Sesuai dengan kebudayaan Toraja, gereja yang ada di wilayah Toraja pun mengikuti bentuk budaya yang ada. Umumnya, gereja di Toraja bernama GPdI (gereja Pantekosta di Indonesia) atau Gereja Toraja saja. Seperti layaknya wilayah-wilayah kantung agama nasrani di Indonesia, sangat mudah mencari gereja disini. Mulai dari jalan besar hingga jalan kecil berbatu-batu sekalipun, anda dapat dengan mudah menemukan gereja disini. Bentuknya pun bermacam-macam mulai dari yang besar dengan hiasan Tongkonan yang berat dan ramai, hingga sebuah bangunan limas dengan salib di pucuknya.
Sayang, waktu kunjungan yang terlampau sempit membuat saya nggak bisa menyesuaikan jadwal dengan kegiatan misa/kebaktian sehingga saya tidak sempat mencicipi gereja Toraja. Padahal, di beberapa gereja, ada yang dihiasi dengan ejaan khas Toraja. Saya juga nggak sempat bertanya, dalam bahasa apakah kebaktian tersebut akan dibawakan. Mungkin kalau dibawakan dalam bahasa Toraja akan memperunik suasana kali yach? Orang Toraja sendiri mengenal kepercayaan Aluk Tolodo dengan Tuhan-Nya yang mereka sebut Puang Matua. Kepercayaan lokal ini berlangsung berabad-abad sampai kedatangan bangsa Eropa ke Tana Toraja pada awal abad ke 20. Datangnya Bangsa Eropa sedikit banyak turut menimbulkan andil dalam perkembangan agama Nasrani di wilayah Tana Toraja dan Mamasa. Terbukti, agama Nasrani (terutama Protestan) menjadi agama terbanyak yang dianut penduduk Toraja dan Mamasa. Di sisi lain, ada dampak sedikit banyak pula, upacara adat yang jumlahnya luar biasa banyak tersebut, punah seiring dengan masuknya bangsa lain ke tanah ini. Kini, upacara adat yang tersisa yang paling umum dikenal ialah Rambu Colo dan Rambu Tuka. Mungkin kalau kali lain anda berkunjung ke Toraja lagi, anda bisa mencoba melakukan kebaktian dan bercerita kepada saya?
Sayang, waktu kunjungan yang terlampau sempit membuat saya nggak bisa menyesuaikan jadwal dengan kegiatan misa/kebaktian sehingga saya tidak sempat mencicipi gereja Toraja. Padahal, di beberapa gereja, ada yang dihiasi dengan ejaan khas Toraja. Saya juga nggak sempat bertanya, dalam bahasa apakah kebaktian tersebut akan dibawakan. Mungkin kalau dibawakan dalam bahasa Toraja akan memperunik suasana kali yach? Orang Toraja sendiri mengenal kepercayaan Aluk Tolodo dengan Tuhan-Nya yang mereka sebut Puang Matua. Kepercayaan lokal ini berlangsung berabad-abad sampai kedatangan bangsa Eropa ke Tana Toraja pada awal abad ke 20. Datangnya Bangsa Eropa sedikit banyak turut menimbulkan andil dalam perkembangan agama Nasrani di wilayah Tana Toraja dan Mamasa. Terbukti, agama Nasrani (terutama Protestan) menjadi agama terbanyak yang dianut penduduk Toraja dan Mamasa. Di sisi lain, ada dampak sedikit banyak pula, upacara adat yang jumlahnya luar biasa banyak tersebut, punah seiring dengan masuknya bangsa lain ke tanah ini. Kini, upacara adat yang tersisa yang paling umum dikenal ialah Rambu Colo dan Rambu Tuka. Mungkin kalau kali lain anda berkunjung ke Toraja lagi, anda bisa mencoba melakukan kebaktian dan bercerita kepada saya?
wah...kayakx zalah deh....!!! umumx gereja di toraja yaitu GETOR ( gereja toraja ) i2lah sebutanx yg beragama kristen protestan ( tidak trmzk perpecahanx ) yg di bawa oleh Van de Loosdrecht....!! agama kristen protestan sekitar 78% dan krn mayoritas di toraja akhrx di sebutlah Gereja Toraja dan gereja ini zda termasuk PGI
ReplyDeleteowww...baiklah. Terima kasih atas koreksinya yach :D
ReplyDeletesemoga bisa menjadi pertambahan informasi bagi para pembaca semuanya :D
Salam