Di Balik Cerita Masapi

Masapi adalah belut putih (mungkin bisa disebut albino atau bule kali yach?) yang hidup di dalam Tilanga’. Sebenarnya, belut sendiri merupakan hewan yang mudah ditemui di berbagai wilayah peraiaran di Toraja. Kalau anda ke pasar manapun di Tana Toraja, anda bisa menemukan banyak sekali (berember-ember) belut dijajakan untuk dijual. Hanya saja, jenis yang berwarna putih umumnya ‘endemik’ Tilanga’. Dan karena alasan tertentu, belut putih ini tidak boleh dimakan. Apa sebab? Yuk, kita ngobrol-ngobrol sama bapak penjaga tiket di Tilanga’ ini yang setia menunggu pengunjung.
Bapak yang (maaf) hanya berkaki satu dan mengenakan kuk ini tampak ceria dan semangat sekali diajak ngobrol panjang tentang Tilanga’ dan Masapi. Beliau bercerita, ada seekor masapi raksasa yang hidup di dalam Tilanga’ dan berbeda dengan masapi-masapi yang lain. Penduduk sekitar memang percaya, belut putih di dalam Tilanga’ tidak boleh diganggu, apalagi sampai dibunuh dan dimakan karena dipercaya akan menimbulkan marabahaya dan bencana. Cara memancing masapi agar keluar pun cukup unik, yakni dengan menggunakan telur rebus yang dipancing oleh anak-anak. Kalau pada kondisi biasa, kita akan sukar menemukan satu masapi pun, termasuk saya yang tidak menemukan adanya satupun masapi yang hidup di dalam kolam Tilanga’. Nah, dipercaya bahwa masapi raksasa yang hidup di dalam kolam ini memang magis dan dapat mengabulkan permintaan. Konon, ada seseorang yang meminta nomor lotere kepada masapi. Masapi raksasa itu pun muncul dan berdiri tegak di atas permukaan air. Panjangnya bermeter-meter hingga mencapai puncak kanopi pepohonan. Tak lama, setelah masapi tersebut kembali masuk ke dalam air, ia menjumpai sebuah batu yang bertuliskan sejumlah angka. Ia pun memasang angka tersebut untuk lotere dan seperti harapan, angka tersebut keluar sebagai pemenang utama dengan hadiah yang sangat besar. Ia pun sontak menjadi kaya raya dan kembali ke Tilanga’ guna membangun pondokan tempat meletakkan persembahan untuk masapi. Setiap tahun, ia tidak pernah lupa selalu datang ke Tilanga untuk memberikan persembahan termasuk diantaranya telur rebus yang sangat disukai oleh masapi. Boleh percaya boleh tidak, cerita ini diceritakan oleh bapak penjaga tiket di Kolam Tilanga'.
Suasana Tilanga’ yang memang gelap karena rerimbunan pepohonan membuat suasana mistis tersebut semakin kentara. Hingga kini, banyak cerita tentang para peziarah yang mencari peruntungan di Tilanga’ demi menemui masapi. Beberapa diantara mereka memang menuai sukses apabila tujuannya baik, terlepas dari benar atau tidaknya cerita ini. Namun tidak sedikit pula yang menuai kegagalan apabila memang tidak didasari oleh niat yang tulus akan permintaannya itu. Kemistisan Tilanga’ terkenal hingga daerah-daerah di luar Toraja, bahkan Sulawesi. Banyak peziarah dari luar pulau datang untuk berkunjung ke Tialnga’, tentu dengan maksud meminta peruntungan. Untuk anda petualangan biasa, tidak perlu terlalu mengkhawatirkan kondisi ini. Anda tetap bisa berwisata dengan tenang tanpa terganggu oleh para peziarah koq. Jumlah peziarah yang mengunjungi tempat ini juga tidak terlalu banyak.

0 komentar:

Post a Comment