Selamat Datang Di Rantepao, Jantungnya Tana Toraja

Selamat datang di Rantepao! Kotanya para turis dan wisatawan di Tana Toraja. Umumnya, anda yang datang dari Makassar dan Pare-Pare akan tiba di Pasar Rantepao yang sekaligus juga sebagai tempat perhentian akhir bagi bus-bus lintas kota yang melayani rute Makassar – Toraja. Pasar Rantepao terletak tepat di tengah kota, jadi anda tidak perlu bersusah payah lagi untuk naik angkot kecil yang akan membawa anda ke pusat kota, seperti layaknya kota-kota besar lainnya.
Kedatangan anda pertama kali akan disambut oleh sebuah Tongkonan yang terletak di tengah jalan. Tongkonan yang berdiri di atas fondasi bulat ini menandakan anda sudah resmi sampai di Tana Toraja. Jalan utama kota ini memang jalan yang anda lalui ini. Jalan percabangan lain tidak selebar jalan ruas utama ini. Jalan utama ini menghubungkan Enrekang dengan Palopo. Pagi ini, Rantepao masih berkabut. Cuaca lebih dari sekedar sejuk. Saya menggigil kedinginan di pagi hari yang berkabut ini. Saya senang!
Sebagai turis, anda pasti akan betah dan kerasan di tempat ini. Hampir semua fasilitas wisata yang anda butuhkan tersedia disini. Jangan bayangkan Rantepao tuch sangat desa seperti yang saya bayangkan sebelum melihat Tana Toraja dengan mata kepala saya sendiri yach. Saya membayangkan Rantepao layaknya desa dimana lalu lalang kendaraan sangat jarang dan adat masyarakatnya masih sangat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Saya salah dengan sempurna. Rantepao sudah masuk kategori kota ternyata. Memang, Rantepao bukan kota besar yang memiliki gedung-gedung pencakar langit. Tapi disini letak kearifannya, Rantepao bergerak dalam ritme yang menyenangkan, cocok sekali untuk anda yang liburan, termasuk saya. Rantepao memiliki sejumlah perusahaan otobus, bank, atm, warnet, hotel mulai kelas backpacker hingga bintang lima, gereja, toko souvenir, rumah makan dan travel agent yang menjual tiket dan menyewakan jasa pemandu wisata. Lengkap toh? Anda nggak perlu repot-repot mengatur rencana perjalanan anda dari jauh. Semua tersedia disini.
Rantepao sendiri buat saya hampir terasa sebagai kampung bule. Banyak sekali warga asing yang bertebaran di sekitar jalan, hingga ke pelosok jalan menuju hotel dan homestay. Rasa seperti ini baru pernah saya dapatkan di Legian Kuta Bali. Aneka bule, baik kawula muda sendiri, berpasangan, bergerombol, hingga sepasang kakek dan nenek yang romantis, bisa ditemui di penjuru objek-objek wisata di Tana Toraja. Warga Rantepao sendiri berperawakan dan berlogat unik. Unik sekali berada disini.
Namun jangan bayangkan Rantepao sama seperti Bali yang hidup 24 jam dari pagi ketemu pagi lagi. Menjelang malam, walaupun kemeriahan tetap mudah didapatkan di pasar, namun kemeriahan tersebut hanya terletak pada rumah makan, pasar dan pasar souvenir saja. Kalau Kuta memiliki club, Rantepao tidak demikian. Disini, menghabiskan malam hari sebaiknya dilakukan dengan bersantai di hotel, ngobrol atau berjalan-jalan ke pasar melihat barang dagangan.
Oh yah, karena objek wisata sekeliling Tana Toraja tidak memiliki lampu cahaya penerangan dan akan tutup selewat pukul 6 malam atau pada saat gelap menjelang, maka sebaiknya anda pulang ke Rantepao pada saat malam hari. Tidak baik mengujungi kuburan pada saat malam hari. Untuk berkeliling area Rantepao, anda bisa naik pete-pete, bus kecil, atau menyewa kendaraan mulai dari mobil hingga sepeda motor yang umum disediakan pihak hotel. Asyik juga loch kelilingan Tana Toraja naik sepeda motor kalau anda berjumlah sedikit (1-2 orang).

5 komentar:

  1. betul..betul..betul...
    love my hometown!!!

    ReplyDelete
  2. menarik sekali untuk di kunjungi...dan memang harus di kunjungi......aku segera berkunjung....

    ReplyDelete