Usai menikmati makan siang, saya diantar oleh pak supir ojek ke tempat terakhir dalam daftar kunjungan hari itu, Kole. Dari Osango, kami beranjak kembali ke timur laut untuk menuju Kole dengan melewati Kota Mamasa. Jalan menuju Kota Mamasa kembali membaik dan beraspal mulus selepas kantor bupati dan mulai rusak lagi selepas Buntu Buda. Jalanan yang bagus di Mamasa bisa dihitung dengan jari dech. Jalanan menuju Kole becek di beberapa bagian dan merupakan hancuran jalan tanah liat. Untungnya, setelah menempuh jalanan Balla Peu dan Osango yang masuk kategori ‘luar biasa’, jalanan Kole dan Buntu Buda termasuk cukup baik di kelasnya. Untungnya pula, motor tidak begitu sukar melewatinya karena medannya datar. Hanya saja, perlu kemahiran pengendara agar tidak tergelincir di jalanan yang becek.
Tak lama, kami sampai di Kole. Ternyata, Kole sepi pada saat siang hari. Benarlah apa yang dikatakan oleh beberapa warga, bahwa Kole baru ramai pada saat hari gelap atau justru di pagi hari. Pada sore hari itu, sekitar pukul 3, Kole justru sepi. Tidak ada keramaian warga yang menikmati kolam air panas tersebut. Di siang hari, saya justru bisa melihat dengan jelas bahwa kolam gratis yang berada di depan kolam berbayar, ternyata berwarna keruh dan cenderung kotor. Air di kolam berbayar ternyata bening dan terawat. Sehubungan dengan sepinya Kole pada waktu itu, akhirnya saya memutuskan untuk pulang dan menyudahi tur saya dengan bapak ojek ini. Nggak asyik juga yah masak berendam siang-siang sendirian gitu. Lebih asyik kan kalau ada teman yach? Saya akan kembali ke Kole pada malam nanti. Harusnya jarak 3 kilometer bisa ditempuh dengan mudah dengan berjalan kaki. Maklum, tidak ada angkot yang bisa mengantarkan saya ke Kole selain ojek. Pilihan jalan kaki juga cukup menarik untuk dijabani mengingat sore hari di Mamasa pastinya menawarkan pemandangan yang indah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment