Selamat Datang Di Kudus

Hanya ada petunjuk yang membentang berada di atas jembatan “Selamat Datang Di Kabupaten Kudus”, saat akan keluar dari Demak. Bus yang saya tumpangi melewati jembatan dan tak lama kemudian, sampailah saya di terminal Kota Kudus. Loch? Cepat sekali? Saya pikir Kudus terletak agak jauh dan agak dalam seperti Kota Demak. Ternyata, begitu melewati batas Demak, posisi Kudus sudah tidak terlalu jauh lagi rupanya. "Selamat Datang di Kota Kudus", begitu ucap saya pada diri sendiri. Pemandangan yang mendominasi adalah sawah, hamparan ladang super luas, pabrik, rumah dan angin yang super kencang. Angin di wilayah ini dashyat! Bus pun perlahan memasuki terminal dan saya diberitahu sekali lagi oleh sang ibu yang baik hari tersebut untuk turun disini dan melanjutkan perjalanan dengan Angkot berwarna kuning dan memiliki lis bawah coklat yang akan berangkat menuju Colo.
Terminal itu kosong. Tidak seperti terminal kota besar yang saya bayangkan, Terminal Kudus sepi. Tidak banyak angkot mengetem di terminal ini. Jangankan angkot, bus saja tidak terlalu banyak menunggu penumpang di tempat ini. Posisinya sebagai kota perlintasan memang membuat Kudus tidak terlalu banyak dijadikan tempat perhentian. Bagi mereka yang bepergian jauh, Kudus masih terlalu dekat dari Semarang. Kecuali memang mereka memiliki tujuan khusus di Kudus, rasanya jarang sekali turis atau pelancong yang berhenti di kota ini. Walau demikian, jangan salah dan jangan sedih, Kudus memiliki beberapa objek wisata yang layak untuk diperhitungkan seperti misalnya Masjid Agung Kudus yang penampilan fisik menaranya justru lebih menyerupai candi Hindu dibanding wujud mesjid yang biasa kita kenal. Menara Kudus ini sangat terkenal dan terkadang, bahkan menjadi ikon dari Kota Kudus itu sendiri. Objek lain yang mengharumkan nama Kudus adalah Museum Rokok Kretek-nya Djarum yang terdapat di kota ini. Sesuai namanya, pabrik rokok Djarum yang terkenal se-Indonesia itu juga memiliki pabriknya di tempat ini. Kudus sendiri dikenal sebagai kota cikal bakal rokok kretek di Indonesia. Kudus memiliki sebuah gunung yang terletak agak ke utara dan menjadi terkenal lantaran salah seorang Wali yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, Sunan Muria, memiliki makam di lereng gunung ini. Gunung ini bernama Gunung Muria.
Kudus sendiri berasal dari kata Al-Quds yang artinya suci. Di seluruh Jawa, Kudus adalah satu-satunya nama kota yang diadopsi dari bahasa Arab. Selain Rokok, Sunan Muria, dan Menara Masjid Agung Kudus, Kudus juga terkenal akan kuliner khasnya yakni Jenang atau yang biasa kita kenal sebagai dodol. Salah satu Jenang Kudus yang cukup terkenal dan memiliki nama hampir di seantero negeri adalah Jenang Mubarok. Jenang asli Kudus ini memiliki papan reklame tersebar dimana-mana, di penjuru kota. Kalau anda tertarik akan kuliner yang agak berat, Anda harus mencoba Soto Kudus dan Garangasem. Kedua makanan ini sangat terkenal akan kelezatan dan kenikmatannya serta berasal dari Kudus. Walaupun peredarannya sudah cukup meluas sehingga kita bisa menemukan Soto Kudus atau Garangasem di Jepara, Pati, atau Rembang, namun keaslian makanan khas dari Kudus ini paling tepat disantap di tempat asalnya. Mulai dari restoran hingga pedagang kaki lima, hampir semuanya menyediakan menu ini.
Saya menaiki angkot yang ternyata mengetem cukup lama di terminal, di kota dan di jalan-jalan sempit. Angkot yang mendominasi Kudus berwarna kuning. Pembeda antara satu rute dengan rute yang lain hanya berada di lis pada bagian bawah saja. Saya bertujuan akhir di Bae, salah satu Kota Kecamatan di utara Kota Kudus. Oleh karena itu, saya menaiki angkot yang menuju ke Colo karena Bae dilewati oleh rute Colo ini. Perjalanan yang diperkirakan maksimal akan menghabisi waktu 30 menit dari terminal ke Bae, ternyata harus molor menjadi satu jam lantaran supir angkot berhenti cukup sering di dekat pasar dan sempat terjadi hujan. Hujan cukup membuat kocar kacir dan memperlambat kerja si mas supir angkot juga. Apabila lancar, harusnya perjalanan ini dapat ditempuh dalam waktu maksimal sekali, 30 menit. Saya melewati pinggiran kabupaten Kudus yang hanya berisi ladang dan sawah, memasuki perkotaan di Kota Kudus yang ramai, hingga keluar kembali ke pedesaan kembali. Bae belum tercapai juga. Berhubung angkot jurusan Colo terbatas, anda harus rela agak berjejalan di dalam angkot lantaran jumlah armada untuk Colo sedikit. Pernah sekali waktu, sang supir memaksa agar 3 orang bisa duduk di depan dengan alasan angkot berikutnya belum tentu datang dalam waktu dekat. Untuk anda yang terburu-buru, sebaiknya tidak turun dari angkot, kalau bisa, sewa becak atau kendaraan. Sembari melintasi perkotaan, saya bisa melihat Kudus yang sudah cukup maju, dimana banyak sekali toko pakaian baru, makanan ringan, dan lain-lainnya.
Di Kudus juga, saya menemukan sejumlah warga berbicara dalam bahasa kromo yang super halus, lebih sering daripada di Solo sekalipun! Misalnya, mereka mengatakan “Mriki” yang bermakna disini. Umumnya mereka mengatakan “mriki” untuk berhenti di tempat yang diinginkan. Beberapa warga juga mengatakan “Setunggal” yang bermakna satu. Umumnya mereka mengatakan “Setunggal” ini saat akan dimintai biaya oleh sang supir., Setunggal artinya satu orang saja. Sebelum keluar kota Kudus, arah Bae, angkot akan disesaki oleh puluhan ibu-ibu yang –entah- tampaknya baru saja mengikuti berbelanja sayur dan memasak bersama sehingga mereka ingin pulang. Angkot luar biasa penuhnya! Waktu memasuki kecamatan Bae, wah, saya sudah senang! Penderitaan saya akhirnya berakhir pula. Kenyataannya, Kantor Camat Bae masih cukup jauh ditempuh dari Kota Kudus. Rasanya dinding kantor-kantor pemerintahan tidak putus-putusnya saya lihat namun Kantor Camat Bae belum tiba juga. Total perjalanan dengan menggunakan angkot dari Terminal kudus ke Bae adalah satu jam. Padahal, dalam kondisi normal, jarak tersebut dapat dicapai dalam 15 menit saja loch. Aneka hotel dan rumah makan mendominasi wajah kota ini, terutama yang berada di gerbang masuk . Anda harusnya nggak perlu ketakutan saat berada di Kudus. Sudahkah Kudus masuk dalam daftar rute perjalanan anda?

2 komentar:

  1. wah saya dulu cuma lewat Kudus di tengah malam, gak pake mampir. hmmm, ditunggu posting selanjutnya. sapa tau ada yg menarik saya berkunjung ke sana ;-)

    ReplyDelete
  2. hihihi...berhubung waktunya sempit, saya malah nggak sempet jalan2 ke Kudus *penasaran sama Menara Kudus dan Museum Kreteknya*. Postingan selanjutnya malah saya sudah akan meninggalkan Kudus. Praktis, murni kunjungan saya ke Kudus untuk menghadiri pernikahan sahabat saya :)

    ReplyDelete