Sisa malam hari di Sengkang saya habiskan dengan berjalan-jalan menyusuri seputaran pusat kota Sengkang sebelum tidur. Sedikit membuat saya terkejut, ternyata Sengkang cukup dinamis dengan ditandainya pusat-pusat kegiatan, pasar, toko yang buka hingga cukup larut malam. Beberapa usaha mebel, apotik, rumah makan, travel, butik, buka hingga cukup malam. Beberapa toko kelontong serba ada bahkan membuka usahanya hingga 24 jam! Wow! Dengan melihat sejumlah toko yang memiliki jam buka hingga 24 jam, saya bisa menebak, sesibuk dan semaju apakah sebuah kota. Bisa dipastikan, dinamika masyarakat Sengkang sudah cukup tinggi, terbukti dengan hadirnya toko kelontong 24 jam, bukan minimarket loch. Toko 24 jam ini bukan hanya satu, tapi beberapa. Asyik nich kalau malam-malam mau ngemil. Hehehe.
Sengkang ternyata asyik juga untuk dijelajahi malam-malam. Jalanan yang sepi namun aman menjadikan saya tidak takut berkeliling pusat Kota Sengkang seorang diri. Beberapa warga masih terlihat beraktifitas di sudut-sudut jalan, bahkan ada pula yang bersepeda. Walaupun beberapa blok toko tampak tutup, namun mereka berdampingan dengan sejumlah tempat yang buka larut, seperti misalnya apotik, perkayuan, dan jasa travel baik bus maupun kendaraan privat. Sambil melewati travel, saya kerap ditawari untuk pulang ke Makassar atau Pare-Pare. Beberapa travel bahkan melayani rute jauh seperti Palu dan Manado, hingga Balikpapan. Beberapa bangunan di Sengkang kecuali pertokoan masih menggunakan arsitektur khas Sengkang. Contoh paling jelas di pusat kota ialah bangunan Bank SulSel yang terletak dekat dengan kantor polisi. Bangunan ini berpendar cahaya di sekelilingnya. Indah, saat malam tiba. Trotoar dan jalanan yang mulus juga menjadikan kegiatan jalan-jalan malam di Sengkang menjadi semakin menyenangkan. Sayang, Pasar Sentral Sengkang sudah tutup pada malam hari. Padahal saya sempat berniat ingin melihat sutera Sengkang loch. Syukur-syukur ada yang memintal kain di dalam pasar. Hehehe.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment