Menembus 18 KM Tanaberru Ke Tanjung Bira

Akhirnya! Pawai gerak jalan dalam rangka Hari Kemerdekaan Indonesia pun selesai di Tanaberru. Yippie! Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore! Saya menunggu di tempat ini sudah satu jam lamanya. Sayang, saya nggak bisa melintas ke arah perahu-perahu yang ditambatkan karena bisa dipastikan saya akan menganggu para peserta pawai kalau sampai nekad melakukan itu. Jadi, ya sebaiknya saya menunggu sambil berfoto-foto saja.
Bapak yang tadi menawarkan jasa angkutan ke saya segera memanggil saya. Beberapa orang lain lagi segera berebut naik angkutan-angkutan yang segera berjalan begitu pawai selesai. Tampak jelas sekali, saya hanya satu-satunya wisatawan dalam angkutan tersebut. Semua penumpang lain yang saya amati adalah penduduk lokal Tanaberru atau Tanjung Bira. Mereka semua mengamati saya dengan seksama dengan pandangan yang entah aneh entah takjub. Haha...serasa jadi artis sesaat di Tanaberru. Oh yah, jangan bayangkan angkutan yang membawa saya adalah pete-pete yang biasa kita lihat yach. Walaupun tampak sejumlah pete-pete dengan bentuk standard di Tanaberru, namun yang mengangkut saya (dan sejumlah orang lainnya) adalah mobil kijang lama yang sudah dimodifikasi namun alih-alih berkesan baru, saya malah menangkap kesan bobrok. Cat-cat mobil yang sudah mengelupas, pintu masuk di bagian belakang, interior yang gelap semakin menambah kuat kesan jaman dahulu.
Mobil pun berjalan perlahan menembus sisa 18 KM dari Tanaberru ke Tanjung Bira. Mulai dari deretan rumah-rumah arsitektur Bugis hingga hutan bakau terpanjang dan terlama yang pernah saya lalui menjadi bagian perjalanan saya menuju Tanjung Bira. Aneh rasanya berjalan menembus hutan bakau yang lebat selama kurang lebih sekian kilometer. Situasi jalanan aspal yang mulus di tengah hutan bakau ini menimbulkan kesan perjalanan tanpa ujung. Konon, kata banyak supir yang melintas, daerah ini cukup rawan. Bukan dalam arti kejahatan atau kriminal namun wilayah hutan bakau rawa yang saya lewati ini memang hampir tidak berpenghuni. Saya tidak melihat adanya tiang listrik atau adanya instalasi listrik yang melintasi daerah ini. Pasti akan gelap sekali di areal ini pada malam hari, terlebih angkutan Tanaberru – Tanjung Bira akan berhenti total selepas matahari terbenam. Dengan kata lain, semua wisatawan akan terjebak di Tanjung Bira selepas malam keuali mereka memiliki kendaraan sendiri. Rawannya wilayah ini tampak dari beberapa kecelakaan misterius yang pernah terjadi tempat ini. Pada siang hari, sejumlah motor atau mobil diparkir di sisi jalan di wilayah ini, baik pasangan muda mudi atau keluarga berekreasi di areal lapang diantara pepohonan bakau tersebut. Namun pada malam hari, jangan harap anda bisa menemukan ada orang di tempat ini. Nah, pengemudi na'as tersebut menjumpai seseorang yang melintas malam-malam di hutan bakau ini. Karena kemunculannya yang mendadak, nggak heran pengemudi pun menjadi kehilangan kontrol dan menabrak. Masih agak mistis yach daerah ini...
Perjalanan panjang dan seakan tanpa ujung tersebut akhirnya berakhir ketika saya menjumpai sebuah pelabuhan besar di sebelah kiri jalan. Pelabuhan Bira. Sejumlah rumah-rumah banyak berdiri di jalanan di sekitar pelabuhan tersebut. Tepat di sisi kanan pelabuhan, adalah Pua Janggo, satu-satunya bukit yang ada di Tanjung Bira. Berhubung sudah sore, tidak banyak aktifitas berarti terjadi di pelabuhan ini. Saya hanya menjumpai sejumlah ibu-ibu yang menumpang angkutan sambil mengantarkan anak-anak mereka dalam busana pawai pakaian daerah di sekolah masing-masing. Berhubung angkutan yang tersedia sedikit, mereka pun rela berjejal-jejal di dalam angkutan tersebut. Untungnya, ini tidak berlangsung lama. Tak lama mereka pun turun dan tak lama kemudian, angkutan tiba di deretan bungalow-bungalow dengan pemandangan pantai yang cantik. Tanjung Bira, saya sampai!

6 komentar:

  1. Sayang keindahan Pua Janggo ternoda oleh menara BTS angkuh itu. Huh

    ReplyDelete
  2. iya...sayangnya, ada dua bentuk menara BTS yang mbikin gambarnya tidak sinkron. hihi...tapi di lain pihak, sinyal hp saya tetep kuat di Tanjung Bira ini. bingung dech :D

    ReplyDelete
  3. saya sudah lihat rangkaian tulisan hasil kunjungan dan rekreasi anda ke Kabupaten Bulukumba, mohon izin saya copy paste ke blog http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/, trims

    ReplyDelete
  4. Mohon izin dan mohon maaf, tulisan anda sudah saya copy paste ke alamat http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/2010/12/menembus-18-km-tana-berru-ke-tanjung.html, trims

    ReplyDelete
  5. Silahkan copy paste selama ini bisa membantu mempromosikan keindahan Indonesia :)

    ReplyDelete
  6. Dear Pak Asnawin,

    Terima kasih atas sambutannya. Kiranya, tulisan saya bisa turut membantu mempromosikan Bulukumba dan Indonesia pada umumnya. Salam.

    ReplyDelete