Dulu, saya bingung, kenapa Kota Solo koq punya nama lain Surakarta yach? Koq canggih dan keren banget sebuah kota memiliki dua nama? Usut punya usut, cari punya cari, ternyata saya baru tahu belakangan. Mudah-mudahan bisa menjawab rasa penasaran teman-teman yang lain yang bingung akan identitas kota ini yach. Hehehe.
Kalau temen-temen menyimak pelajaran sejarah waktu SD dan SMP dulu (nggak pun nggak apa-apa koq, kan ada Mbah Google dan Mbah Wikipedia..hehe) , harusnya teman-teman tahu, bahwa Kasunanan Surakarta Hadiningrat adalah pecahan dari Kerajaan Mataram Islam akibat perjanjian Gianti. (Sebentar, mengapa saya menyebut Mataram Islam? Sebab, pada abad ke 8, ada Kerajaan Mataram Kuno yang berdiri di tempat yang kurang lebih sama dan mewarisi kita dengan aneka candi di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur) Nah, pecahan lainnya adalah Kasultanan Yogyakarta, daerah yang kini dikenal sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta. Nah, Pada masa itu, sebagai Kasunanan, wilayah Surakarta meliputi wilayah yang besar, mulai dari Sragen, Wonogiri, Boyolali, Sukoharjo, Klaten dan Karanganyar serta Kota Sala (disebut sebagai Solo). Sampai disini sudah cukup jelas yach. Nama Surakarta artinya mengacu pada wilayah besar beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah bagian tenggara. Pada perkembangannya, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta diubah statusnya menjadi Karesidenan oleh pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu. Ini terjadi pada abad ke 19. Ini menjelaskan, mengapa hingga kini, plat nomor kendaraan bermotor menggunakan identitas karesidenan, bukan propinsi, atau kabupaten. Contoh : AD (Surakarta) : Solo, Boyolali, Karanganyar, dst. AB : Yogyakarta, Sleman, Bantul, dst. AA (Kedu) : Magelang, Wonosobo, Temanggung, dst. AE (Madiun) : Madiun, Pacitan, Ngawi, Ponorogo, dst.
Masih bersama saya? Baik, kita lanjutkan. Kalau bingung, pegangan yach. Hehehe. Dalam kekisruhan perpolitikan di Tanah Jawa kala itu, tentu tidak terlepas dari campur tangan VOC, Ibukota Republik Indonesia sempat dipindahkan ke Yogyakarta. Hal inilah yang turut andil dalam pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta (karena dari dahulu, bersama dengan Surakarta, kedua daerah ini sudah termasuk istimewa). Bersama dengan ini, karesidenan Surakarta pun dibentuk menjadi Daerah Istimewa Surakarta, namun sayangnya tidak berumur panjang. Adalah pemberontakan dari Tan Malaka yang pada waktu itu menggaung-gaungkan anti-feodalisme yang terjadi di Daerah Istimewa Surakarta, mengakibatkan status Surakarta (bersama dengan Praja Mangkunegaran) dikembalikan menjadi karesidenan, menyatu dengan Propinsi Jawa Tengah. Cukup jelas yach sekarang. Anda sudah bisa menjelaskan darimana nama Surakarta berasal.
Nah, untuk mengetahui darimana nama Solo berasal, kita harus mundur jauh ke belakang, sebelum perjanjian Gianti ditandatangani, atau bahkan sebelum Keraton Surakarta Hadiningrat muncul. Kisah ini bermula dari Kerajaan Mataram Islam yang aslinya berada di Plered, Yogyakarta. Kisah kerajaan ini memang tak luput dari pemberontakan dan perebutan takhta kekuasaan. Singkat cerita, karena terjadi pemberontakan, maka istana kerajaan yang baru didirikan di Kartasura, yang sekarang berada di sekitar Sukoharjo. Kerajaan Kartasura dan Mataram pun berperang. Tujuannya untuk memperebutkan ahli waris yang sah sebagai penerus Kerajaan Mataram Raja Amangkurat I. Mataram kalah, Mataram pun menjadi bagian dari Kerajaan Kartasura. Cerita ini belum selesai.
Kisah perebutan kekuasaan dan pemberontakan serta bekerjasama dan membelot rupanya memang kerap terjadi diantara anak-anak Amangkurat I. Lepas cerita, terjadilah pemberontakan besar-besaran yang mengakibatkan rusaknya keraton Kartasura. Pakubuwana II yang kabur ke Ponorogo dan kembali ke istananya melihat, keraton sudah rusak total dan hancur. Atas dasar ini, Pakubuwono II membangun istana baru di Desa Sala (dalam bahasa Jawa, a dilafalkan sebagai o, contoh : Jaka yang dibaca Joko). Istana baru ini menandai terbentuknya Kasunanan baru, Kasunanan Surakarta. Pengambilan nama Surakarta diambil dari nama Kartasura yang dibalik. Pembalikan ini dipercaya bisa membalikkan nasib sial yang menimpa Keraton Kartasura yang sudah hancur. Inilah cikal bakal lahirnya Keraton Surakarta Hadiningrat. Desa Sala tempat Keraton Kasunanan Surakarta berdiri menjadi sebuah kota yang kita kenal sekarang sebagai Kota Solo. Walaupun nama Surakarta adalah nama resmi Kota Solo, namun kalau kita tilik sejarah, Surakarta mengacu pada 6 wilayah kabupaten besar di sekitar Kota Solo. Yah…masalah nama bukanlah sesuatu yang krusial atau bahkan genting. Orang-orang tetap mengenal Surakarta sebagai Solo dan Solo sebagai Surakarta. Masyarakat yang tinggal di Sragen atau Klaten pun terkadang menyebut diri mereka sebagai warga Solo. Barulah, ketika ditanya lebih detail, mereka menjelaskan, Solo mereka adalah Solo Sragen atau Solo Klaten.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment