Hal pertama yang saya lakukan di kota ini tentu saja check in. Saya sudah mau melepaskan barang-barang bawaan saya yang besar dan berat kemudian menjelajah dengan tas kamera yang ringan saja. Ada sejumlah hotel di kota ini yang cukup sering menerima kedatangan wisatawan. Maklum, sebagai kota wisata (berkat kehadiran Danau Tempe dan kerajinan Sutera), Sengkang harus memiliki sejumlah hotel yang layak bagi turis-turis yang datang berkunjung. Beberapa hotel yang kerap difavoritkan antara lain Pondok Eka Sengkang, Hotel Al Salam I dan Hotel Al Salam II, serta Hotel Apada dan Asoka Inn. Untuk kali ini, saya menyewa sebuah kamar di Hotel Al-Salam II yang terletak di jalan Emi Saelan, percabangan Jalan Sudirman.
Walaupun Sengkang adalah kota yang tidak kecil, namun kota ini terbangun atas jalan-jalan kecil yang banyak mencabangi jalan-jalan utamanya. Sebut saja Jalan Emi Saelan, tempat Hotel Al Salam II berada. Saya sampai melewati beberapa gang lantaran di mulut jalan tidak tertulis nama jalan sama sekali. Saya juga harus bertanya beberapa kali kepada sejumlah warga untuk menemukan letak persis hotel ini. Jalan masuk menuju hotel cukup sempit, walaupun masih bisa dilalui oleh satu buah kendaraan saja. Kehidupan di dalam jalanan juga tampak santai. Anda masih bisa menjumpai segerombolan ibu-ibu duduk-duduk di teras depan rumah mereka (masih banyak rumah panggung Bugis yang berdiri di dalam gang) sambil mengobrol dan menyapa setiap orang yang lewat. Saya pun tidak luput dari sapaan tersebut. Ah, ramahnya Sengkang! Oh ya, untuk anda yang lebih menyukai ketenangan, Al Salam II lebih direkomendasikan lantaran lebih baru dan tempatnya yang agak masuk ke dalam gang, bukan di tengah-tengah pasar.
Hotel ini tampaknya adalah hotel favorit para pejabat daerah yang berkunjung ke Sengkang. Terbukti, pada saat kunjungan, saya hanya mendapat jatah satu malam saja dan saya mendapat pesan bahwa saya harus check in pagi-pagi sekali. Mereka memesankan ini sebelum menjualnya kepada saya. Saya dapat mengerti kondisi ini dan tetap menerima kamar yang ditawarkan. Habis bagaimana? Harganya cukup murah dibanding hotel lain namun tempatnya nyaman. Lagipula, saya mendapat harga Rp. 60.000 lantaran saya hanya seorang diri. Untuk berdua, harga kamar menjadi Rp. 75.000, sudah termasuk kamar mandi dalam, kipas angin, amenities peralatan mandi sabun dan handuk, serta sarapan pagi. Menyenangkan yach? Kamarnya sendiri cukup modern, terutama karena dindingnya baru saja dicat. Sebuah lukisan tradisional memenuhi salah satu sudut dinding kamar. Kamar mandinya sudah menggunakan kloset duduk, bukan jongkok. Soal tempat tidurnya, sepreinya masih putih bersih dan kasurnya lebar. Sangat direkomendasikan untuk anda yang mau ke Sengkang namun bingung mau menginap dimana.
Kamar hotel ini ada 17 buah, ada baiknya kalau anda menelepon dahulu untuk memastikan apakah hotel ini sudah dibooking oleh para pejabat daerah atau belum. Pada saat kedatangan saya, para staff hotel ini sangat sibuk mengurusi ini itu, termasuk administrasi kedatangan tamu sehingga mereka mungkin lupa terhadap saya yang check in sehari lebih awal. Namun tidak mengapa, kesan pertama mereka sangat baik. Segera setelah mereka mengetahui keberadaan saya, mereka segera mengantarkan saya ke salah satu kamar yang dijanjikan, menyalakan kipas, mengantarkan handuk serta memberi tahu bahwa sarapan akan diantarkan esok hari sebelum pukul 7 pagi (maklum, saya harus sudah check out sebelum pukul 7 pagi...hehe).
Walaupun mereka menyediakan sarapan pagi (roti isi selai 2 tangkup dan secangkir kopi/teh), namun sayang beribu sayang, hotel ini tidak memiliki kafetaria atau restoran. Beberapa tahun lalu, memang ada kafetaria yang dibuka disini. Meja makan dan peralatan kafetarianya pun masih ada. Saya bahkan sempat duduk di meja tersebut dan bertanya akan menu kepada salah satu mbak staff. Mbak staff hotel Al Salam II terlihat gelagapan dan kebingungan. Dalam kebingungannya, ia memanggil Pak Herman, staff yang menerima bookingan saya. Kemudian Pak Herman menjelaskan, bahwa restoran sudah ditiadakan dari hotel Al Salam II. Restoran hanya menerima pembuatan katering untuk tamu berombongan yang sudah booking menu terlebih dahulu. Oalah. Jadi dimana saya bisa makan malam yach? Pak Herman menyarankan saya untuk makan di depan hotel, dimana terdapat sejumlah restoran hasil laut dan danau yang sayangnya, dikelola dan dimasak secara Jawa, bukan khas Sengkang. Ia tidak bisa menjelaskan rumah makan khas Sengkang kecuali satu yang berada di Danau Tempe namun sayangnya sudah tutup pada malam hari. Sayang sekali, padahal hotel yang sudah cukup baik ini (ada ruang tunggu dengan hiasan ornamen khas Dayak Kalimantan Timur) hampir sempurna di mata saya. Sayang, ketidakadaan rumah makan cukup menyusahkan turis yang kesulitan mencari rumah makan di sekitar kota. Untuk reservasi, hubungi Hotel Al Salam II, Jalan Emi Saelan 8, Kota Sengkang, Kabupaten Wajo Telp (0485)21278. O yach, hotel ini dekat dari jalan raya, Terminal Callaccu, Pasar Sentral Sengkang dan Sungai Walannae. Untuk menuju ke tempat-tempat tersebut, anda bisa dengan mudah menggunakan kaki atau mungkin becak.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Memang kalau kita lihat tempat menginap yang ada di Sengkang masih jauh dari standart Sebutan untuk sebuah Hotel, lebih tepatnya Pondok atau losmen ... saya juga pernah menginap di tempat ini .. hehehehehehee sangat memuaskan pelayanan, Fasilitas dan tempatnya ...
ReplyDeletelumayan utk kota kecil dan jauh dari ibukota provinsi
ReplyDelete