Nggak Usah Naik Becak Dari Terminal Ke Candi Borobudur

Sebelum baca postingan ini, camkan pesan saya baik-baik! Kalau anda tipe turis kere yang menghemat segala sesuatunya demi bisa berwisata dengan biaya murah, sebaiknya tolak tawaran ini. TOLAK! Berjalan kaki saja dari Terminal Borobudur hingga pintu masuk candi. Cuma sekitar 500 meteran saja koq! Gak jauh, sehat, dan sehat bagi kantong anda pastinya. Akhirnya, saya tiba di Terminal Borobudur tepat jam 3. Isi bus hanya tinggal segelintir saja. Sembari bus menepi ke peron kedatangan, sejumlah bapak tukang becak berlari-lari mengejar bus yang saya tumpangi. Tampang mereka terlihat histeris, panic dan bergairah. Waduh, ada apa gerangan yach? Saya jadi was-was. Hahaha.
Begitu bus menepi, serombongan bapak-bapak tersebut langsung memenuhi pintu keluar bus, mereka menawarkan satu hal yang sama : Jasa becak dari Terminal Borobudur ke Candi Borobudur. Waaa…saya langsung jadi pusing. Haha. Saya sebetulnya mengatakan tidak untuk mereka, saya lebih memilih jalan kaki saja, tapi mereka memaksa dan memaksa, mengatakan bahwa jaraknya jauh hingga mengiba-iba. Saya tetap bersikukuh dan beberapa diantara mereka mundur namun tetap ada satu orang yang memepet saya untuk menggunakan jasanya. Dia tetap bersikeras bahwa jaraknya jauh dan usaha becak ini untuk membantu-bantu keluarga beliau. Saya sudah bilang kalau saya turis backpacker yang kere, namun mereka tidak mau mengerti. Saya melihat baju yang dikenakan bapak becak tersebut sich memang sudah compang-camping. Saya berpikir sejenak dan bertanya “berapa?”. Beliau mengatakan “RP. 20.000”. Seperti yang sudah diprediksi, terjadilah sedikit perang harga dan akhirnya disepakati harga “Rp. 10.000” untuk mengantarkan saya sampai ke pintu masuk Candi Borobudur.
Mulailah perjalanan saya menaiki becak menembus Pasar Borobudur. Berhubung sudah sore, cuacanya memang enak sekali untuk berjalan-jalan, apalagi naik becak dan terkena semilir angin sore. Saya melewati deretan kios-kios oleh-oleh dan pasar di Borobudur, mulai dari yang menjual elektronik hingga pakaian dan souvenir. Sambil mengantarkan saya, bapak supir mengajak saya mengobrol dan ia menawarkan saya untuk menginap di Borobudur. Yah, maklum, hari itu memang sudah cukup sore sich. Jadi, ia berpikir mungkin saya akan melewatkan malam di kompleks candi ini. Saya sich mengatakan bahwa saya akan melanjutkan perjalanan saya ke Wonosobo sehingga tidak menginap di Borobudur. Namun iseng-iseng saya bertanya harga satu malam kamar di Borobudur kepada bapak tersebut. Bapak tersebut menjawab untuk satu kamar yang benar-benar standard, harganya sekitar Rp. 75.000 (sarapan, kamar mandi dalam). Saya nggak tahu dech itu harga sudah di ‘mark-up’ atau merupakan harga nett dari hotel tersebut. Sayang, saya juga nggak bertanya nama hotelnya dan dia nggak menyebutkannya. Nggak lama, yach sekitar 500meteran dech saya sampai di pintu masuk Candi Borobudur yang ternyata deket banget! Weew…untuk jarak segini harganya Rp. 10.000? Hahaha. Nggak papa dech, hitung-hitung membantu perekonomian si bapak. Tapi buat anda yang bener-bener berhemat, sebaiknya sich abaikan tawaran ini dan bersikap sedikit kejamlah kepada para bapak supir becak ini. Lewatkan tawaran mereka dan jalanlah terus ke arah pasar.
Di ujung perjalanan, setelah saya membayar biaya becak, bapak tersebut menawarkan untuk mengantarkan saya kembali ke depan terminal begitu saya sudah selesai. Ia menanyakan jam kepulangan saya. Hmm…saya tidak bisa menjawab karena tidak tahu mau berapa lama di Borobudur. Namun ia memaksa, “satu jam yach?” begitu katanya. Wah, saya sich nggak mau ngerjain orang, saya bilang aja “nggak tahu, pak”. Namun dia mengatakan bahwa ia akan menunggu saya keluar. Dia mengatakan bahwa akan menunggu di pintu keluar. Wah saya bilang lagi “Nggak usah pak, jangan ditungguin!”. Beliau berkeras lagi, “Nggak papa, saya tunggu, kesihan adek, jauh jalan ke depan”. Yeee…dalam hati saya mikir, justru sebenarnya saya pengen jalan kaki. “Ya terserah bapak, tapi nanti kalau ada yang mau pakai bapak, layani saja, saya nggak usah ditungguin” dan saya pun meninggalkan bapak itu masuk ke dalam kompleks Candi Borobudur.

4 komentar:

  1. meskipun tujuan kita backpacking adalah untuk bergaul erat dengan banyak orang, terkadang memasang tampang jutek juga perlu lo bro. hehehehe

    ReplyDelete
  2. YES! Setuju banget! Saya harus belajar cuek dan belajar bahwa tidak semua orang yang saya temui dalam perjalanan saya adalah orang baik atau orang yang punya niat baik terhadap kita. Terlalu naif kalau saya percaya ini T_T

    ReplyDelete
  3. setuju..setujuu: 'tidak semua orang yang saya temui dalam perjalanan saya adalah orang baik atau orang yang punya niat baik terhadap kita'. tapi semoga kita akan senantiasa bisa menjadi orang baik atau orang yang punya niat baik kepada semua orang ^_^

    ReplyDelete
  4. aminnnn...hehehe.... percayalah, dengan adanya niat baik, Tuhan juga kasih kita parlindungan koq hehehe....

    ReplyDelete