Tempat wisata yang saya kunjungi pertama kali di Mamasa adalah Kole, mata air panas di atas Kota Mamasa, wilayah Rante Buda. Pak supir kijang yang saya naiki justru yang menyarankan hal ini. Kole ramai pada saat malam hari. Beliau juga ingin berendam di mata air panas tersebut. Jadi, sekalian saja ia mengantarkan saya ke Kole, berbarengan dengan 2 orang lainnya yang juga ingin ke Kole. Sebelum menuju Kole, saya check in terlebih dahulu di Matana Lodge, salah satu penginapan yang ada di Kota Mamasa. Saya mengambil kamar dengan harga Rp. 75.000 per malam. Selepas check in, saya segera mengambil peralatan ala kadarnya seperti sabun, handuk dan celana pendek untuk berendam. Segera, supir mengantarkan saya ke Kole bersama dengan 2 orang penumpang lainnya. Jalanan di Mamasa cukup gelap pada malam hari. Sesekali saya hanya melihat terang lampu kios yang dilintasi kendaraan namun sisanya gelap sepanjang perjalanan. Jalur menuju Kole hancur berat, kubangan jalan dan tanah liat disana sini membuat kijang kesulitan melaju. Untungnya, Kole berjarak tidak terlalu jauh dari Mamasa Kota, hanya 3 kilometer saja menuju arah timur laut.
Sesampainya di Kole, cuaca masih belum terlalu bersahabat, hujan masih turun rintik-rintik membuat seluruh tubuh menjadi basah. Namun, dalam keadaan hujan ini, berendam di Kole ternyata menyenangkan. Pada malam itu, Kole ramai didatangi pengunjung. Tua muda, pria wanita, ramai-ramai berendam di sumber air panas yang memiliki 4 kolam ini. Sebelum sampai pada kompleks pemandian Kole, ada sebuah kolam kecil berair hangat yang berada di luar kompleks. Saya tidak dapat melihat keadaannya karena gelap. Namun kata supir yang membawa saya, jangan mandi disana sebab airnya kurang bagus, kotor. Tampaknya wajar bahwa air di kolam depan ini kotor. Pengunjung yang tidak ingin membayar retribusi masuk memang bisa saja menceburkan diri di kolam depan. Ngerti khan kenapa kolam ini kotor? Bagi yang rela membayar Rp. 5.000 dan ingin air yang agak bersih, bisa masuk ke dalam kompleks.
Ada dua kamar ganti yang berada di Kole ini. Ada pula dua kolam yang masing-masing berada di bagian luar kamar ganti tersebut. Dua kolam lainnya adalah kolam publik yang berada di tengah kompleks. Kolam di bagian atas umumnya lebih panas dibanding kolam-kolam di bawahnya. Air kucuran dari gunung akan mengaliri kolam atas terlebih dahulu. Karena air di pemandian Kole ini adalah air alami pegunungan, maka bau belerang sangat menguar khas disini. Anda diperingatkan untuk berendam maksimal 1 jam saja untuk menghindari keracunan aroma belerang yang bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Kalau kata pak supir, berendam lama-lama dan sering-sering di kolam air belerang juga tidak baik lantaran bisa melunakkan tulang. Entah benar atau tidak, namun saya sendiri tidak berlama-lama berendam dan segera menyudahi kunjungan saya di kolam ini. Tetesan hujan yang tak henti-hentinya juga membuat saya segera menyelesaikan kunjungan ini. Tidak enak juga kepala terus menerus ditetesi air hujan yang dingin sementara tubuh direndam air hangat. Pembayaran tiket baru dilakukan saat kita akan keluar dari kompleks kolam.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment