Segera, setelah hampir mengelilingi satu kota (sangat mudah loch mengelilingi Mamasa dengan berjalan kaki), saya segera mencari tukang ojek yang bisa mengantarkan saya berkeliling Lembah Mamasa. Kota Mamasa bisa dikelilingi dengan berjalan kaki, namun Lembah Mamasa adalah wilayah yang sangat luas. Jalan yang berstatus jalan negara hanya 50 kilometer dari tepi Polewali hingga Kota Mamasa saja. Jalan Negara ini pun, tidak semuanya teraspal mulus. Jalan termulus hanya ditemui di seputaran Kota Mamasa saja, jalan sisanya berada dalam kondisi bervariasi, mulai dari tidak rata, berbatu-batu, hancur, jalan tanah hingga kubangan tanah liat menghiasi perjalanan. Bagaimana kondisi jalan kabupaten dan jalan antar desa? Sebaiknya anda nggak usah terlalu berharap. Walaupun jarak antar objek wisata tidak terlalu jauh (kebanyakan berpusat di Kecamatan Balla), namun jalanan Mamasa luar biasa buruknya. Terlebih di saat hujan, jalan negara dan jalan desa yang berupa tanah liat akan berair dan becek. Oleh karena itu, untuk biaya ojek satu area : Balla Peu, Osango, dan Kole dikenakan biaya Rp. 100.000. Harga yang ditawarkan memang cukup mahal namun cukup worthed buat saya. Sang bapak ojek yang bersedia mengantarkan mau berhenti di spot-spot menarik selama masih sejalur dan mudah dicapai. Jangan salah, pada situasi berhujan seperti ini, banyak objek wisata tidak bisa terakses lantaran jalan masuknya hancur berat. Bapak ojek ini adalah bapak ojek ketiga yang saya tawar setelah dua sebelumnya menolak lantaran buruknya kualitas jalan, hujan yang turun semalam dan kurang memahami jalur. Anda bisa mencari persewaan motor ojek di sisi timur laut kota, dekat Buntu Buda, arah menuju Kole. Segera, saya tidak mau membuang-buang waktu. Motor segera diarahkan menuju barat daya untuk menjelajah Lembah Mamasa.
Label:
Sulawesi Barat
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment