Kalau di utara ada Terminal Daya yang akan mengantarkan anda ke kota-kota di utara Makassar, di selatan ada Mellengkeri. Ya, karena kita akan berkunjung ke area selatan dan tenggara, terminal ini menjadi pintu gerbang yang menghubungkan Makassar dengan Sungguminasa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, Bulukumba, Bira dan Selayar. Dari terminal MTC, angkot yang melayani rute ini adalah angkot arah Mellengkeri atau Gowa. Kalau kebetulan anda nggak berada di terminal MTC, naik dech angkot yang melintasi Ratu Mall (Jalan Jenderal Sudirman). Agak susah memang karena angkot di Makassar tidak terlalu jelas tulisan trayeknya. Tapi cukup menanyakan arah saja ke supir/keneknya, mereka akan memberikan informasi yang jelas koq. Saya sendiri naik angkot dari depan Monumen Mandala. Tanya mereka, apakah akan melewati Mellengkeri.
Karena berada di ujung kota, jarak yang harus ditempuh lumayan juga. Rasanya saya membutuhkan waktu satu jam untuk menempuh perjalanan ini (mulai dari Monumen Mandala jam 8 dan tiba di Mellengkeri jam 9). Saya melakukan kesalahan dengan tidak berhenti di Mellengkeri ketika sudah sampai di ujung kota. Saya terbawa angkot sampai di Gowa (sudah keluar dari Makassar). Setelah itu, saya baru bertanya kepada sang supir sehingga baru menyadari bahwa saya melewati terminal tersebut. Untung saja, angkot tersebut tidak terlalu jauh menjelajahi Gowa karena ia akan berputar arah. Supir yang baik hati tersebut membiarkan saya ikut angkutannya untuk tiba kembali di Mellengkeri. Oh yah, Terminal Mellengkeri ini terletak tidak terlalu jauh dari Museum Balla Lompoa. Kayaknya museum ini boleh banged nich dikunjungi saat pulang nanti.
Perbedaan yang cukup mencolok antara Mellengkeri dan Daya membuat saya agak kebingungan juga. Kalau di Daya, bus-bus ukuran besar dengan rute yang cukup jelas terpampang di depan muka bus. Di Mellengkeri tidaklah demikian. Yang berkuasa di terminal ini adalah kijang. Saya juga nggak terlalu tahu kenapa, tapi cukup jelas bahwa kota-kota di tenggara Makassar tidak terlayani rute bus besar. Mayoritas dan satu-satunya angkutan yang paling bisa diandalkan (walaupun nggak sepenuhnya bisa diandalkan juga) adalah kijang. Kijang disini maksudnya adalah mobil kendaraan kijang. Kijangnya sendiri macam-macam, mulai dari kijang yang biasa hingga Innova yang paling banyak ditemukan. Kijang disini tidak memiliki trayek khusus namun kebanyakan, semua kijang akan melintasi 5 kota : Kabupaten Gowa, Pattalasang (Takalar), Bontosunggu (Jeneponto), Bantaeng dan Bulukumba. Beberapa kijang lain dengan jumlah yang sedikit bisa mengantarkan anda ke Tanjung Bira, titik paling timur di semenanjung selatan Sulawesi. Darimana kita bisa tahu bahwa kijang akan mengantarkan kita ke suatu titik tertentu? Tanyalah mereka. Entah mungkin saya kesiangan atau apa, saya hanya mendapatkan kijang yang akan mengantarkan saya sampai ke Bulukumba saja. Siang itu, tidak ada lagi kijang yang bisa membawa saya ke Bira. Kalaupun ada, kata salah seorang supir, saya masih harus menunggu cukup lama. Menurut informasi, dari Kota Bulukumba, ada pete-pete yang akan mengantarkan saya ke Tanjung Bira. Ya sudah, tak jadi masalah toh? Biasanya, begitu anda sampai di terminal, anda akan menjumpai deretan kijang. Tidak seperti terminal-terminal di kota di Jawa, tidak terlalu banyak orang yang mengerubungi anda disini. Mereka bermaksud menawarkan jasa kijang mereka. Walaupun umumnya kijang berangkat setiap setengah jam sekali (atau satu jam), umumnya mereka menunggu hingga kapasitas kijang benar-benar penuh. Apabila belum mencapai waktu keberangkatan namun kijang telah penuh, mereka akan berangkat. Jangan bayangkan kenyamanan akan menyertai anda bila kijang benar-benar penuh. Bayangkan, 3 orang di belakang, 4 orang di tengah dan satu orang di depan. Sepanjang perjalanan, saya hampir tidak bisa menggerakkan tubuh saya sedikit pun. Tampaknya mereka harus melakukan ini kalau ingin mendapat keuntungan lebih. Ini terbukti dengan kijang yang sudah meninggalkan Mellengkeri pada pukul 9 (baru terisi 5 orang) namun ia berhenti lagi di perbatasan Makassar – Gowa untuk mencari penumpang lagi (bisa dihubungi via handphone) dan kemudian mengangkat penumpang lagi di Takalar. Alhasil, mobil baru benar- benar berjalan dengan ngebut (ya, ngebut!) pada pukul 10. Untungnya, jalanan rute Makassar – Bulukukumba didominasi oleh jalanan lurus yang lapang. Terdapat sedikit belokan dan naik turun terdapat di Jeneponto serta jalan berlubang-lubang berada di Bantaeng. Ngebut tidak menjadi masalah di ruas ini.
Tarif rata-rata sekali pengantaran dari Makassar hingga ke Bulukumba atau Bira berkisar Rp. 35.000 – Rp. 40.000 dengan catatan mereka tidak akan menaikkan penumpang lagi begitu kendaraan sudah penuh. harga ini termasuk satu kali pemberhentian di Jeneponto atau Bantaeng untuk makan siang. Harga makan siang tidak termasuk di dalam harga perjalanan yach. Untuk anda yang mau istirahat, rute ini bisa banget digunakan sebagai tempat anda istirahat. Jalanan yang lapang, matahari yang terik dan iklim yang panas sedikit banyak bisa membuat anda ngantuk-ngantuk di dalam kijang yang berpendingin udara. Sayangnya, walaupun ber AC, ada saja penumpang (bahkan supirnya) yang merokok sehingga membuat polusi di dalam kijang. AC pun tidak digunakan. Harusnya saya minta korting yach. Huh....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment