Melintasi Jawa, Dari Semarang Ke Surakarta

Saya sempat takut loch kalau nggak ada atau jarang, bus dari Semarang ke Solo. Saya sampai mikir, apa saya naik bus jurusan Yogyakarta saja yach? Nanti, dari Yogyakarta, saya naik bus lagi ke Solo atau naik Prameks. Jarak Solo – Yogyakarta palingan 2 jam dengan bus atau satu jam dengan Prameks. Wuih, saya nggak kebayang betapa repotnya kalau itu sampai terjadi. Saya nggak akan kebayang, sampai jam berapa saya akan tiba di Solo. Hahaha. Untungnya, hal itu nggak terjadi. Kata mas kenek yang berada di bus Kudus – Semarang, bus menuju Solo jumlahnya banyak. Saya juga teringat kembali pengalaman ketika menunggu bus ke Bandungan. Alih-alih mendapat bus Bandungan, saya justru selalu dilewati oleh bus jurusan Yogyakarta dan Solo. Jadi, harusnya bus jurusan Solo dan Yogyakarta cukup banyak yach dari Semarang. Maklum, kedua kota tersebut kan termasuk golongan kota-kota utama di Jawa Tengah.
Lumayan menunggu, saya akhirnya mendapatkan sebuah bus yang akan berangkat ke Solo. Sayangnya, bus tersebut terlihat lusuh dan tidak ber AC. Haruskah saya menunggu yang lainnya? Ah, saya tidak punya waktu untuk menunggu lebih lama lagi, saya harus sesegera mungkin meninggalkan Semarang agar sampai di Solo seawal mungkin. Bus pun mulai meluncur menembus jalanan Kota Semarang. Seperti arah selatan pada umumnya, bus ini akan melewati Banyumanik, Ungaran dan Bawen. Situasi cukup nyaman yang saya alami di bus tadi berubah menjadi padat dan penuh saat melewati Bawen. Puluhan hingga ratusan orang, terutama wanita pekerja buruh pabrik, memenuhi bus yang saya tumpangi. Oh no! Sang kenek sampai harus turun bus berkali-kali untuk mengatur posisi penumpang di dalam bus agar bus mampu menampung lebih banyak lagi. Benar-benar seperti ikan sarden rasanya. Saya yang seorang diri harus memangku tas-tas saya beserta peralatan lainnya, terhimpit oleh ibu-ibu di samping saya. Untungnya, saya terhimpit ke jendela, bukan ke tengah lorong. Jadinya, saya masih bisa bernafas, membuka jendela lebar-lebar kalau ada yang merokok, dan membeli minuman maupun makanan kecil dari jendela. Fiuhhhh. B*kong saya rasanya sampai mati rasa lantaran posisi saya yang tidak berubah sekian lama, dan terhimpit.
Jalur yang bus ini lalui adalah jalur utama penghubung Semarang – Yogyakarta dengan Semarang – Solo. Perbedaannya, untuk anda yang menuju Yogyakarta, dari Bawen, bus akan berbelok ke kanan, masuk Ambarawa, Bedono, Pringsurat di Temanggung, Secang, Magelang, Mungkid dan Yogyakarta. Kalau menuju Solo, dari Bawen, bus akan berbelok ke kiri dan melewati Tungtang, Salatiga, Boyolali, Sukoharjo, Kartasura, dan terakhir Solo. Di jalur inilah saya berada. Kedua rute memakan waktu kurang lebih 4-5 jam perjalanan. Kalau nggak macet dan nggak berhenti-berhenti mungkin anda bisa mengejar 3 jam saja. Objek wisata yang menarik terdapat di Tungtang dimana alam pegunungannya masih asri dan terdapat kuliner khas : Sate Kelinci. Saya merasakan hawa sejuk yang menyegarkan ketika bus melewati Tungtang. Alam pegunungan lain bisa didapatkan di Boyolali. Alamnya yang sebagian besar masih berupa hutan sungguh memanjakan mata saya. Ditambah dengan jalanan yang meliuk-liuk naik turun dan situasi yang masih tergolong desa dan tidak terlalu ramai, saya langsung suka dengan Boyolali. Sementara itu, Kota Salatiga tidak menawarkan sesuatu yang cukup menarik mata saya ketika dilewati. Wilayah Sukoharjo juga tidak menawarkan apapun kecuali jajaran sawah dan pabrik dengan lahan yang luas. Penumpang terus saja memadat semenjak bus meninggalkan Bawen, terus hingga Boyolali. Di saat saya mengira bahwa bus akan segera sepi, bus kembali terisi penuh lagi dan saya kembali terdesak. Penjual makanan menjajakan makanannya hanya hingga Bawen saja. Saya tidak menemukan adanya penjual makanan selepas Tungtang. Justru, saya baru mulai merasa lapar di wilayah ini. Dari Bawen hingga Solo, tidak ada lagi penjual makanan yang masuk ke dalam bus atau bus memberhentikan kendaraannya di termina/SPBU. Saya kelaparan di dalam bus yang menuju Solo. Mungkin terlalu padatnya penumpang di dalam bus membuat penjual makanan atau minuman tidak bisa bergerak bebas menawarkan dagangannya kali yach? Barulah, selepas Terminal Boyolali, jumlah penumpang bus menyusut dengan drastis. Di Sukoharjo, bahkan saya bisa mendominasi kursi samping saya untuk tas-tas saya. Hehehe.
Perjalanan yang cukup panjang ini lumayan menguras tenaga anda. Kalau anda tidak berminat mengamati pemandangan seperti yang saya lakukan, anda akan mendapatkan waktu tidur yang lebih dari cukup. Namun, saya tidak tidur karena saya ingin menikmati pemandangan perjalanan ini. Akhirnya, setelah saya letih, capek, lepek, dan kotor, saya tiba di Terminal Tirtonadi Kota Surakarta pada pukul 6 sore. Kurang lebih 4 jam perjalanan dari Semarang. Jumlah penumpang sudah bisa dihitung dengan jari bahkan. Untuk perjalanan jauh yang menakjubkan ini, saya membayar Rp. 23.000. Lain kali, saya mungkin akan mencoba bus patas cepat yang ber AC saja dari Semarang ke Solo. Saya ingin tahu, apakah bus patas cepat ber AC juga mengalami kendala yang sama mulai dari desak-desakan penumpang hingga waktu perjalanan yang cukup panjang? Dari total waktu yang digunakan untuk perjalanan, rasanya setengah jam lebih habis digunakan untuk berhenti demi menaikkan dan menurunkan penumpang. Saya harap sich bus patas cepat ber AC tidak demikian. Saya akan mencobanya kali lain. :)

6 komentar:

  1. membacanya aja jadi ikutan capek rasanya. hehe

    ReplyDelete
  2. biar gak capek : JANGAN naik bus ekonomi pada saat bubaran kantor/pabrik...hehehe

    ReplyDelete
  3. kalo capek jangan bepergian dirumah aja tidur.... hehehe

    ReplyDelete
  4. hehehe....beda donk pengalaman antara tidur dengan capenya naik bus :D rasanya sejuta dech :)

    ReplyDelete
  5. Di salatiga ada wisata TMII lohhh...
    coba saja ke UKSW...dari sabang (kayaknya) sampai merauke ada sample orangnya...maksudnya mahasiswa....
    trmasuk kalo mw blajar bahasa daerah plus logat bisa disini juga...

    ReplyDelete
  6. kalo trtarik wisata n potret manusia.
    lagi mencari informasi wisata kuliner n wisata-wisata yang laennya...
    mungkin karna kota transit jadi sdikit jenis wisatanya...
    ohh.. pertengahan agustus ini (2012) ada wisata budaya salatiga.

    ReplyDelete