Sate Dan Gule Kambing 29 Penutup Malam Di Semarang

“Laparrrrrr!!!!”, jerit perut saya saat tiba di Semarang kelewat malam. Untungnya saya sudah selesai check in, meletakkan barang-barang dan mandi. Sekarang adalah saatnya melakukan balas dendam, makan makanan enak! Jadi, dimana tempat yang baik untuk melakukan pembalasan dendam ini? ada ide? Sebelum saya melangkah tak tentu arah di jalanan, saya bertanya terlebih dahulu kepada para pegawai Hotel Raden Patah untuk tempat makan favorit. Mereka sich nggak menjelaskan dengan rinci makanan apa saja yang favorit dan unggulan di tempat ini. Namun, mereka menyarankan saya untuk pergi ke depan gereja Blendug Immanuel. “Di jalur tersebut banyak penjual makanan”, begitu katanya.
Kala itu pukul 8 malam, saya berjalan seorang diri menembus kegelapan Semarang Utara demi menunaikan kewajiban saya terhadap perut saya. Untungnya, saya nggak kesulitan mencari tempat makan di ruas Jalan Letjend Soeprapto ini. Aneka makanan mulai dari soto, nasi rames, ayam dan nasi goreng pinggir jalan hingga restoran di dalam gedung ada di ruas ini. Tapi, masak iya sich sampai di Semarang jauh-jauh, makanannya tetap nasi goreng atau nasi rames pinggir jalan? Apa istimewanya? Ini saatnya untuk mengapresiasi perut yang seharian ini bertahan hanya dengan semangkuk mie instan rebus saja. Saya berjalan terus hingga ke depan Gereja Blendug Immanuel dan menemukan restoran ini. Sate & Gule Kambing 29 depan Gereja Blendug namanya. Diantara restoran di kanan dan kirinya, restoran ini entah kenapa yang paling menarik minat saya. Cahaya terangnya menarik saya bagaikan seekor ngengat tertarik nyala lampu. Hahaha. Kambing? Hmm...boleh juga sich!
Ruangan jadul yang terang menyambutku begitu saya masuk ke dalam restoran ini. Aneka foto-foto tua (didominasi oleh Gereja Blendug dan Lawang Sewu pada jaman dahulu) dipajang di dalam restoran ini. Foto-foto tersebut memenuhi hampir seluruh bagian dindingnya. Selain foto tua, gambar-gambar makanan juga memenuhi dinding restoran ini. Sisanya, daftar menu yang terpampang besar-besar beserta harganya yang memenuhi dinding. Suasana yang dibangun oleh restoran ini sudah sangat lebih dari cukup untuk membuat saya bernostalgia dengan Semarang Lama. Untungnya, walaupun cukup ramai, saya langsung mendapat tempat duduk di bagian dalam restoran. Seorang pelayan segera mendekati saya dan menanyakan apakah saya sudah memesan apa belum. Dari sesi tanya jawab singkat yang saya lakukan dengan pelayan tersebut, akhirnya saya memesan satu porsi Sate Buntel isi dua tusuk. Walaupun harganya cukup lumayan untuk Kota Semarang (Rp. 33.000), namun ini adalah salah satu menu favorit restoran ini. Tanggung sekali kalau datang nggak mencobanya.
Akhirnya menu tersebut datang dengan cukup lama setelah minuman jeruk hangat saya tiba. Porsinya luar biasa! Besar sekali! Rasanya, dimakan 4 orang pun akan bersisa. Benar-benar besar! Tapi saya harus menghabiskan menu ini lantaran saya hanya sendirian saja. Pelan-pelan lah saya mulai memotong daging sate tersebut dan menggigitnya. Rasanya sich kambing banget. Baunya masih tersisa. Tapi bukan bau apeknya melainkan bau khas kambing yang membuat daging tersebut lebih juicy lagi. Kenyataannya, walaupun berukuran ekstra besar dan sukar dipercaya untuk dihabiskan, saya menghabiskannya. Perut saya kenyang banget! Penuh. Dua tusuk sate tersebut dilengkapi dengan potongan acar bawang merah utuh yang makin membuat rasa sate tersebut bervariasi. Saya suka! Mestinya, menu ini sich nggak perlu dimakan beserta nasi, namun agar rasa satenya tidak terlalu tajam, anda sebaiknya memesan nasi untuk dimakan bersama sate. Kalau anda nggak yakin dengan besaran porsinya, sebaiknya bertanya terlebih dahulu dan melihat, sebesar apakah satu porsi itu. Kalau terlalu besar, bisa koq pesan ½ porsi saja, tentu dengan harga yang lebih hemat. Walau agak harus merogoh kocek agak dalam, namun sate kambing ini sangat berharga untuk dilewatkan. Wajib banget mencoba Sate Kambing 29 ketika main-main ke Semarang Utara.
Sate dan Gule Kambing 29 ini sudah cukup lama berdiri di tempat ini. Persisnya saya nggak tahu tapi lukisan dan sejumlah foto Gereja Blendug dan Lawang Sewu lama cukup memberikan impresi itu. Sate dan Gule Kambing 29 ini buka setiap hari mulai pukul 8 pagi sampai 9 malam kecuali hari minggu. Pada hari libur pun mereka buka loch. Harganya yang agak sedikit tinggi kemungkinan disebabkan oleh para pelanggan mereka yang kebanyakan berasal dari jemaat Gereja Blendug. Selain itu, daging kambing kan memang agak jarang dibanding sapi. Tambah lagi, cara pengolahan dan bumbu mereka yang spesial membuat semua itu menjadi wajar adanya. Masih banyak menu-menu unggulan lain yang wajib dicoba kalau anda ke restoran ini, misalnya Gule, Sum-sum, Balungan/Tengkleng, dan Otak/Olor. Sate dan Gule Kambing 29 ini terletak di Jalan Letjend Suprapto 29, Kota Lama, Semarang Utara, Telp (024) 3549692, 3540810.

1 komentar:

  1. Sambil menikmati sate semakin enak minum sirup rosella ungu sebagai minuman pendamping. kunjungi web berikut untuk info lebih lanjut http://www.rnc.web.id/_item?item_id=014002

    ReplyDelete