Antara Kudus Dan Semarang

Kudus – Semarang terpisahkan oleh jarak sejauh 51 KM. Dalam kondisi normal dan kendaraan pribadi, anda bisa menghubungkan kedua kota ini dalam kurun waktu satu jam. Nah, berhubung saya naik kendaraan umum, jarak kedua kota masih normal kalau ditempuh dalam waktu 1,5 hingga 2 jam. Saya berpelesir menuju Kudus dalam rangka menghadiri pernikahan salah seorang sahabat baik saya. Ijab Kabulnya dilangsungkan pada pagi hari sehingga saya mungkin tidak akan sempat mengejar acara tersebut. Saya akan mengejar acara resepsi yang dimulai pada pukul 11 saja dech. Untungnya, saya sudah tiba di Kudus dalam waktu 1,5 jam. Nah, saya naik bus besar ber AC dengan deretan tempat duduk 2 di kiri dan 3 di kanan. Bus ini memiliki televisi dan DVD player untuk memutar musik-musik dangdut pilihan sang kenek atau supir *ARRRGGGHH*. Dengan harga Rp. 20.000, saya bisa tiba di Kudus dengan selamat. Perjalanan ini akan menempuh ruas Pantai Utara Jawa yang kalau diteruskan akan tiba di Surabaya. Perjalanan ini akan memakan waktu 1,5 jam dan sebagian besar waktu perjalanan akan dihabiskan di Kabupaten Demak. Selepas Kabupaten Demak, bus akan segera masuk Terminal Kota Kudus. Bus juga akan berhenti satu kali di Terminal Kota Demak (Kalau anda nggak membutuhkan perhentian ini, coba dech cari bus cepat ber AC. Tanyakan, apakah bus akan berhenti-berhenti atau tidak. Siapa tahu, bisa mencapai Kudus lebih cepat dari yang diperkirakan?). Di Demak, jumlah yang turun akan sama banyaknya dengan jumlah yang naik. Bus ini juga akan melewati Pasar Demak yang berukuran sempit. Di Pasar Demak, biasanya banyak penumpang yang naik dan tak lupa, pengamen juga. Anda harus ekstra hati-hati dan waspada akan barang bawaan anda sewaktu berada di Terminal Demak dan pasar Demak. Tipe pengamen yang membagi-bagikan amplop berisi tulisan tangan yang mengiba-iba pun sudah ada disini. Tidak tanggung-tanggung, amplop tersebut langsung dibuka di depan kita untuk memastikan kita memberikan mereka uang atau tidak. Maaf yach, gaya meminta-minta seperti itu sudah sangat basi untuk saya!

Perjalanan Semarang – Kudus merupakan perjalanan yang cukup membosankan. Hal ini disebabkan oleh lurusnya medan jalan yang ditempuh dan monotonnya pemandangan yang bisa dilihat. Landmark yang cukup menarik di sepanjang jalan ini mungkin hanyalah Masjid Agung Demak yang cukup historikal dan terkenal. Lainnya mungkin Kota Tua Demak yang berada persis di depan alun-alun Demak. Selain dua hal tersebut, praktis tidak ada lagi objek menarik yang bisa dinikmati sepanjang perjalanan. Mungkin anda akan terkesan pada rumah khas Jawa Tengah bagian utara dengan bentuk Joglo dan di atapnya terdapat banyak sekali ukiran kecil-kecil berderet. Tapi, anda akan menjumpai banyak rumah serupa di pinggiran ruas jalan Semarang – Kudus. Dapat dipastikan, rumah yang pertama terlihat unik ini akan membosankan juga akhirnya untuk anda.

Yang menyenangkan dari perjalanan ini adalah saya merasakan Orang Semarang dan sekitarnya sangat baik-baik. Pertama, saya sudah sempat ditraktir uang peron oleh ibu yang tidak saya kenal sama sekali. Mungkin ibu itu melihat saya kebingungan di terminal sehingga ia membimbing saya menuju terminal keberangkatan. Kali kedua, saya dibantu oleh ibu yang juga akan menuju ke Kudus, tapi bukan Kudus Kota melainkan Kabupaten Kudus. Setelah sempat mengobrol-obrol sejenak akan tujuan saya ke Kudus, sang ibu meminta peta yang saya pegang untuk dipelajari. Selang mempelajari sebentar, ibu itu memberitahu saya agar saya turun di Terminal Kota Kudus dan berganti angkot satu kali yang warna kuning dengan lis berwarna coklat di bagian bawahnya. Angkot tersebut akan menuju ke Colo, desa di kaki Gunung Muria, Kudus. Nah, tempat yang saya tuju, kecamatan Bae ini berada di perlintasan angkot tersebut. Berkali-kali ibu itu mengingatkan agar saya tidak lupa akan warna angkot dan tempat tujuan saya. Baik sekali yach? Jadi terharu. Hehehe. Ibu itu bercerita bahwa ia pernah ke Jakarta (setelah tahu asal saya dari Jakarta) dan kebingungan di Terminal Blok M. Dalam kebingungannya, ia ditolong orang dan diberikan petunjuk. Oleh karena itulah, ia tidak bisa melihat saya yang kebingungan di dalam bus. Ia langsung tergerak hatinya untuk menolong saya. Sembari jalan, ibu itu juga menunjukkan tempat-tempat menarik yang ada di sepanjang perjalanan seperti misalnya Masjid Raya Demak yang terkenal itu. Pada saat saya turun pun ibu itu memberikan salam dan saya memberikan salam balik kepadanya.