut mampu menjelaskan dengan detail dan tetap ramah, akan Kota Yogyakarta, jalur yang akan ditempuh oleh Trans Yogya, titik-titik transfer, hingga cara menuju ke objek wisata di seputaran Yogyakarta. Salut besar untuk mereka. Satu lagi, walaupun dengan segala perbedaan yang ada, namun bus yang digunakan tetap ber AC dan nyaman. Saya sampai ketiduran sesekali. Untuk harga Rp. 3.000 sepuasnya, layanan ini luar biasa!
Sejauh ini, trayek Trans Yogya ada 6 buah. Trayek 1A dan 1B yang berasal dari Terminal Prambanan, 2A dan 2B yang berasal dari Terminal Jombor, dan trayek 3A dan 3B yang berasal dari Terminal Giwangan. Untuk 6 rute saja, Trans Yogya telah berhasil menjangkau hampir semua kawasan yang umum dikunjungi turis maupun mahasiswa. Rute-rute standard pariwisata di Yogyakarta seperti Malioboro, Jalan Solo, Keraton Yogyakarta, Puri Pakualaman, hingga Terminal Condong Catur, Terminal Umbulharjo, Terminal Giwangan, Terminal Jombor, Terminal Terban, dan Terminal Prambanan sudah terliput semuanya. Saya mengalami betapa menyenangkannya menaiki Trans Yogya ini. Mbak maupun Mas Pramuniaga yang mendampingi setiap bus penuh semangat dan sangat informatif serta mau membantu. Ketika saya bertanya akan Terminal Umbulharjo, alih-alih menjawab, si mbak malah bertanya tujuan perjalanan saya. Ketika saya mengatakan Borobudur, ia tidak menyarankan saya untuk turun di Umbulharjo. Ia malah menyarankan saya untuk turun di Novotel Yogyakarta dan berganti bus yang akan membawa saya ke Terminal Jombor. Dari Jombor, memang sudah tidak ada lagi Trans Yogya yang akan menuju Magelang. Namun, dari Jombor tersedia bus yang akan berangkat menuju Magelang, Mungkid, Muntilan, dan Borobudur. Sekilas, kalau anda melihat rute perjalanan Trans Yogya ini memang agak sedikit muter-muter. Untuk anda yang terburu-buru memang sebaiknya menyewa taksi saja yang banyak ditemukan di jalanan Yogyakarta. Trans Yogya tidak cocok untuk turis yang terburu-buru, misalnya ke Bandara untuk pulang ke kota asal. Trans Yogya sangat cocok untuk turis yang ingin berkeliling Yogyakarta dengan murah dan santai tanpa berburu-buru. Sebagai gambaran, untuk jarak 17 KM dari Prambanan sampai Novotel Yogyakarta, waktu tempuh yang dibutuhkan sekitar 40 menit. Artinya, kecepatan rata-rata Trans Yogya di jalan yang cukup lurus dan tiada hambatan berkisar 25 KM/jam. Tentu, ini dibarengi pula dengan berhentinya Trans Yogya di sejumlah halte, baik berhenti biasa ataupun menaikkan dan menurunkan penumpang. Jadi, Selamat Datang Di Yogyakarta!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment