Dalam perjalanan menuju Tanjung Bira di semenanjung tertimur Bulukumba, kijang yang saya tumpangi berhenti satu kali untuk memberi kesempatan bagi para penumpangnya untuk beristirahat, meregangkan otot dan makan siang tentunya. Saat itu, waktu sudah menunjukkan pukul 1 siang. Saat makan siang sudah lewat. Entah kenapa, harusnya kijang berhenti di wilayah Jeneponto untuk makan siang namun Pak Bella (begitu saya menyebutnya) terus memacu kendaraannya ngebut melewati Jeneponto dan bablas hingga Bantaeng yang kebetulan, aspalnya sedikit banyak terkelupas sehingga beliau mau nggak mau mengurangi kecepatannya kalau nggak mau ban mobilnya somplak.
Di Jalan Pahlawan, yang merupakan ruas utama Makassar – Bulukumba yang membelah Kota Bantaeng, kijang menepi dan berhenti. Sebuah plang bertuliskan Warung Sop Konro dan Sop Saudara Bawakaraeng menyambut kami semua di siang yang bukan hanya panas tersebut, tapi juga menyengat dan membakar. Panasssss! Segera masuk ke dalam adalah ide bagus. Walaupun disebut warung, namun bangunan “warung” ini cukup bagus, menggunakan ruko sebagai tempat kegiatan operasional. Ruangan bagian dalamnya terdiri sekitar 10 meja persegi dengan kursi empat buah mengelilingi meja-meja kayu tersebut. Kipas angin berputar pelan di beberapa sudut ruangan tersebut, tidak membantu menambah sejuk suasana. Sejumlah pelayan hilir mudik menyajikan makanan dan membereskan piring dan gelas. Seorang ibu duduk di kursi dengan meja di depan pintu, bagian pemesanan dan kasir tampaknya. Hm...sudah kesekian kalinya saya makan sop saudara ini. Haruskah saya makan lagi untuk kesekian kalinya? Hmmmm....
Akhirnya, setelah melihat menu yang tersedia (saya sudah cukup ‘puas’ makan sop saudara di seantero Sulawesi Selatan), akhirnya saya mencoba konro. Walaupun harganya lebih mahal dibanding menu-menu lainnya, tapi ini salah satu menu yang belum sempat saya coba di Sulawesi Selatan. Harga Sop Konro Rp. 25.000, jauh lebih mahal dibanding menu-menu makanan lain yang ada di rumah makan ini. Di satu sisi, agak takjub juga akan harga makanan di tempat ini. Tapi di sisi lain, saya mikir, kayaknya wajar dech. Iga sapi kan harusnya mahal toh? Oh yah, buat yang kurang tahu makanan Sulawesi Selatan, Sop Konro itu adalah sop yang berisi potongan-potongan tulang iga sapi. Tulang yang disajikan bukan sekedar tulang saja, tapi juga dipadu dengan daging yang melekat di tulang-tulang tersebut. Begitu pesanan saya keluar *gleg* saya sampai tertegun. Porsinya besar banget! Kayaknya bisa nich untuk dimakan dua atau tiga orang...hahaha...berlebihan yach? Tapi yang jelas, porsinya benar-benar besar. Entah besar di tulangnya atau jumlah dagingnya yang memang banyak, tapi porsinya memang benar-benar besar. Disajikan dengan daun-daunan rempah-rempah, rasa sop konro ini memang enak. Dagingnya empuk dan rasanya pas di lidah saya. Pesanan sop konro ini saya sertakan dengan sepiring nasi putih dan saya nggak percaya, saya mampu menyelesaikan seporsi besar konro tersebut sambil agak terburu-buru karena harus toleransi dengan penumpang lainnya donk. Ditambah dengan panasnya Bantaeng, saya menghabiskan seporsi besar sop konro dan nasi tersebut dengan peluh bercucuran. Seru. Tapi rasa makanan ini memang enak sich. Bener-bener rekomendasi banget buat para petualang yang mencari sop konro dan melewati Bantaeng. Asal ingat, makannya jangan kelamaan kalau nggak mau ditinggal sama pak supir. Hehe...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment